Money [LOVE] Gamble: Chapter 3

Cerita Sebelumnya… Baca [Chap 1] [Chap 2]

Hanya uang dan taruhan yang ada dalam pikiran gadis itu…

“Tak ada yang lebih menarik dari uang bahkan bila itu seorang lelaki tampan sekalipun, jiahahaha~…”

Tapi tiba-tiba saja sosok asal tebak, bersweater biru dongker yang jago main basket itu sungguh muncul dihadapannya…

Uchiha.”

Setidaknya dia masih bisa mengontrol diri…

Pokoknya jangan sampai naksir sama nih cowok!”

Beruntung tekad dan pikirannya kembali fokus mendengar kata ‘tantangan’…

Gimana kalau kita saingan buat dapetin cowok di sekolah ini?”

Demi hal yang paling dia suka…

100.000 ryo…”

Sebelum mencoba, tak ada kata menyerah dan kalah baginya…

Sasuke 2A,… aku dapatkan kau!”

~($ _ $)~


Money [LOVE] Gamble: Chapter 3

Chapter: Sasuke is Uchiha?

Pair: Sasuke Uchiha x Sakura Haruno 
Rate: T
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
Length: 4.660 words
WARNING: OOC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue. Special : BONUS CHAPTER!! Cherry’s Spring in Your Heart

Story by

Me!! [FuRaha]

~Itadakimasu~


~($ _ $)~

“Heh, tunggu! Naruto…!” teriak Sakura lekas mengejar dan langsung menarik kerah belakang jaket black-orange pemuda berambut kuning itu.

“Aaaah, sakit…” protes Naruto. “Gak usah pake cekik aku kaya gini dong Sakura~ lepasin…!”

“Huh, habisnya kau kabur terus sih tiap kali mau aku ajak bicara. Kau sengaja menghindar kan?!” kesal Sakura sambil tetap tak melepaskan cengkeramannya dan terus menyeret pemuda itu sampai ke lorong kelas yang lumayan sepi.

Dugh…

Sakura hempaskan tubuh Naruto ke tembok. Dia taruh sebelah tangannya di sisi kanan wajah pemuda itu seakan tak ingin biarkan kabur. Naruto tampak gugup. Pasalnya bukan karena jarak mereka yang sekarang terpaut dekat, dia tahu tak akan ada adegan romantis antara dirinya dengan Sakura kalau gadis itu malah pasang tampang menyeramkan, lengkap dengan seringai dan tatapan tajam penuh selidik.

“A, apa?” tanya Naruto ragu, “Kau mau bicara apa?” blue sapphire itu takut-takut menatap sang emerald.

“Kau,…” desis Sakura, bicara nyaris berbisik. “Tahu rahasiaku?”

“Rahasia apa?” Naruto balik bertanya, sama sekali tak mengerti maksud Sakura.

“Itu,…” Sejenak Sakura gulirkan pandangannya memeriksa kesekeliling tempat. Sepi. Tak ada orang lain yang lewat disekitar mereka. “Soal kesepakatanku dengan Karin, tadi siang kau mendengarnya kan?”

“Eh, tidak…” Naruto menggeleng cepat. “Aku tidak tahu apa maksudmu. Aku tidak tahu apapun.”

“Jangan bohong!” bentak Sakura, “Kau mau pungkiri pertemuan kita di depan kamar mandi cewek tadi siang, heh?” Sakura sedikit sunggingkan bibirnya, “Mau kulaporkan atau kusebarkan, hmm, Naru-ero? pervert?

“Eeh, soal itu kau jangan salah paham. Aku tak sengaja masuk toilet cewek karena aku kebelet pingin ‘pup’, jadi terpaksa…”

“Hmm, itu artinya kau akui kau ada disana waktu Karin dan aku bicara kan?

“Err,…” Naruto mengerling, “I, iya… begitulah, hehe~…” jawab cowok itu kemudian. Sambil nyengir dia garuk-garuk belakang kepalanya. “Cuma dengar sepintas sih. Aku tahu kalau kau dan Karin taruhan buat dapetin…”

“Sstt…” desis Sakura. Lain dengan tadi dia menyuruh Naruto bicara, sekarang malah ingin cowok itu tutup mulut. “Jangan keras-keras, baka! Dan tolong jangan sampai orang lain tahu masalah ini.” pinta gadis itu.

“Kenapa?” Dengan polosnya Naruto malah balik tanya, “Biasanya kalau taruhan, kau kan suka gembar-gembor sama orang lain. Biar orang lain tahu kehebatanmu…”

“Ini beda. Taruhan yang kulakukan dengan Karin tak seperti biasanya. Karin sendiri yang minta jangan sebarkan. Aku takut kalau hal ini bocor dia malah akan batalkan perjanjiannya. Aku juga tak mau sampai kalah dari gadis itu. Aku kan sama Karin… ehm,… Argh, gimana bilangnya ya…” Sakura bingung sendiri harus bicara apa lagi. “Intinya ini soal harga diriku. Gitu~… Yah, kalau Ino dan Hinata sih jelas tahu masalahnya. Tapi mereka sahabatku, aku bisa percaya. Lha dirimu? Naruto mulutmu kan ember…”

“Idih, kata siapa? Aku juga orang yang bisa dipercaya tahu!” protes Naruto.

“Baguslah kalau gitu. Jadi aku mohon, kau yang orang luar, yang tahu masalah ini, tolong jangan bilang siapa-siapa ya, pliiis~…” pinta Sakura menatap lekat dengan puppy-eyes emerald-nya, bikin Naruto tersentuh.

“Hmm, iya deh, aku akan jaga rahasia.”

“Whaa~… makasih ya Naruto.” riang Sakura yang akhirnya bisa bernafas lega. “Oh iya satu lagi, aku mau tanya. Ehm, kau kenal sama Sasuke?”

Kening Naruto sedikit berkerut, “Teme?”

“Bukan Teme? Sasuke. Sasuke 2A. Kata Hinata kau berteman dengannya.”

“Iya, maksudku si Teme itu Sasuke. Sasuke Uchi…”

“Sakuraaaa…!”

Kalimat Naruto terpotong oleh panggilan seseorang. Refleks keduanya menoleh dan mendapati seorang pemuda berambut perak berkacamata berdiri di ujung lorong.

“Ups, sorry ganggu. Kau lagi sibuk ya, kalau gitu lain kali aja deh…”

“Heh, tunggu Kabuto!” cegah Sakura. Sepertinya pemuda itu salah paham, mengira sudah merusak privasiya dan Naruto. “Ada apa mencariku?”

“Ulangan biologinya, Orochi-sensei lagi ada di Lab tuh…”

“Ah, iya, aku lupa…” Sakura menepuk jidatnya sendiri. Taruhan dengan Kabuto belum selesai. Dia harus temui guru itu untuk memperbaiki nilai ulangannya. “Iya, iya, aku kesana sekarang. Tunggu bentar, ck~…” Sakura uring-uringan. Padahal urusan dengan Naruto juga belum beres. “Jadi, Sasuke itu yang mana orangnya? Cepat katakan padaku ciri-cirinya.”

“Hmm,…” Naruto mikir sejenak, “Orangnya agak nyebelin, sok dan blagu. Yah, tapi kadang baik juga sih, suka traktirin aku ramen Ichiraku. Padahal kalau aku minta nyontek PR kagak pernah dikasih. Rambutnya raven emo yang bagiku malah tampak seperti potongan pantat ayam, hahaha~… Kalau dari wajah sih lumayan-lah, setampan aku, hihihi~…”

‘Tch, ciri-ciri macam apa itu. Gak guna. Naruto malah narsis sendiri.’ batin Sakura. Dalam pikirannya sosok Sasuke masih saja tetap tak jelas. “Hmm, gitu ya… ya udah deh. Thanks ya infonya. Aku pergi dulu. Sampai nanti, Naruto.” pamit Sakura seraya melenggangkan kaki.

Tapi baru beberapa langkah, gadis itu kembali berbalik sejenak dan sambil berjalan mundur dia beri isyarat tambahan untuk Naruto. Sakura menaruh jari telunjuknya di depan bibir. Tanda supaya ‘Jangan bilang siapa-siapa’ dan langsung dijawab Naruto dengan senyum dan anggukan.

“Hhh~… Dasar tuh cewek…” dengus Naruto sambil geleng-geleng kepala. Dia tak habis pikir cuma buat taruhan Sakura sampai mengancamnya. Tapi dia tak mengerti kenapa tiba-tiba Sakura bertanya soal Sasuke.

‘Apa hubungannya sama Teme?’ pikir Naruto.

~($ _ $)~

~($ _ $)~

Suasana sekolah belum terlihat sepi. Padahal bel tanda waktunya pulang sudah berbunyi lebih dari setengah jam lalu. Beberapa orang siswa masih tampak berkeliaran di lingkungan sekitar sekolah. Entah itu untuk latihan klub atau hanya sekedar ingin pulang sore. Padahal sewaktu jam pelajaran berlangsung, mereka kerap kali mengeluh dan menggerutu ingin cepat pulang. Bahkan terkadang ada juga anak nakal yang sengaja bolos saking malasnya belajar di kelas. Tapi nyatanya setelah jam pelajaran berakhir, mereka masih pada keluyuran di tempat ini hanya untuk sekedar ‘main’.

SREEG…

Pintu kelas 2A tiba-tiba terbuka. Beberapa orang siswa yang ada dalam ruangan itu langsung panik dan lekas membereskan kartu-kartu bridge yang berserakan di atas meja. Tapi begitu melihat siapa yang berdiri di ambang pintu sana, mereka bisa kembali menghela nafas lega.

“Hhh~… Kirain guru,” kata mereka semua kompak.

Sang gadis berhelaian merah muda yang kini jadi sorot perhatian keempat siswa dalam ruangan itu pun sedikit terkekeh dan jadi malu sendiri. Saking terburu-buru dan bersemangatnya dia sampai lupa, harusnya sebelum masuk tadi dia permisi dulu atau sekedar ketuk pintu buat basa-basi.

“Ano~ maaf mengganggu. Aku mencari Sasuke.” kata Sakura to the point. “Ada?” Mata emerald-nya bergulir menatap keempat pemuda yang masih tersisa dalam ruang kelas itu. Sedikit perasaan kecewa muncul di hatinya. Harusnya dia datang lebih cepat barusan sebelum kelas bubar dan banyak siswa pulang. Kalau yang tersisa cuma empat orang begini sih, kecil kemungkinan dia bertemu dengan si ‘Sasuke’ itu. Kecuali kalau dia beruntung, orang yang dicarinya ada diantara mereka.

“Oh, cari Sasuke? Ada, ada kok. Aku Sasuke!” seru salah seorang siswa berambut raven. Sementara tiga teman lainnya tampak salting bahkan ada juga yang menahan tawa, bikin Sakura berpikiran curiga.

“Ng, yang benar nih, kau Sasuke? Serius?” tanya Sakura, ragu. Gadis itu memberanikan diri masuk dan berjalan mendekat.

“Yup, begitulah. Aku ini Sasuke, hehehe~…”

“Oh, jadi kau salah satu cowok keren Konoha yang katanya masih jomblo itu ya?” Sebentar Sakura menelisik pemuda yang mengaku sebagai target taruhannya itu. Memang persis seperti kata Naruto. Dia punya rambut berwarna raven gelap yang ditata aneh, tapi tak terlalu tampak seperti bokong ayam tuh. Dan wajahnya, Sakura sedikit terkejut, lelaki ini benar-benar mirip Naruto kalau diperhatikan dengan seksama.

“Ehem,…” Terus diperhatikan oleh Sakura, cowok itu jadi ke-ge-er-an. Dibenarkannya letak kerah dan blazer seragamnya yang tak rapih. Lalu sedikit menyibakkan poni rambutnya kebelakang. Tampil tebar pesona dan agak narsis di depan gadis itu.

“Masa sih… kau?”

“Iya, kau tak lihat aku ini tampan kan, juga keren. Ada perlu apa denganku, cantik. Mau menyatakan cinta? Hahahaha~…” balas pemuda itu sambil mengedipkan sebelah matanya dan mulai menggoda Sakura. “Aku mau kok jadi pacarmu.”

Eeh?!… Sakura sweatdrop. Merinding juga mendengarnya. Kalau pacaran dengan seorang ‘Sasuke’ bisa semudah ini dilakukan, apanya yang buat dia menantang. Terlebih lagi masa iya selera cowok keren menurut Karin adalah pemuda lebay yang satu ini?

“Gimana cantik, mau jadi pacarku? Hahahaha~…”

Tak jauh beda dengan kelakuan pemuda itu, ketiga temannya pun mulai ikut tertawa-tawa. Bikin Sakura makin berpikiran curiga.

“Heh, jangan main-main. Aku punya urusan penting dengan Sasuke. Tolong jawab aku, apa kau sungguh orangnya?”

“Wkwkwkwk~… dibilangin aku ini Sasuke, gak percaya…”

“Iya, cantik. Kalau pun gak sama Sasuke, boleh kok sama aku…” timpal cowok lainnya.

“Atau sama aku aja~…” cowok lebay lainnya pun mulai ikut-ikutan menggoda Sakura.

“Hoi, aku serius!” kata Sakura.

“Kita juga serius, bruakakakaka….” Tawa mereka malah makin menjadi.

Sakura sudah tidak bisa lagi menahan diri. Sadar dirinya sedang dipermainkan dan merasa tak suka, langsung saja gadis itu cepat mengambil tindakan. Dia bergegas kembali keluar kelas…

“IBIKI-SENSEI!” teriak Sakura lantang. Suaranya bergema di lorong kelas yang sepi. Sontak menghentikan tawa mereka berempat. Mau apa gadis itu?

“Ehem… Siswa 2A lagi melakukan tindak kriminal nih! Ibiki-sensei…!”

“Eh, heh, heh, sstt… sstt… sstt… Jangan panggil Ibiki-sensei. Pliiss, jangan! Iya deh, iya kita gak akan bercanda lagi.” panik mereka semua seusai digertak Sakura.

“Jangan teriak lagi…”

“Plisss, jangan bilang sama yang lain.”

“Lagian tindak kriminal apa, kita cuma lagi pada main kartu kok. “

“Poker plus plus, maksudmu?” Sakura sedikit sunggingkan bibirnya, “Ibiki-sensei juga pasti tahu kalau kubilang selain kartu juga ada beberapa lembar ryo yang kalian taruh diatas meja tadi. Dan kupikir dia pasti lebih mempercayaiku daripada kalian kalau hal ini kulaporkan.”

Wajah keempat pemuda itu langsung pucat pasi. Tak bisa lagi mengelak. Memang itu kenyataannya. Mereka main kartu Poker plus plus, lengkap dengan taruhan uang.

“Huh,…” Sakura picingkan emerald miliknya, menatap tajam mereka sambil melipat kedua tangannya di dada. “Masih mau bercanda denganku?”

“Ah, iya, maaf soal yang tadi…”

“Sorry, sorry, aku bukan Sasuke. Cume ngaku-ngaku, hehe~…” si pemuda berambut raven itu nyengir sambil garuk-garuk belakang kepalanya. “Namaku sebenarnya Menma.”

“Hn. Aku tak ada urusan denganmu, Menma. Dimana Sasuke?” tanya Sakura datar. Masih menunjukkan kekesalan.

“Eu, itu disana…” tunjuknya pada sebuah bangku di pojokan kelas. “Sasuke biasa duduk di situ…”

“Heh, aku gak nyari bangku kosongnya, baka!” kata Sakura yang rasanya ingin melesatkan satu tonjokan ke wajah pemuda yang mirip Naruto itu.

“Oh, iya aku baru ingat,” sela siswa lainnya kemudian, “Kalau belum pulang sih, paling Sasuke sekarang biasanya lagi main basket di lapangan.”

Siswa lainnya pun mengangguk-angguk. “Ho’oh, iya, tuh Sasuke…” dia menunjuk ke arah luar jendela. Tepatnya ke lapangan basket di seberang bawah lantai tiga gedung sekolah tempat mereka berada sekarang.

“Beneran nih…?” selidik Sakura lagi, tak percaya.

“Iya, dari sini juga udah kelihatan tuh rambut pantat ayamnya…”

Sakura ikut melirik ke luar jendela, namun tak begitu memperhatikan pemuda mana yang dimaksud. Tapi memang benar masih ada beberapa orang siswa yang tampak asyik bermain basket di lapangan sana.

“Ok, aku cek dulu ya. Awas loh kalau kalian kerjain aku lagi.” kata Sakura seraya melengos pergi.

“Heh, cewek!” panggil Menma. Sekilas Sakura kembali menoleh. “Pliss, soal yang kau lihat tadi jangan ngadu sama Ibiki ya…”

Sakura mengangguk kecil. “Tenang saja. Aku tak akan bilang kok. Malah sebenarnya aku juga ingin ikutan, hehe~…” gadis itu terkekeh, sedikit dia angkat sudut bibirnya.

“Eeeehh?” Menma menatap tak percaya, “Serius?”

“Tapi lain kali aja deh. Maaf ya udah ganggu acara kalian. Ayo lanjutkan lagi. Kali ini berhati-hatilah, tutup pintunya, jangan sampai kepergok orang lain. Jaa~..” pamit Sakura sambil melambaikan tangan.

Hah?!… Sungguh jawaban yang bikin keempat pemuda itu sweatdrop sesaat melihat gadis berhelaian merah muda itu melangkah pergi. Mereka saling menatap tak percaya.

“Apa dia sungguh-sungguh dengan ucapannya?”

“Kalian percaya dia gak bakal ngadu?”

“Cewek itu jangan-jangan…”

“Si Haruno yang suka taruhan itu ya?”

“Haruno?” Mata Menma berbinar, masih menatap punggung Sakura yang menjauh. “Ya ampun, tuh cewek tipe aku banget. Tapi kenapa harus suka sama Sasuke…”

“Sudahlah, terima nasibmu. Jangan cemburu sama saudara jauhmu sendiri, Menma.” ucap salah satu temannya, menyemangati.

~($_$)~

Lapangan Basket Sekolah

Pertandingan memasuki menit terakhir. Bola ada di tangan Kiba. Dia mendribel-nya sebentar, kemudian mengoper bola itu pada Shino yang berdiri di dekat ring. Shino tetap bertahan, sulit baginya untuk menembakan bola karena Sakon dan Kimimarou berjaga di depan dengan mata tak berkedip. Melihat sedikit ada celah, dengan cepat Shino melemparkan bola tersebut pada Sasuke untuk di shoot. Sasuke mulai bergerak mendekati ring. Selangkah, dua langkah dia mulai melompat dan siap melakukan lay-up. Namun bahunya ditahan oleh Suigetsu. Bola terlanjur melecut. Menjulang tinggi ke udara dan membentur bibir ring. Berputar sebentar, lalu…

Plooss…

Terjatuh. Bolanya gagal masuk keranjang.

“Damn!” dengus Sasuke.

Peluit Temujin berbunyi panjang. Pertandingan berakhir seri. Padahal kalau tadi Sasuke berhasil mencetak angka, kemenangan ada di tangan Sasuke cs.

“Hahaha~… sudahlah. Gak usah kesal gitu. Kau juga main bagus tadi. Istirahat 10 menit ya.” hibur Suigetsu, menyemangati Sasuke yang tampak tak puas dengan hasil pertandingan barusan.

“Hn.”

Usai melakukan game singkat three on three, mereka sebentar menepi ke sisi lapangan. Sasuke terduduk lesu di bawah pohon. Bersender sembari menyeka peluh yang membanjiri tubuhnya dengan handuk kecil. Lekas dia ambil sebotol air mineral dari dalam tasnya dan langsung ditegak hingga habis. Pertandingan tadi nyaris menghabiskan seluruh tenaga pemuda berambut raven itu.

“Sasuke! Ada yang nyari tuh.” kata Jugo menunjuk pada seseorang.

Sasuke mendongakan kepala dan langsung berdiri ketika mengenali siapa sosok yang mencarinya. Tanpa sadar sebuah senyum tipis tertoreh di wajahnya.

“Wah, angin apa yang membawa seorang cewek cantik datang mencariku?” kata Sasuke begitu menghampiri Sakura.

Sakura cukup terkejut mendapati orang yang sudah tak asing lagi dihadapannya itu tiba-tiba muncul. ‘Si Uchiha?! Kenapa malah dia yang datang?’ heran Sakura. “Idih, Dasar manusia Ge-eR! Siapa yang mencarimu?!” balas Sakura ketus, sambil mendelik dia acuhkan kehadiran pemuda itu.

“Jugo bilang kau ke sini mencari orang bernama Sasuke?”

“Iya. Yang mana sih anaknya? Penasaran lihat tampang nyebelin, sok dan blagu yang Naruto bilang…” kata Sakura sembari celingak-celinguk mencoba menebak siapa orangnya.

“Hah, si Dobe ngatain aku apa?” Sasuke rada kesal, “Nyebelin, sok dan blagu… Awas ya tuh anak, gak bakal aku traktir ramen lagi dia…”

“Eh, kok malah kau yang sewot sih?” Sakura makin heran. “Orang lagi ngomongin Sasuke juga…”

“Iya, makanya yang diomongin itu siapa, aku tahu!” tegas Sasuke, “Kau mencariku? Aku ini Sasuke!”

Heeee?!… Emerald Sakura terbelalak tak percaya, “Ka, kau?”

Sasuke megangguk mantap.

“Ah, hahaha~ mustahil.” Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya, “Tidak. Ini tidak mungkin. Jangan bercanda. Kalau kau itu Sasuke, terus yang namanya Uchiha itu siapa?”

“Tentu saja aku. Namaku kan Uchiha Sasuke.” Sasuke menunjuk dirinya sendiri.

“HAH?!”

Ini fakta mengejutkan buat Sakura. Kebetulan atau takdir? Tak disangka orang yang akan jadi target taruhannya itu ternyata dia. Cowok yang waktu itu menghampirinya di kantin. Makhluk yang tercipta dari tebakan Sakura untuk mempermainkan Ino dan Hinata sekaligus membuatnya terpaksa harus berbohong pada mereka. Manusia yang berhasil membuat Sakura merasa tak tenang, cowok yang dia pikir sudah bikin harinya sial itu justru akan mendatangkan keuntungan berlipat bagi Sakura. Malah akan jadi tambang uang baginya.

“Kenapa kau tak bilang dari awal soal namamu?”

“Hn. Kau tak tanya. Lagipula kupikir kau sudah tahu.” kata Sasuke cuek. “Jadi, ada apa mencariku?”

Sakura menggelengkan kepalanya. Sejenak dia memperhatikan Sasuke dari atas hingga ke bawah. Memang benar sih. Dari awal Sakura sudah tahu si Uchiha ini punya tampang ok, jadi wajar buat Karin memasukan namanya dalam undian. Soal rambut raven emo gaya pantat ayam itu juga benar, harusnya Sakura cepat menyadari siapa orangnya ketika Naruto sebutkan ciri-ciri itu. Ditambah karakter nyebelin, sok dan blagu, tak terbantahkan lagi kalau Sasuke itu jelas si Uchiha.

“Tidak ada apa-apa. Bukan hal penting. Aku hanya ingin tahu saja. Thanks infonya.” Gadis itu langsung pamit setelah cukup puas mengetahui kebenaran ini, “Aku pergi dulu, Jaa~…”

“Eh, tunggu!” panggil Sasuke kembali, “Kau mencariku hanya untuk melihatku?” tanyanya kemudian.

“Iya.” jawab Sakura singkat.

“Gak penting banget. Masa kau tak punya tujuan lain?”

“Memangnya aku harus apa lagi?”

“Terserah. Misalnya datang buat mengakui sesuatu.”

“Mengakui sesuatu?” Sakura mengernyit, tak mengerti maksudnya. “Mengakui apa?”

“Mengakui perasaanmu. Kau sungguh suka padaku seperti apa kata teman-temanmu itu, kan? Bahkan sampai sengaja mencariku segala, hn, akui saja kalau kau suka…”

“Hah? Hahahahaha~…” Tawa Sakura langsung meledak ketika mendengarnya, “Haa, apa maksudmu? Jangan bercanda. Sudah kubilang itu tidak benar. Lupakan apa yang Ino dan Hinata katakan tentangku.” Sakura buru-buru melangkah pergi sebelum cowok itu mengatakan hal lain yang lebih aneh lagi.

“Sebentar!” cegah Sasuke, pemuda itu malah menahan lengan Sakura.

“Apaan sih?” Sakura kembali menoleh. Tak sengaja pandangan mata mereka bertemu. Sakura merasa risih melihat onyx yang buatnya cukup mempesona itu. “Lepaskan aku!” pinta Sakura, benar-benar ingin menghindar dari perasaan ini.

“Tidak bisa!” desis Sasuke, tampak serius.

“Ke, kenapa?” Sakura agak gugup ketika Sasuke mulai mendekatkan wajahnya. Dia sibakan sedikit helaian rambut Sakura, lantas berbisik pelan ditelinga gadis itu. Sakura jadi geli sendiri berada beberapa senti dari wajah Sasuke. Terlebih lagi hembusan nafas lelaki itu terasa menggelitik kulit jenjangnya.

“Sakura~ Awas…” bisiknya lembut, “Hampir saja kau injak kotoran kucing.”

“Eeh?!” Spontan Sakura memeriksa sepatunya. Melihat sekeliling tempatnya berdiri dan tak menemukan kotoran kucing dimanapun. Sasuke cekikikan melihatnya, Sakura manyun dan menatap kesal lelaki itu. Sadar kalau dirinya hanya dipermainkan.

“Hahaha, Baka!” cibir Sasuke. “Wajahmu sampai merah gitu. Kau pikir aku mau apa? Menciummu? Itu balasan dariku untuk sikap kasarmu tempo hari di kantin, nona Haruno.”

“Ka, kau…” desis Sakura. “Siapa yang berpikir soal ciuman?!” Walau dalam hati gadis itu akui dia sempat berdebar sesaat tadi menerima perlakuan Sasuke.

“Baiklah. Karena kau bilang tak ada yang penting, aku juga mau pergi. Kau tahu, kau sudah menyita waktu latihan basketku yang berharga, ck~…” Sasuke langsung berbalik dan meninggalkan Sakura..

“Argh, dasar cowok nyebelin!” balas gadis itu. “Kenapa harus kau sih?”

Sakura merutuk dalam hati. ‘Kenapa harus dia? Uchiha sialan. Masa iya mulai sekarang aku harus benar-benar mendekatinya. Dari sekian banyak siswa Konoha, atau beberapa nama cowok yang ditulis Karin waktu itu, kenapa harus nama Sasuke Uchiha yang keluar?! Ya ampun, aku harus bagaimana sekarang?’

Sakura bingung. Sejenak dia tatap kembali sosok Sasuke di kejauhan. Diluar taruhannya menyangkut Sasuke dengan Karin, Sakura harus bertaruh dengan dirinya sendiri.

‘Orang itu, akan jadi kesialan untukku atau justru keberuntungan bagiku?’

.

.

~( $_$ )~

.


.

~( $_$ )~

.

.

“Aku pesan chicken katsu, ramen spesial porsi jumbo, nasi kare pedas spesial, strawberry juice, milk shake chocholate, dan cappuchino ice…”

Ayame-chan, sang pelayan kantin hanya mengangguk-angguk sembari mencatat pesanan Sakura, “Ada lagi?”

“Hmm, tiga salad buah.” lanjut Sakura. “Nanti tolong antar ke meja pojok sana ya?!”

“Ok, tunggu bentar ya…” jawab Ayame. “Semuanya jadi 13.800 ryo…”

Dengan santai Sakura membuka dompet dan membayar kontan pesanannya tanpa protes atau minta tawar.

“Yuk, kita duduk!” ajak Sakura kemudian pada kedua orang sahabatnya.

“Tapi aku belum pesan…” kata Hinata.

“Lho, barusan aku pesan itu sekalian buat kalian juga.” jawab Sakura. “Hari ini aku yang traktir.”

“Hah?!” Hinata dan Ino saling berpandangan heran. Ada yang aneh dengan kelakuan si gadis musim semi itu sekarang.

“Kau mentraktir kami apa gak salah tuh?” cengang Ino. Dia yakin ada yang tidak beres dengan Sakura. Ino tempelkan tangannya pada jidat lebar gadis itu, “Kau sakit, Sakura? Tiba-tiba mentraktir kami dengan uangmu sendiri. Apa tadi pagi kau salah makan makanan basi yang ada jamur anehnya?”

“Apaan sih?” protes Sakura, menepis tangan Ino. “Memangnya kenapa kalau aku traktir kalian? Gak suka?”

“Bukan gitu. Tumben banget.” kata Hinata.

“Gak ada hujan, gak ada angin, gak ada badai, Sakura si pecinta uang yang biasanya teliti mengeluarkan koceknya sendiri, tiba-tiba malah traktir kita.” sambung Ino.

“Eh, tunggu. Apa aku sungguh sepelit itu?” tanya Sakura, gak sadar diri dengan polosnya minta penjelasan.

“Biasanya kita yang suka maksa minta dijajanin selalu ditolak olehmu. Dengan alasan, sayang kalau harus mengeluarkan uang cuma buat sekali makan. Eh, tahunya sekarang gak kita paksa, dengan sukarela langsung kau pesan sekalian bayarin makanan untuk kita. Momen langka nih.”

“Jangan-jangan,… jadi curiga, kau baik gini sama kita pasti ada maunya ya?” cibir Ino yang mulai berpikiran negatif.

“Wah, enggak dong. Jangan berprasangka buruk padaku. Aku traktir kalian sebenarnya karena ini memang janjiku. Sekalian aku mau berterima kasih.” Sakura berbicara terus terang.

“Berterima kasih buat apa?” tanya Hinata.

“Kalian sudah mempermudah jalanku menuju kemenangan.” jawab Sakura.

Hinata dan Ino mengernyitkan dahi tak mengerti. Mereka mulai berpikir, merangkai maksud perkataan Sakura yang susah dicerna itu.

“Jalan kemenangan? Apa ada hubungannya sama taruhan Karin?”

“Yup,…” Sakura mengangguk mantap, “Karena 75% aku sekarang yakin bisa menang dari cewek itu.”

Ino menatap tak percaya, “Kok bisa? Bukankah target taruhannya pun kau tak kenal?”

“Ckckck~ Targetnya itu si Uchiha.” kata Sakura to the point.

“Siapa itu Uchiha?” Ino dan Hinata saling berpandangan. “Bukankah targetnya itu orang bernama Sasuke?”

“Iya, Uchiha Sasuke. Uchiha itu si cowok sweater biru dongker itu lho~…”

“Heee…?! Serius?” Blue sapphire dan lavender terbelalak.

“Jadi orang itu namanya Uchiha?”

“Tunggu sebentar Sakura, kenapa kau tak bilang kalau kau sudah bertemu dengannya? Lelaki itu sudah menemuimu di kantin, heh?!”

“Err,…” Sakura nyengir sambil garuk-garuk belakang kepalanya, tampak tak enak hati. “Maaf, waktu itu aku terpaksa bohong karena aku masih tak mau mentraktir dan mengaku kalah pada kalian.”

“Huaa~… dasar kau ini…!”

Bletak… Sakura langsung kena jitak pelan Ino dan Hinata, saking gemasnya sama tuh cewek.

“Itaiii~…” ringis si gadis berhelaian merah muda, mengusap-usap kepalanya.

“Bukan itu masalahnya kan, kau anggap kami ini apa Sakura? Sampai kau tak cerita…” protes Ino.

“Memangnya kami sungguh ingin ditraktir olehmu. Kenapa berbohong segala? Dengar ya, kalau itu untuk kebahagiaanmu, pasti akan kami dukung.”

“Kau tahu, padahal sebelumnya kami putus asa. Kukira hubunganmu dengan lelaki yang kau sukai itu tak akan berjalan lancar. Tapi mendengar dia sungguh datang menemuimu, artinya usaha kami berdua ada hasilnya, iya kan Hinata?”

“He’eh…” Hinata mengangguk setuju.

“Iya, justru karena itulah aku berterima kasih sekarang. Dulu kalian pernah bilang yang aneh-aneh soal aku sama si Uchiha itu, kan? Dan ternyata responnya cukup bagus. Itu jadi mempermudah jalan kemenanganku karena sepertinya dia juga sedikit tertarik padaku, hehe~…” Sakura ke-ge-er-an tingkat dewa.

Tapi Sakura berani berkesimpulan begini juga berdasarkan fakta. Melihat dari tindakan Sasuke sejauh ini terhadapnya. Kalau memang benar lelaki itu tak menaruh minat sedikitpun, mungkin Sasuke tak akan menemuinya di kantin cuma karena modal omongan asal Ino dan Hinata. Atau seperti kejadian kemarin, meski agak kesal dibuatnya, tapi Sasuke seolah mencoba menggoda Sakura.

“Hmm, mungkin aku tinggal tunggu waktu yang tepat. Kalau tak dia duluan yang tembak aku, aku yang akan duluan ngajak dia pacaran. Pastinya nanti aku berhasil dapatkan Sasuke, menang taruhan dari Karin dan dapatkan uangnya, fufufufu~…. aku yakin menang!” Sakura cengar-cengir, pikirannya mulai melayang karana merasa senang akan mendapatkan uang sekaligus menang taruhan. “Jadi tak masalah buatku traktir kalian sekarang, soalnya uang yang akan aku terima nanti lebih besar. Kyaaaa~… senangnyaaaa~…”

Hinata dan Ino sweatdrop. Agak maklum juga sih menanggapi kelakuan tingkah Sakura yang gilanya kambuh kalau bahas soal uang dan taruhan.

“Ya, syukurlah kalau begitu…”

“Yang penting kau bahagia, Sakura.”

“Asal nanti jangan nangis kalau misalnya kalah…”

“Hei, aku tak akan kalah dong!” kata Sakura, “Makanya kalian harus dukung aku, yeah!”

Ino dan Hinata ikut tersenyum dan tertawa melihat Sakura yang bersemangat. Tentu saja sebagai sahabat mereka pasti mendukungnya.

Usai makan siang di kantin, masih ada waktu tersisa sekitar sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Sakura, Hinata dan Ino sempatkan diri jalan-jalan sebentar sebelum kembali ke kelas. Suasana riang terasa ditengah kebersamaan tiga orang sahabat itu. Curhat yang satu, curhat yang lain. Ada banyak obrolan yang rasanya tak pernah habis selesai mereka bahas.

Ketika sedang berjalan-jalan sekitar lingkungan sekolah, tiba-tiba langkah Ino terhenti dan langsung menarik tangan Sakura dan Hinata. Mengajak mereka bersembunyi dibalik tembok sebelum belokan koridor kelas.

“Heh, ada apa sih? Jangan asal main tarik dong…” protes Sakura kesal, karena setengah isi bungkusan kacang camilannya berjatuhan gara-gara Ino tiba-tiba menarik tangannya.

“Sstt…” desis gadis berambut pirang ekor kuda itu. Ino menempelkan satu telunjuknya pada bibir Sakura, memberi kode untuk tidak bersuara. Setelah itu secara perlahan kepalanya mengintip dari balik tembok.

Sakura dan Hinata mengikuti tingkah Ino itu, meski masih belum paham apa maksudnya sampai mereka harus berhati-hati begini. Barulah setelah itu mereka tahu, ketika melihat pemandangan mengejutkan di depan sana.

Tepat dihadapan mereka terlihat sosok Karin yang tengah berbicara dengan seseorang. Seorang cowok yang sudah tidak asing lagi, bahkan sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh Sakura, Ino dan Hinata. Karin dan Sasuke terlihat asyik mengobrol di depan kelas. Sepertinya seru, karena sesekali keduanya tertawa. Mungkin sedang membicarakan sesuatu yang menarik. Ditambah lagi Karin terkadang sok-sok dekat bahkan sampai mencoba merangkul lengan Sasuke dengan akrabnya.

“Mesra sekali…” komentar Hinata.

“Kayak orang pacaran aja.” lanjut Ino.

“Pasangan serasi. Yang satu ganteng, yang satu lagi cantik.” tambah Sakura.

“Eeh?!” Spontan Ino dan Hinata menoleh ke arah Sakura.

“Apa?” tanya Sakura, merasa dirinya diperhatikan.

“Kau cemburu yaaa~…?!” goda keduanya berbarengan.

“Hah?” Sakura jadi salah tingkah mendengar tuduhan itu, “Cemburu dari mana? Justru aku malah senang melihatnya…”

“Hmm, senang apa senang?” kata Ino sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Tentu saja senang.” tegas Sakura. “Aku senang karena Karin ternyata juga bersemangat soal taruhannya. Dia sudah mulai bergerak mendekati Sasuke, artinya dia serius bertaruh denganku.”

“Lho, bukannya ini justru membuat posisimu sulit.” kata Hinata.

“Kalau Karin sedekat itu dengan Sasuke, kau sendiri bagaimana?” sambung Ino.

“Err,…” Sakura gulirkan emeraldnya, bingung harus jawab apa. Ucapan mereka memang benar. “Sudahlah, jangan dibahas lagi.” Gadis itu coba menghindar. “Hei, ngapain juga kita sembunyi kayak gini. Ayo cepat ke kelas, nanti keburu masuk lho…” ajak Sakura.

Tapi baru saja dia hendak melangkah, Ino kembali menarik tangan gadis itu. Menyuruhnya untuk tetap bersembunyi.

“Bentar dulu!” cegah Ino, “Lihat tuh!”

Berikutnya apa yang terlihat oleh Sakura. Sepertinya Karin mengakhiri obrolannya dengan Sasuke. Gadis itu pamit sambil menepuk-nepuk bahu Sasuke sebelum dia melangkah pergi dan melambaikan tangannya pada lelaki itu.

Sakura, Ino dan Hinata segera menarik kepala mereka, menyadari Karin berjalan kearah mereka dan semakin mendekat. Sontak ketiganya makin merapatkan diri mereka ke tembok.

Krek…

Karin menginjak kacang-kacang yang berserakan di lantai, lantas sedikit menoleh melihat Sakura dan yang lainnya sekarang berdiri kaku tak bergerak. Satu delikan tajam dan senyuman angkuh dia tujukan untuk Sakura. “Menyedihkan…” desisnya, lalu tanpa berkata apapun gadis berambut merah itu kembali berjalan. Meninggalkan ketiga orang yang akhirnya bisa bernafas lega setelah kepergiannya.

“Ya ampun, nyebelin banget tuh orang.” kesal Ino teringat sikap sinis Karin. “Aku jadi ingin cukil matanya yang sok dulak-delik padaku seenaknya. Sialan…”

“Heh, sudahlah. Yang dia cibir itu aku.” kata Sakura, walau dalam hati pun merasa sama kesalnya.

“Sakura, sepertinya bukan hanya kau saja tuh yang dikasih respon positif sama Sasuke…” Hinata coba mengingatkan.

“Benar, sekarang tak ada waktu buat bersantai. Jangan ke-pede-an cuma karena kau punya 75%. Ingat, kau masih harus mengejar 25%-nya itu, Sakura.” tambah Ino.

“Hn.”

Sakura hanya mengangguk setuju. Benar apa kata mereka, perang baru saja dimulai. Dan dia tak akan kalah dari Karin. Sepertinya Sakura harus lebih serius dan bersemangat kalau ingin menang dan mendapatkan uang itu, hmm, mendapatkan Sasuke maksudnya.

Jadi, setelah ini apa yang akan dilakukan Sakura??

~( $_$ )~

TBC….. Next to Chapter 4

~( $_$ )~


A/N:

Yo! Akhirnya publish juga (^-^)/… maaf lama, ga bisa updet kilat apalagi pake guntur, #CTAR!

Special Thanks to:

Jile Sing, Itha, Judy Maxwell, YaYaK, zogakkyu, Chii, Ichi, rilojack, KazuhaRyu, Marshanti Lisbania Gratia, dan kamu yang udah baca tapi gak tinggalkan jejak komen. Sekarang komen dunk ya, hehehe…..

Oia, seperti yang tertulis di WARNING! Chapter kali ini saya kasih BONUS, hehehe~

SPECIAL BONUS CHAPTER khusus dibuat untuk menjawab review Chisa Hanakawa dan namikaze yakonahisa di FFn dan juga mungkin rasa penasaran Readers lainnya tentang:

Apa dari awal Sasuke udah suka sama Sakura? Kok dari awal udah ngegombal?

Dan kenapa Ino juga Hinata gak kenal Sasuke sedangkan mereka yang nyuruh si Uchiha untuk menghampiri Sakura di kantin?

Yups, langsung saja simak…


~($ _ $)~

Cherry’s Spring in Your Heart

20 Comments

Leave a Reply

2 Pings & Trackbacks

  1. Pingback:

  2. Pingback:

Leave a Reply to christina pearl Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *