Money [LOVE] Gamble: Chapter 5

Cerita Sebelumnya… Baca [Chap 1] [Chap 2] [Chap 3[Chap 4]

Target sudah ditemukan.

Tentu saja aku. Namaku kan Uchiha Sasuke.”

HAH?!”


Berpikir segalanya bisa dia dapatkan dengan mudah.

Karena 75% aku yakin bisa menang dari Karin.”


Tapi yang terlihat tak sesuai harapan.

Eh, jangan-jangan Karin lagi. Kabarnya dia dan Sasuke sekarang ini lagi deket-deketnya loh.”


Menimbulkan kebimbangan atas debaran asing yang baru pertama kali dirasakan.

Apa mungkin aku sudah mulai punya sedikit rasa cinta…?’


Haruskah ini lanjutkan?

Lalu bagaimana dengan perasaan Sasuke? Baka, apa kau tak pikirkan dia? Kau sungguh akan manfaatkan perasaan cowok itu? Dasar kejam! Coba kau pikir kalau kau berada di posisinya?!’


Sebaiknya mana yang harus dipilih:

Uang? Cinta? Taruhan?


~( $ _ $ )~

Money [LOVE] Gamble: Chapter 5

~( $ _ $ )~

Chapter: The meaning that feeling
Pair: Sasuke Uchiha x Sakura Haruno 
Rate: T
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
Length: 7.894  words
WARNING: AU, OOC, typo, adegan lebay, adegan blushing (?), lawakan garink, alur GaJe cerita se-mau-gue (=A=)

Story by

FuRaHa

If you don’t LIKE? Read? Don’t Read?

WHATEVER!

~Itadakimasu~


.

~( $ _ $ )~

.

Sesaat Sakura terpaku memandang satu tanggal pada lembaran kertas kalender kecil yang tertempel di balik pintu lokernya. Sebuah angka yang seminggu lalu sengaja dia tandai dalam lingkaran spidol merah dan catatan kecil bertuliskan ‘Death Line‘. Gadis itu sejenak menghela nafas panjang, ketika dia sadari tanggal itu jatuh tepat pada hari ini. Ya, hari ini, hari yang paling ingin Sakura lewati. Bahkan seandainya dia bisa menghentikan waktu atau memutar kembali ke masa lalu, Sakura ingin rubah keputusannya saat itu. Saat dengan lantang dan penuh percaya diri dia katakan sanggup menyelesaikan taruhan Karin dalam waktu satu minggu.

‘Sok jago banget,’ pikir Sakura saat ini. Menyadari apa yang diucapkannya dulu hanyalah omong kosong. Menjadi pacar Sasuke dalam waktu seminggu ternyata lebih sulit bila dibandingkan dengan tantangan lain yang pernah dia jalani. Masalahnya bukan karena dia tak merasa yakin bahwa Sasuke menyukainya. Sakura tahu perasaan itu ada. Gadis itu bukannya ge-er, tapi dilihat dari cara dan sikap Sasuke memperlakukannya, Sakura yakin lelaki itu pun punya perasaan lebih. Dan bukankah itu bagus? Keadaan ini bisa dia manfaatkan?

‘Tidak.’

Ternyata Sakura tidak bisa. Seandainya memang benar Sasuke menyukai Sakura, di hati Sakura tetap ada perasaan bersalah. Sakura merasa jahat kalau dia benar-benar serius melakukannya. Memang selama ini apapun untuk uang dan taruhan Sakura bisa lakukan segalanya demi meraih dua hal yang membuatnya bahagia. Tapi memanfaatkan perasaan orang? Mungkin itu hanya akan memberikan kebahagiaan semu bagi Sakura. Kebahagiaan yang diperoleh dengan mendustai perasaan tulus yang diberikan seseorang. Dia tak bisa melakukannya.

‘Tapi uangnya? Aargh, aku tetap tak bisa melepaskan taruhan ini…’ rengek Sakura dalam hati. Entah kenapa kalau teringat tentang uang, gadis itu jadi mudah bimbang. Bagaimanapun juga 100 ribu ryo yang ditawarkan tampak sangat menggiurkan buatnya. Siapa yang rela kehilangan uang sebanyak itu?

“Hhhhh~…” BLAM

Sambil menutup pintu loker, sekali lagi Sakura menghela nafas panjang. Entah ini sudah yang keberapa yang dia lakukan sepanjang hari. Rasanya seperti sedang mencoba membuang keberuntungan dalam diri secara perlahan-lahan. Ya, mungkin memang tak ada keberuntungan buat Sakura kali ini. Tidak untuk taruhannya dengan Karin. Rasa keputus-asaan Sakura sudah mencapai batas. Gadis itu pasrah. Dan sambil berjalan pulang, dia tertunduk lesu, tampak tak bersemangat.

Gadis musim semi itu sendirian. Tak tampak ada gadis lugu berambut indigo atau si pirang kuncir ekor kuda seperti biasa disisinya. Dan inilah yang kian menambah rasa sedih di hati, ketika dalam masa sulit seperti ini kenapa dua sahabatnya–Hinata dan Ino–justru malah tak ada saat Sakura membutuhkan banyak dukungan dari mereka.

“Tch, cinta itu menyebalkan,” gerutu Sakura. “Kenapa sih sejak mereka pada punya pacar aku jadi diterlantarkan gini?”

Dia teringat sehabis bubaran sekolah tadi Ino langsung pamit pulang. Menggandeng lengan Sai, mantan pacar lama yang kini jadi pacar baru sejak mereka berdua sepakat buat balikan lagi beberapa hari lalu. Dan Hinata pun juga sama saja. Sakura memang belum dengar cerita sobat berambut indigonya itu jadian sama si bocah Kyubi. Tapi dengan malu-malu Hinata bilang Naruto mengajaknya makan ramen di kedai Ichiraku langganannya sore ini. Makanya dia terburu-buru pulang untuk buat persiapan. Itu artinya yang lain pergi kencan sedangkan sang gadis musim semi makin merana ditinggal sendirian, bukan?

“Huff~ Apa aku ini tak penting? Sobat macam apa yang justru malah gak ada pas aku butuh bantuan?” keluh Sakura sembari berjalan menundukkan kepala. Entah kenapa dalam pikirannya sekarang selintas dia jadi berharap disaat seperti ini Sasuke akan muncul. Sama seperti waktu itu, berulang kejadian tak terduga seperti tempo hari apa akan terulang?

“AWAS!” teriak seseorang.

DUAK… / “Aaawww~…” Sakura meringis kesakitan, memegangi kepalanya yang barusan kena tembak. Siapa yang sengaja atau tak sengaja melempar bola ke arahnya barusan? Tatapan mematikan langsung terpancar dari sang emerald, celingak-celinguk cari pelaku pelemparan. Gadis itu bersiap marah, tapi nyatanya…

“Maaf–“

Suara baritone khas itu…

“Kau tak apa-apa?”

Sosok pemuda tampan berambut raven yang berlari-lari kecil mendekat itu…

“Ada yang sakit?”

Deg!

“Apa kau terluka, Sakura?”

Kenapa harus dia?

“Hn?”

Sasuke Uchiha?!

Sekali. Dua kali. Sakura mengerjapkan mata. Kembali tersadar dari pikiran yang sempat melayang barusan. “I, iya. Aku tak apa-apa,” jawab gadis itu kemudian, lekas mengerling dan cepat menghindar seperti biasa. “Lain kali hati-hati.” ucapnya seraya melangkah pergi menjauh dari Sasuke.

Entah kenapa melihat Sakura yang berlalu begitu saja menimbulkan sedikit rasa khawatir di hati Sasuke. Merasa tak bisa dia abaikan, lelaki itu pun melangkahkan kakinya mengejar Sakura. “Heh, benar kau tak apa-apa?” tanya pemuda itu.

“Hu’um,…” Sambil tersenyum Sakura mengangguk-angguk kecil. “Cuma kena bola kan tak akan sampai membunuhku, hehe~ mungkin…” Setengah bercanda gadis itu sedikit menjulurkan lidah dan gendikkan bahunya.

“Hn. Maksudku bukan kena bola tadi,” lanjut Sasuke, “Mungkin suasana hatimu yang sekarang lagi gak baik?” tebaknya.

Ah?… Sakura sedikit terperangah mendengarnya. Bagaimana dia bisa tahu?

Masih menatap Sakura, Sasuke sedikit miringkan kepalanya. “Kau lagi bête karena apa?” tanya pemuda itu lagi. Pelan, namun dalam.

‘Tch, apa aku mesti bilang kalau semua ini gara-gara kamu?!’ teriak batin Sakura. Ya, alasan dirinya tak bersemangat hari ini kan gara-gara masalah taruhannya dengan Karin yang menyangkut Sasuke. Tapi tentu saja hal jujur seperti itu tak bisa dia ungkapkan. “Mau tau aja~…” jawab Sakura singkat, sok cuek.

“Ok, terserah. Aku juga gak bakal ikut campur,” kata Sasuke mengerti. “Aku kan hanya mencemaskanmu. Siapa tahu aku bisa bantu…”

“Kau?” Sakura sedikit menyunggingkan bibirnya, tersenyum meremehkan. “Bisa bantu aku apa…” Walau dalam hati gadis itu berteriak, ‘Tentu saja Uchiha, cuma kau seorang yang bisa bantu aku mengalahkan Karin!’

Mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, sejenak Sakura memperhatikan Sasuke dari ujung rambut sampai ujung kaki. Rasanya ada yang berbeda dengan penampilan cowok itu sekarang. Rambut pantat ayamnya sedikit basah. Dia kenakan t-shirt biru tua berpadu celana pendek selutut warna putih. Lengkap dengan handband hitam di pergelangan tangan. Tampil sporty dengan sepatu olahraga hitam berpolet biru sembari menenteng sebuah benda bulat berwarna orange dipinggangnya. Benda yang tadi sempat dengan kurang ajarnya menabrak jidat lebar Sakura. Kemudian pandangan Sakura beralih ke arah lapangan. Beberapa anak cowok lain yang ada di seberang sana pun juga tampak terlihat berpenampilan tak jauh berbeda seperti Sasuke.

“Hari ini kau ada latihan klub?” tanya Sakura.

Sasuke hanya mengangguk.

“Ehm, yang lain pada main di lapangan, kenapa kau disini menghampiriku?” Sakura sudah jelas bermaksud mengusir lelaki itu.

“Masih kelompok Suigetsu yang main. Di sana juga paling duduk-duduk terus ngobrol nunggu giliran. Mending di sini, ada kamu…”

‘Eeh?!… Apa barusan si Sasuke lagi ngegombal? Duh, mulai lagi nih anak, bicaranya ngaco.’ kata Sakura dalam hati.

Beberapa saat keduanya kembali tak bicara. Sakura malah melamun entah apa yang sedang dipikirkannya. Sementara Sasuke juga tengah asyik men-dribel bola dan sesekali memutar-mutar bola basket itu diatas jari tangannya.

“Heh, daritadi ngelamunin apa sih?” tanya Sasuke penasaran dan setengah merasa cemas melihat keadaan Sakura yang tak bersemangat. “Kalau lagi bête jangan diem aja. Pikiran mumet mending kita refreshing.” lanjut pemuda itu. Lalu tanpa basa-basi lagi segera dia tarik sebelah lengan Sakura.

“Iih, apa-apaan sih?! Lepasin!” pekik Sakura, coba melepaskan diri sementara pemuda itu terus saja menyeretnya.

“Hmm, kau butuh hiburan Sakura. Ayo kita pergi jalan-jalan.” usul Sasuke.

“Eeh?!” Cukup terkejut juga Sakura mendengarnya. “Terus latihan basketmu…”

“Ah iya, kalau gitu aku izin dulu sekalian ambil tas,” Sasuke langsung melepaskan cengkeraman tangannya, “Tunggu sebentar. Jangan kemana-mana. Awas lho kalau kabur!” ancam lelaki itu pada Sakura seraya memutar langkah dan berlari-lari kecil kembali ke arah lapangan tempat teman-temannya berkumpul.

“Eh, tapi aku…” Seakan tak bisa menolak, Sakura hanya bisa diam. Memperhatikan punggung Sasuke yang berlalu dihadapannya. Sesekali pemuda itu menoleh, memastikan Sakura masih berdiri disana menunggunya. Dia serius hendak melakukannya. Terlihat dari senyuman tipis yang tampak di wajah Sasuke. Dan itu justru membuat hati Sakura makin jadi tak karuan.

‘Baka, apa yang coba kau lakukan padaku? Kenapa selalu bersikap seperti ini? Sok perhatian. Menyebalkan. Apa aku pantas menerima semua kebaikanmu? Apa kau tahu kalau aku hanya memanfaatkanmu?’

“Ih, masih melamun juga. Ayo cepetan!” ajak Sasuke yang sudah datang kembali usai mengambil tasnya.

“Hn.” Sakura mengangguk, kemudian berjalan beriringan dengan pemuda itu. Sejenak dia tatap wajah Sasuke yang berjalan disampingnya kini. ‘Ok, anggap aja ini yang terakhir. Karena mulai besok, aku pasti akan menjauhimu. Aku tak sanggup berada di dekatmu. Mengenal dirimu membuat hidupku rumit, Sasuke Uchiha.’ kata Sakura dalam hati.

~( $_$ )~

Perasaan Sakura tak enak. Merasa tak tenang. Selintingan perkataan orang-orang di sekitarnya membuat Sakura merasa tak nyaman. Belum lagi pandangan mereka yang seakan tak percaya ketika ia tengah berjalan bersama Sasuke.

“Kyaaa~ lihat tuh cowoknya ganteng. Beruntung banget sih cewek itu…” komentar beberapa siswi sekolah lain pas kebetulan mereka berpapasan.

“Ck~ cowoknya apaan?” gumam Sakura ketika tak sengaja mendengarnya.

Maju beberapa meter, seorang pedagang aksesoris di pinggir jalan pun ikut-ikutan bicara. “Aih~ pasangan anak muda yang disana, ayo beli cincin buat pacarnya. Biar tambah mesra, asyik, ehem… ehem…” godanya sambil tawarin barang dagangan.

“Hah? Siapa yang pacaran? Apanya yang mesra? Dasar sok tahu!” dengus Sakura masih saja menggerutu tak terima.

Lain dengan Sasuke. Meski tetap bersikap tenang dan sok cuek, tetapi lelaki itu kadang sedikit tersipu mendengar perkataan orang-orang tadi yang menyangka mereka berdua pacaran yang lagi pergi berkencan.

‘Apa selalu terlihat begitu? Rasanya jadi tak tahu harus bersikap bagaimana. Apa kalau cowok jalan bareng cewek biasanya orang-orang akan berpikir mereka pacaran? Padahal belum tentu juga kan?’ pikir Sakura, si gadis yang minim pengalaman cinta.

Berjalan melewati sebuah gang, tiba-tiba langkah kaki Sasuke terhenti. Sakura yang sedari tadi berjalan sambil melamun tak sengaja jadi menabrak punggung lelaki itu. Belum sempat dia protes, perhatiannya lekas teralih dengan kehadiran beberapa orang asing di sekitar mereka.

“Zabusa…” gumam Sasuke, saat dia mengenali salah satu diantara gerombolan itu.

Lelaki bertampang sangar dengan dandanan preman itu pun menyeringai dan berjalan menghampiri Sasuke. “Wah, wah, wah, coba lihat siapa disini yang lagi asyik jalan berduaan sama pacar?”

Berlanjut tiga pemuda lain yang sepertinya teman lelaki itu pun ikut mengelilingi SasuSaku. Terlihat jelas mereka sengaja menghadang di tempat gang yang rada sepi. Sakura jadi punya firasat buruk.

“Hahaha, kebetulan sekali kita bertemu disini, Sasuke. Aku jadi tak perlu repot mencarimu ke sekolah,” lanjut pria berbadan besar yang dipanggil Zabusa itu. “Apa kabarmu? Atau kau tak ingin tanyakan kabar Haku?”

“Siapa mereka? Kenalanmu?” bisik Sakura pada Sasuke. Sasuke tak menjawab. Tapi dilihat dari raut wajahnya yang tiba-tiba berubah tegang, Sakura tahu kalau berandalan itu bukanlah teman Sasuke.

“Sakura, hitungan ketiga kau lari yah!” kata Sasuke.

“Kenapa?” tanya Sakura polos.

BUGH…

Tanpa basa-basi satu tonjokan keras langsung menghantam wajah Sasuke. Membuat cowok itu terhuyun dan sedikit meringis kesakitan.

“Hei, apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba kau pukul dia?!” teriak Sakura pada Zabusa.

Zabusa cs tak mengubris perkataan gadis itu, mereka kini justru malah asyik mengeroyoki Sasuke. Memukulinya sampai pemuda Uchiha itu jadi kewalahan karena harus melawan empat orang sekaligus. Meskipun begitu, Sasuke tak mau menyerah. Beberapa kali dia berhasil membalas serangan mereka sambil sesekali menyuruh Sakura untuk kabur.

“Pergi! Cepat pergi, Sakura! LARI!” perintah Sasuke berkali-kali.

BAK… BUK… BAK… BUK…

“Kyaaa… Sasuke?! Awas…!” panik Sakura. Melihat Sasuke dikeroyok seperti itu jangankan untuk kabur, Sakura justru malah berpikir dirinya tak bisa terus tinggal diam seperti ini. Sakura harus ambil tindakan. Berpikir untuk membantu Sasuke, buru-buru dia mengambil sebongkah batu yang lumayan besar yang ada didekatnya.

“Heh, sudah cukup. HENTIKAN!” teriak Sakura, “Jangan pukuli dia lagi. Kalau enggak…” Sakura angkat batu itu tinggi-tinggi, bersiap melemparkannya.

DUAK…

Batu itu melayang tepat mengenai kepala Zabusa, bikin preman itu mengerang kesakitan. Zabusa limbung, dia pegangi kepalanya dengan kedua tangan. Melihat pemimpin mereka terluka, anak buahnya yang lain sesaat berhenti memukuli Sasuke. Sakura menarik bibirnya. Senyum di wajah gadis musim semi itu mengembang, berpikir cara radikalnya barusan berhasil menyelamatkan Sasuke. Tapi sepertinya masalah tak akan berhenti sampai disini.

“AARGH… BRENGSEK! CEWEK SIALAN!” maki Zabusa, “Berani-beraninya loe bikin kepala gue bocor!”

“Kau sendiri main keroyokan, dasar preman kampung! Beraninya kalo banyakan. Dasar *pip* loe!” balas Sakura, sama sekali tak gentar meski kini Zabusa datang menghampirinya dengan tampang sangar penuh amarah.

GREP…

Tangan Zabusa langsung mencengkeram leher Sakura, hendak mencekik gadis itu. “Kurang ajar! Mulut cewek macam apa yang berani mengeluarkan kata-kata kasar kayak gitu? Meski kau itu pacarnya si Sasuke sialan, kau tak berhak ikut campur nona…”

“Shut the *pip* up! Kata-kata kasar emang pantas buat berandalan kampung kayak kalian, *pip*!” kata Sakura, “Satu hal lagi yang mesti kau tahu, aku ini bukan pacarnya Sasuke…”

“Hentikan! Jangan sentuh dia!” Sasuke berlari hendak menyelamatkan Sakura, namun dirinya keburu dihadang dua orang yang langsung menahan tangannya dan kembali memukulinya. “Zabusa, singkirkan tanganmu darinya! Jangan coba sakiti dia, dasar brengsek!” teriak Sasuke, disela perlawanannya terhadap anak buah Zabusa.

“Aaaargh… uhuk… uhuk… lepaaaas… uhuk… kan aku… uhuk… aaargh…” Sakura mengerang kesakitan. Lehernya sakit sekali, disamping sesak rasanya hampir mau mati dicekik seperti ini. Gadis itu terus meronta-ronta, melepaskan diri dari cengkeraman Zabusa. Dia ayunkan tangan dan kakinya, sebisa mungkin mencoba melawan.

“Hahahaha~….” Zabusa tertawa, “Menarik sekali. Sasuke Uchiha, ternyata kau ini menyedihkan sampai tak diakui pacar oleh gadismu sendiri…”

“Cukup! Sudah kubilang hentikan! Dia bicara jujur. Dia bukan pacarku. Lepaskan dia Zabusa!” teriak Sasuke. Sesaat dia berhasil melepaskan diri dari gerombolan Zabusa dan hendak menerjang lelaki itu. Tapi lagi-lagi tak bisa, ketika tubuhnya kembali tertahan oleh mereka yang masih terus memukulinya.

“Benarkah? Lalu apa yang selalu kau bilang pada Haku?” Satu seringai kejam tertoreh di wajah Zabusa, “Kalau dia bukan pacarmu, berarti boleh dong aku perlakukan dia sesuka hatiku. Khukhukhu~…”

“KURANG AJAR!” Sasuke berang, memikirkan segala kemungkinan buruk yang bisa saja musuhnya itu lakukan untuk menyakiti Sakura. “Jangan macam-macam kau!”

“Tenang saja. Cuma semacem kok,” Zabusa mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku celana jeans belelnya. Haa?!… Sang emerald membulat. Sekujur tubuh Sakura merasa tegang ketika besi pisau itu terasa dingin menyentuh pipinya. Sekali lagi Zabusa menyeringai, “Aku hanya mau buat sedikit goresan kecil di wajah cantik ini…”

“Kyaaa~…” Sakura memejamkan mata, tak sanggup melihat dan memikirkan nasib dia selanjutnya ketika lelaki itu bersiap menghujamkan pisau itu kearahnya. ‘Pasti sakit,’ pikir Sakura. ‘Ditusuk oleh benda itu dimanapun tempatnya pasti bakal sakit. Lagian kayaknya pisau itu gak steril, gimana kalau entar aku malah kena tetanus? Kyaaa… gak mau!’

Sret…

Lima detik dalam suasana hening yang menegangkan, namun terasa cukup lama bagi Sakura yang sedang menunggu nasibnya. Tapi tak ada apapun yang terjadi. Ketika Sakura sadari tak ada sakit ataupun perih yang terasa di salah satu bagian tubuhnya. Penasaran dengan apa yang terjadi, perlahan gadis itu kembali membuka mata. Mungkinkah…

“SASUKE!”

Sakura terhenyak melihat cowok itu telah berdiri dihadapannya sembari menahan pisau Zabusa dengan sebelah tangan.

“Hahahaha~…” Zabusa malah tertawa, “Menggelikan, jadi di sini ada yang mau berlagak sok keren, heuh?! Kau mau jadi pahlawan yang menyelamatkan sang putri?” Zabusa kemudian menarik kembali pisaunya dari tangan Sasuke dengan paksa, bikin darah segar langsung mengalir dari luka di tangan Sasuke. “Kita lihat sampai mana nyalimu, dasar pecundang!” Dengan cepat dia coba menghujamkan pisaunya pada Sasuke.

DUAK…

“AARGH!$%#&$ #!#$#&#$!”

Bruk… Zabusa tumbang. Lelaki itu langsung membungkuk, melenguh dan meringis kesakitan memegangi anu-nya. Rasa ngilu menjalar disekujur tubuh kala Sakura yang berhasil melepaskan diri langsung menyerangnya tanpa basa-basi. Sekuat tenaga gadis itu kerahkan untuk melancarkan satu serangan mematikan dengan menendang tepat mengenai ‘adik kecil’-nya Zabusa.

“Tch, rasakan itu!” kata Sakura.

Harusnya dia lakukan itu daritadi. Puas sekali rasanya kini melihat Zabusa mengerang kesakitan, meski dia tak bisa bayangkan bagaimana rasa sakit yang diderita Zabusa sekarang. Lain dengan Sasuke, melihat pria itu menderita, sebagai sesama cowok Sasuke pun ikut merinding jadinya. Pasti sakit.

“Ayo lari!” ajak Sasuke, segera memanfaatkan keadaan. Lekas menarik tangan Sakura dan membawanya pergi.

Saat itu baik Sakura maupun Sasuke tak banyak bicara. Keduanya terus berlari menghindari sisa para berandalan lain yang masih terus mengejar mereka untuk balas dendam.

Sampai di sebuah taman langkah mereka terhenti. Sasuke yang merasa lelah langsung terduduk di kursi. Sambil mengatur kembali nafas yang masih terengah, sesekali cowok itu meringis kesakitan. Darah mungkin sudah berhenti mengalir, tapi goresan luka di tangan tetap terasa perih. Dia kibas-kibaskan sebelah tangannya, coba hilangkan sedikit rasa ngilu yang berdenyut. Sementara itu onyx berkeliling mencari-cari sosok gadis musim semi yang tanpa dia sadari ternyata sudah tak ada lagi didekatnya.

Beberapa menit menunggu, akhirnya Sakura datang sambil membawa kantung plastik berisi obat-obatan. Untung didekat taman ini ada konbini, setidaknya dia tak perlu jauh-jauh mencari perban dan povidone iodine untuk mengobati luka Sasuke.

“Sini tanganmu!” pinta Sakura.

Gadis itu dengan telaten mulai membalut luka di tangan Sasuke. Sasuke sendiri hanya tertegun memperhatikan. Untuk sesaat dia seakan lupa dengan segala rasa perih yang ada. Terus terang Sasuke menyukai bentuk perhatian yang Sakura berikan padanya. Termasuk gerutu dan omelan gadis itu yang menceramahi tindakan nekatnya tadi yang kini menimbulkan luka.

“Huh, kau ini… apa tanganmu terbuat dari besi sampai berani tangkis pisau itu segala? Sekarang lihat akibatnya, baka~…” kata Sakura yang jadi marah-marah saking khawatirnya. “Untung lukamu tak terlalu dalam. Gimana coba kalau tadi dia tusuk kamu di bagian lain? Bisa-bisa lebih parah dari ini. Dasar bodoh, harusnya kau jangan gegabah langsung serang dia…”

“Aaaww~…” ringis Sasuke. Sejenak menyela perkataan Sakura, ketika gadis itu kurang hati-hati menempelkan plester kecil di luka pelipisnya. “Duh, pelan-pelan dikit napa?”

“Eh, sorry, sorry… sakit ya? Hehe~…”

“Coba aja rasain sendiri!” gerutu lelaki itu.

Diam sejenak. Sakura mendadak lesu. “Iya benar, harusnya yang terluka itu aku. Gara-gara kecerobohanku kau jadi seperti ini. Maaf…”

“Heh, sudahlah. Kenapa minta maaf? Ini bukan salahmu,” Satu senyuman tipis terlihat di wajah Sasuke, “Aku tak apa-apa. Ini cuma luka kecil, jangan merasa bersalah. Justru yang paling penting kau tak terluka. Tadi juga kau hebat, berhasil kalahkan dia.”

“Ah, hahaha~…” Sakura tertawa, merasa bangga dipuji Sasuke barusan.

“Lagian tadi sudah kusuruh lari kenapa malah ikut melawan mereka? Jadi siapa yang baka di sini, eh?”

“Kau menyuruhku lari? Kau pikir aku tega melihatmu dikeroyok mereka? Teman macam apa yang justru malah kabur disaat seperti itu…”

“Teman?” tanya Sasuke. “Jadi kau anggap aku cuma teman?”

“Yup, tentu aja.” Sakura mengangguk mantap. “Makanya sebisa mungkin aku pasti akan membantumu. Karena kita kan teman.”

“Tak lebih?” tanya Sasuke lagi.

“Eh? Err, yah, boleh-lah kalau kau mau lebih, kau akan aku anggap sahabat.” lanjut Sakura menambahkan.

“Sahabat?”

“Iya, memangnya apa lagi? Masih untung kuanggap sahabat. Itu artinya posisimu sejajar sama Ino dan Hinata. Atau kau lebih suka kuanggap musuh?” tawar Sakura yang jadi merasa kesal karena Sasuke daritadi malah balik bertanya.

“Masih ada tingkatan lain yang lebih tinggi dari sahabat kan?”

“Emangnya ada?” Sakura sesaat mengernyit, memikirkan tingkatan apa yang lebih tinggi dari status ‘sahabat’ dalam hubungan antara pria dan wanita. Sayang sekali, minimnya pengalaman cinta bikin gadis yang satu ini gak ‘ngeh’ menangkap maksud perkataan Sasuke.

Usai mengobati luka, dua orang itu masih beristirahat sejenak. Duduk santai di kursi taman sambil menikmati sekaleng soft drink yang sekalian sengaja Sakura beli di konbini tadi. Niat awal ingin pergi jalan-jalan menghibur Sakura, tapi yang ada malah terlibat peristiwa mengerikan barusan. Sasuke sedikit merasa bersalah jadinya.

“Maaf, sepertinya aku malah membuat harimu jadi makin tak menyenangkan.” kata Sasuke mulai membuka pembicaraan.

Sakura menggeleng pelan, gadis itu tersenyum tipis. “Tidak. Justru malah jadi luar biasa. Ini pengalaman tak terlupakan, aku sampai berkelahi dan dikejar-kejar preman. Masih mending tadi mereka gak sampai malak minta uang. Duh~ kalau sampai kejadian kan ngeri banget.”

Sebenarnya pas Sakura dihadang di gang tadi, dia agak was-was. Takut dirampok atau isi dompetnya dikuras habis para preman sialan itu. Memikirkan uangnya bakal raib sepertinya lebih mengerikan daripada diancam sama pisau sekalipun. Uang kan benda yang paling berharga buat Sakura. Tapi untung saja bukan itu yang diinginkan Zabusa. Tapi hal lain. Dan Sakura jadi sedikit kepikiran soal hubungan Sasuke dan preman itu.

“Oh iya Sasuke, sebenarnya siapa mereka? Kau mengenal pria tadi kan? Kenapa sepertinya pria itu dendam padamu? Kau terlibat kejahatan apa sampai para berandalan itu mengincarmu?” Sakura mulai menginterogasi Sasuke.

“Hn,” Sasuke sudah tahu Sakura akan banyak bertanya padanya. Agak bingung juga sebenarnya bagaimana dia akan menjawab pertanyaan itu. “Sebenarnya cuma masalah sepele sih.”

“Masalah sepele apa yang bisa buatmu sampai dipukuli kaya tadi?” Sakura masih tak mengerti.

“Kau pasti akan menertawakanku kalau aku bilang ini cuma karena cewek.”

Sakura sempat terhenyak, “Cewek?”

“Hn,” Sasuke angkat sebelah alisnya, sedikit menyunggingkan bibir. “Cewek itu bisa berubah mengerikan kalau lagi patah hati. Mungkin gara-gara aku tolak mereka lantas jadi ada yang dendam. Zabusa, cowok yang tadi itu kakaknya Haku. Beberapa bulan lalu adiknya itu nekat mengancam bunuh diri karena terus bersikeras ingin pacaran denganku.”

WHAT THE…!! Sampai segitunya hanya karena seorang Sasuke?!

Sakura syok juga mendengarnya. Tak menyangka sama sekali. Yah, meski bisa jadi tuh, secara Sasuke orangnya kan emang ganteng dan keren. Meski sekarang ada sedikit lebam di wajah lelaki itu tapi tetap saja inner beauty-nya masih bisa bikin orang tertarik. Dasar cowok berkarisma.

Sakura tersenyum miris, “Yah, sepertinya memang kau sudah banyak menolak cinta jutaan wanita. Kenapa sih sampai Yuki yang cantik aja ditolak?”

“Yuki… Yukimaru maksudmu?” tanya Sasuke yang langsung dijawab dengan anggukan Sakura. “Oh, jadi gadis itu temanmu?”

“Iya, kau tahu gimana sedihnya dia? Terus nangis di kelas gara-gara sikapmu…”

“Hn,” Sasuke mengerling, memutar pandangan onyx-nya. Menghindari tatapan mengintimidasi Sakura. “Mau gimana lagi, aku memang tak suka padanya, ya jelas aku tolak.”

“Jadi benar dong kalau katanya kau itu naksir sama cewek lain?”

“Hn.” Sasuke hanya mengangguk.

“Siapa?” tanya Sakura.

“Kamu.” jawab cowok to the point.

KLONTANG…

Kaleng dari tangan Sakura terjatuh. Seakan mengekspresikan suasana hati gadis itu ketika mendengar pernyataan Sasuke. Sasuke sendiri wajahnya mulai terasa panas. Semburat garis kemerahan tampak muncul bersemu di kedua belah pipinya. Mencoba menyembunyikan rasa malu, lelaki itu lekas palingkan wajahnya, tak sanggup menatap langsung Sakura. Dia tak menyangka kenyataan yang selama ini dipendamnya dalam hati berhasil diutarakan pada Sakura saat ini.

“Hah? Ha ha ha…” Sakura malah tertawa hambar, memecah keheningan yang sesaat tercipta diantara mereka. “Barusan kau bilang apa?” Gadis itu korek-korek sebelah telinganya yang memang dalam kondisi normal. “Kayaknya aku salah dengar deh. Atau mungkin…” “Sakura coba alihkan dan pungkiri perkataan lelaki itu, “Apa minumannya mengandung alkohol ya? Jangan-jangan kau mabuk. Bicaramu kacau. Wajahmu juga agak merah lho. Barusan aku pasti salah dengar. Ya, salah dengar. Jangan bercanda, Sasuke. Hahaha~… gak lucu tau.” Sakura coba yakinkan hal itu berulang kali. Entah pada dirinya atau pada Sasuke.

Terus menghindar, Sakura bangkit dari kursinya untuk memungut kembali kaleng soda yang terjatuh tadi. Isinya sudah banyak yang tumpah, tapi masih ada sisa setengah.

“Aku serius,” ucap Sasuke terus terang. “Kau tak salah dengar.”

“Serius apanya?” tanya Sakura santai. Sambil membelakangi Sasuke, dia bersihkan sedikit bagian kaleng minumannya yang kotor. Melihat kaleng itu sudah jelas cuma soda biasa. Bukan bir atau minuman beralkohol lainnya. Sasuke gak mabuk, jadi gak mungkin dia bicara sembarangan. Lagian justru orang kalau lagi mabuk lebih sering berkata jujur kan?

“Sakura,” panggil Sasuke seraya mendekat. Ditepuknya sebelah bahu gadis itu, setengah memaksa untuk menghadap kembali ke arahnya. “Aku menyukaimu.”

Whusssshhh…

Semilir angin sore berhembus menyela keheningan yang mendadak tercipta diantara dua anak manusia itu. Untuk sesaat Sakura terpaku pada onyx yang menatapnya intens. Sebelum dia kerjapkan kembali mata itu berulang kali supaya sadar dan lekas tundukan pandangan. Gadis itu cengkeram erat kaleng soda di tangan untuk menghalau rasa gugup yang tiba-tiba menyerang. Mendengar pernyataan Sasuke yang terucap barusan diluar perkiraan.

‘Suka? Dia bilang suka?’

Sejenak Sasuke menghela napas, sebelum mulai kembali bicara serius dari awal. “Sakura, perlu kau tahu ada alasan selama ini aku selalu menolak beberapa gadis yang menyukaiku. Aku selalu bilang alasannya karena aku menyukai seseorang. Awalnya memang bohong. Karena dulu memang tak ada seorangpun di hatiku. Sampai akhirnya aku temukan orang itu. Orang yang mampu membuatku untuk pertama kalinya mengenal rasa suka dan cinta. Itu adalah kau, Sakura. Aku menyukaimu,” lanjut Sasuke dengan perasaan berdebar-debar. “Jadi, apa kau mau menerima perasaanku? Kita pacaran?”

Sakura tertegun mendengarnya. Sedang Sasuke mulai merasa tegang, dia tahu Sakura pasti mengerti maksud perkataannya. Itu adalah pernyataan cinta. Dan sekarang hanya tinggal menunggu sebuah jawaban. Namun yang terjadi malah…

“WUAHAHAHAHA…” tawa Sakura meledak. “Hahaha~ aduh Sasuke, jangan pasang tampang serius gitu dong. Hampir aja aku ketipu. Bercandamu kelewatan deh, hihihi~… iya, iya, kali ini leluconmu lucu banget, hehe~…”

“Eh?” Sasuke sweatdrop. Ngomong apa barusan Sakura? Orang udah serius gitu justru malah dibecandain. Bikin Sasuke kesal jadinya. Tanpa banyak bicara dia memilih pergi menjauh dari Sakura yang masih cekikikan.

“Heh, kok jadi ngambek sih?” tanya Sakura seraya menyusul Sasuke.

“Puas menertawakanku?!” bentak lelaki itu.

“Aaa…” Sakura langsung berhenti tertawa. “Maaf.” katanya penuh penyesalan.

“Tch.” Sasuke memalingkan wajah, kemudian kembali duduk di kursi taman. Tak memedulikan Sakura yang langsung ikut menghampiri dan duduk di sampingnya.

“Ehm, ok, aku gak akan bercanda lagi. Kali ini serius.” kata Sakura mulai mengajak Sasuke bicara kembali. Dia acungkan dua jarinya membentuk tanda ‘v’ menunjukkan bukti keseriusan.

Sasuke sedikit melirik Sakura, memastikan kalau gadis itu tak akan mempermainkannya lagi. “Hn, jadi kau mengerti apa maksudku tadi, kan?”

“Yang mana?” Lagi-lagi, sambil pasang tampang sok polos Sakura malah balik nanya.

Ugh~… Rasanya muncul sewotan besar di kening lelaki Uchiha itu, menghadapi si gadis musim semi yang mendadak jadi telmi.

“Ah, iya deh iya, hehehe~ aku ngerti kok.” jawab Sakura pada akhirnya serius berhenti bercanda. Dia coba menenangkan kekesalan Sasuke.

Ya, dia mengerti apa maksud ucapan lelaki itu. Sebetulnya sejak pertama kata ‘suka’ tadi terlontar keluar dari mulut Sasuke, Sakura sudah tahu apa maksudnya. Dia sendiri pun kaget saat mendengarnya. Sasuke bilang suka? Dia bilang dia ingin jadi pacarnya? Cowok itu nembak, si Uchiha nembak? Tepat di hari ini, hari terakhir dari kesepakatannya dengan Karin. Hari dimana awalnya Sakura merasa sudah tak ada lagi harapan. Dia pasrah untuk kalah dan justru memutuskan kelak dia akan menjauhi Sasuke selamanya. Tapi lelaki itu dengan cepat merubah kenyataan. Dia ngajak jadian. Itu artinya Sakura bisa menang taruhan. Bisa dapat uang. Situasi yang menguntungkan bagi Sakura. Andai saja bisa berteriak, Sakura ingin bilang kalau dia sangat senang akhirnya bisa menang dari Karin.

Tapi…

Direlung hatinya yang lain lagi-lagi perasaan itu muncul dan menjadi gejolak dalam diri Sakura. Sasuke mengatakannya dengan penuh ketulusan sedangkan apa yang ada dalam pikiran Sakura selain kemenangan dan uang yang akan didapatkannya. Dia tak pantas menerima Sasuke. Jika Sakura menerimanya maka dia benar-benar memanfaatkan perasaan lelaki itu. Sekarang hanya tinggal memutuskan harus menjawab apa. Jawaban berat yang harus dikatakan Sakura.

“Makasih.” gadis itu mulai bicara.

Sasuke kembali mendengarkan dengan seksama. Tapi cukup lama berselang, Sakura tetap saja diam. Bikin pemuda itu tak sabar dan jadi ingin mendesaknya. “Lalu apa keputusanmu? Mau jadi pacarku?”

‘Waduh, apa ya?’ batin Sakura kembali bingung. Ayo putuskan jawabannya!

“Maaf,” Satu kata itu seakan sudah jelaskan segala keputusan yang akhirnya Sakura pilih. Sambil tersenyum, gadis itu menggeleng pelan. “Maaf Sasuke, tapi aku tak bisa menerimamu.”

WHAT THE…?! Ditolak? Sasuke ditolak? Apa kau sudah gila, Sakura?!

‘Yup, aku pasti sudah gila berkata tidak padanya.’ kata hati Sakura mulai bicara, ‘Tapi mudah-mudahan ini keputusan tepat yang bisa aku ambil. Mungkin aku akan kehilangan uang dan kemenangan dari Karin. Tapi aku puas, aku tak lagi membohongi diri sendiri. Meski sejujurnya aku suka dia. Iya, tanpa kusadari perasaanku tumbuh. Aku juga suka Sasuke. Jauh dari alasan karena taruhan ini. Hahaha~… Rasanya lucu juga ya, aku yang suka uang dan taruhan, berpikir jatuh cinta pada seseorang adalah mustahil, ternyata bisa juga punya rasa ini. Aku menyukainya. Aku suka Sasuke. Tapi seperti yang aku bilang, aku tak pantas menerima perasaan tulus yang dia berikan. Uang dan taruhan sudah lebih dulu menodai perasaanku. Sasuke bisa dapat yang lebih baik. Bukan aku. Orang seperti aku tak pantas buatnya.’

“Gak masalah kan, kau aku tolak?” tanya Sakura, sebisa mungkin tetap tersenyum.

Kekecewaan terlihat di wajah Sasuke, “Kau bercanda?”

Sakura menggeleng, “Tidak. Aku serius.” jawabnya kembali dengan perasaan berat.

“Bercanda?” tanya Sasuke lagi, rasanya masih tak percaya.

“Serius.”

“Jadi aku ditolak?” Lelaki itu masih belum terima keputusan Sakura.

“Iya.” jawab Sakura mantap.

“Sama sekali gak ada bahan pertimbangan?”

“Enggak ada.”

“Harapan juga gak ada?”

“Enggak ada. Enggak ada. Seribu kali juga enggak ada.” jawab Sakura rada kesal. “Lupakanlah Sasuke…”

“Kenapa?”

Deg!

Manik emerald itu bergulir. Mengerling kearah manapun, coba hindari tatapan onyx yang penuh selidik. Pertanyaan inilah yang paling Sakura tak ingin jawab. Alasan? Gadis itu harus memberinya alasan apa?

“Karena aku tak mau jadi pacarmu. Lagipula percuma kalau kita pacaran juga, aku sebenarnya sudah…” Kalimat Sakura mengambang, dia tak bisa meneruskan kata-katanya. Gadis itu pikir tak seharusnya dia katakan alasan sebenarnya pada Sasuke perihal taruhan itu. Kalau dengan kejam dia sudah menjadikannya sebagai objek permainan kotor dengan Karin.

“Hn?”

Sasuke masih menunggu. Dan itu buat Sakura makin dilema. “Err, aku… aku hanya tidak suka padamu. Itu saja…” jawab Sakura lirih. Dia dustai perasaannya sendiri.

Merasa tak ingin terus terjebak dalam situasi menyesakan ini, Sakura lekas bangkit dari duduknya dan buru-buru melangkah pergi. “Sudah selesai, kan…” Gadis itu lagi-lagi memilih kabur dari Sasuke.

“Heh, tunggu Sakura! Kasih penjelasan dulu dong.” cegah Sasuke yang langsung mengejar Sakura. Dengan cepat dia tahan lengan Sakura dan memaksa gadis itu kembali menghadapnya. “Aku tak mengerti apa alasanmu? Kenapa kau tak suka padaku? Padahal aku menyukaimu…”

Sakura yang berbalik menatap Sasuke merasa sakit rasanya, ketika manik emerald miliknya sekali lagi menangkap tatapan penuh harapan yang diperlihatkan onyx. Sakura bisa melihat dengan jelas ketulusan yang dimiliki pemuda raven itu.

“Apa kau tak bisa terima kenyataan kalau kau sudah kutolak, tuan Uchiha?” ucap Sakura tajam. Gadis itu mendelik dan menorehkan satu senyum tipis meremehkan. “Kupikir kau cukup pintar mencerna kata ‘tidak’ yang tadi aku ucapkan.”

“Iya, aku tahu, kau menolakku. Tapi aku hanya ingin dengar apa alasannya?”

“Alasan? Kau butuh alasan?”

Sejenak Sakura berpikir, sebelum kemudian dia tarik Sasuke ke sisi dekat kolam air mancur di tengah taman. Lelaki itu sempat mengira Sakura yang kesal terus didesak olehnya dan sungguh tak menyukai dirinya mungkin akan mendorong atau menceburkan Sasuke masuk ke dalam kolam. Yah, tapi bukan itu tujuan Sakura sebenarnya yang kini setengah memaksa menyeret lelaki itu, bahkan sampai mendepak keras punggung Sasuke minta dia sama-sama menghadap menatap pantulan bayangan mereka pada air kolam yang lumayan jernih disana.

“Kau lihat bayanganmu?” tanya Sakura.

“Hn, iya. So?” Sasuke makin mengernyit tak mengerti. Sebenarnya apa yang ingin coba Sakura jelaskan, apa hubungannya dengan alasan yang sedari tadi dia pertanyakan.

“Di air keruh saja sosok bayanganmu terlihat keren.” kata Sakura sembari menunjuk bayangan Sasuke di dasar kolam. “Kau sadar diri tidak kalau kau itu High Level? Orang sepertimu tampak sempurna dan punya segalanya. Wajah tampan. Gaya keren. Status sosial. Otak yang encer. Jago main basket. Sosok yang disukai banyak gadis. You’re the most favourite boy.”

Sekali. Dua kali. Dalam keheningan sesaat Sasuke mengerjap menatap Sakura. Apa gadis itu barusan sedang memujinya?

Kemudian Sakura beralih menunjuk bayangannya sendiri, “Sedangkan yang ini, Under Level. Kau lihat aku seperti apa? Gak ada cantik-cantiknya. Urakan. Slengean. Asal-asalan. Gak tahu aturan. Gak modis. Gak feminim. Gak ada manis-manisnya. Pokoknya gak menarik.”

“Terus kenapa?” tanya Sasuke gak ngerti. “Kau hanya coba merendahkan dirimu sendiri.”

“Kita ini gak cocok. Bumi dan langit. Ngerti?!”

“Hanya karena itu?” Sasuke memiringkan sedikit kepalanya. Bibirnya mengerucut. “Kau kira aku menyukaimu hanya karena lihat fisikmu? Atau itu memang yang kau nilai dariku? Berarti kalau aku ini cowok jelek, gak populer dan gak punya fans-girl kau mau menerima cintaku?”

Eh?! Sungguh pertanyaan balik yang tak terduga. Lagi-lagi Sasuke berhasil membuat Sakura tak berkutik. Niat ingin tegaskan lelaki itu kalau dirinya tak pantas jadi pilihan justru malah bikin Sakura setuju akan pendapatnya. Memang benar, cinta itu kan seharusnya tak cuma lihat tampang dan penampilan.

“Yah, bukan itu maksudku,” Sakura garuk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal, jadi malu sendiri. “Ehm, aku hanya bingung, kenapa gadis itu harus aku?” tanya Sakura terus terang. “Kenapa bukan Karin atau puluhan cewek lain yang juga mengejarmu? Aku yakin diantara mereka banyak yang lebih baik. Makanya kupikir kau pasti bisa dapat yang lebih dari seorang Haruno Sakura.”

“Kalau yang kusuka itu cuma kamu, gimana?”

Hati Sakura kembali bergetar ketika Sasuke menatapnya penuh kesungguhan. Setengah bagian dari dirinya berhasil goyah. Tapi gadis itu harus tahan semua perasaan itu. Agar jangan terhanyut dan justru kelak melukai orang yang dia cintai.

“Terserah. Aku tetap tak menyukaimu!” dusta Sakura, bersikukuh menolaknya.

“Benar kau tak suka padaku?” tanya Sasuke untuk kesekian kali.

“Iya, perlu kuulangi berapa juta kali lagi agar kau mengerti?!” Sakura balas membentak. “Aku tak suka padamu!”

“Bohong,” bantah Sasuke, “Kau membohongi perasaanmu sendiri, Sakura.”

‘Tch, keras kepala banget sih nih orang.’ gerutu Sakura dalam hati. Khawatir pertahanannya akan benar-benar runtuh kalau lelaki itu terus mendesaknya seperti ini. “Tahu apa kau tentang perasaanku? Jangan mentang-mentang kau keren dan banyak gadis mengejarmu, kau pikir aku termasuk salah satu diantara mereka? Huh, yang benar saja…”

Grep…

Sakura tersentak kala Sasuke tiba-tiba mencengkeram sebelah pergelangan tangannya. “Apaan sih?! Lepas!” pinta Sakura seraya mengebaskan tangan. Dia coba melepaskan diri tapi gagal. Cengkeraman tangan Sasuke terlalu erat.

“Tes denyut nadi,” kata Sasuke, onyx-nya lantas menatap intens sang emerald. “Kalau kau sungguh tak punya perasaan apa-apa padaku, kenapa debaran jantungmu bisa secepat ini?”

“Hah?” cengo sesaat. Sakura melohok tak mengerti, sebelum akhirnya gadis itu malah terkekeh pelan menertawakan pemikiran Sasuke yang dianggapnya bodoh dan tak masuk akal. “Hahaha, apa maksudmu, apa hubungannya? Lagipula memangnya kau sungguh bisa merasakan debaran jantungku cuma lewat…”

Tanpa aba-aba lagi Sasuke segera menarik Sakura masuk kedalam pelukannya. “Kalau seperti ini bisa kan?” bisik lelaki itu tepat di telinga Sakura. “Tes denyut jantung.”

“K, kau…” Merasa tak nyaman dengan posisi ini, sontak Sakura coba berontak. Dia dorong-dorong tubuh Sasuke. “Heh, lepaskan aku! Jangan kurang ajar, dasar…”

“Satu menit saja,” pinta Sasuke, makin eratkan dekapannya. “Kalau kau juga tak percaya dengan perasaanku, dengarkanlah baik-baik. Meskipun kau tak bilang suka, tapi aku ingin tahu perasaanmu yang sesungguhnya.”

Deg-deg… Deg-deg… Deg-deg… Deg-deg… Deg-deg… Deg-deg…

Dalam keheningan sesaat, tak ada apapun yang terdengar. Kecuali suara alam di sekitar atau ramainya hiruk pikuk kendaraan dan orang-orang yang berlalu lalang di luar taman. Tapi lebih dari itu, yang paling terasa nyata diantara raven dan soft-pink saat ini adalah degup jantung mereka yang saling beriringan. Debaran yang berhasil meruntuhkan pertahanan Sakura. Membuat gadis itu goyah seutuhnya, mengetahui Sasuke pun ternyata memiliki perasaan yang sama dengannya.

“Sakura,” bisik Sasuke, “Kalau ditanya kenapa aku bisa menyukaimu, aku sendiri pun tak mengerti. Aku juga bingung. Terus terang aku belum temukan alasan yang tepat untuk menjelaskannya. Hanya saja yang aku tahu, setiap kali bersamamu, memikirkanmu, degup jantungku selalu seperti ini.”

‘Iya, sama. Aku pun merasakan hal yang sama.’ jawab Sakura dalam hati.

Semenit–mungkin lebih–berlalu, Sasuke melepaskan dekapannya dan perlahan kini mengambil kedua belah tangan Sakura. “Bagaimana,” tanyanya, “Kau sudah temukan jawabanmu. Sekarang apa kau sudah bisa menerima perasaanku?”

Deg!

Sakura masih menunduk. Memandang tangan yang kini digenggam erat Sasuke. Melihat perban yang membalut luka yang didapat pemuda itu karena melindungi dirinya, semakin menguatkan sebuah jawaban yang akhirnya berhasil Sakura dapatkan. Ya, jawaban atas kebimbangan yang dirasakan gadis itu selama ini. Perasaan asing yang baru pertama kali Sakura rasakan sejak dia mengenal Sasuke.

Tangan itu… debaran itu… senyuman itu… pandangan onyx yang memancarkan ketulusan… kata ‘suka’ yang dia ucapkan…

Sakura akhirnya mengerti.

“Hhhh~…” Sejenak gadis itu menghela napas panjang, sebelum dia angkat kembali pandangannya dan balas menatap Sasuke. “Baiklah,” ucap Sakura kemudian. Sambil menggigit bibir bawahnya dia mengangguk kecil. “Aku terima perasaanmu dan–mau jadi pacarmu.”

Perasaan bahagia seketika langsung memenuhi hati Sasuke. Selalu saja, karena Sakura, dia tak bisa tahan ekspresi wajahnya yang refleks torehkan satu senyuman. “Ah, hahaha~ Sankyu-” ucap lelaki itu dengan nada terdengar ceria, “Jadi sekarang kita pacaran?”

“Err,…” Emerald itu mengerling, saking malunya menatap onyx. “Iya, kali…” jawab Sakura gugup, sambil menggaruk sebelah pipinya yang–padahal gak gatal–kini sudah merona merah.

.

.

~( $ _ $ )~

.

.

Ini pertama kali bagi Sakura dia abaikan dua hal penting dalam hidupnya. Sakura sungguh-sungguh menerima Sasuke sebagai pacar bukan karena uang ataupun taruhan. Entah sejak kapan cinta itu mulai tumbuh. Meski berulang kali ia coba pungkiri, tapi rasa itu memang ada dalam hati. Dan karena itulah Sakura ingin tegaskan bahwa,

Aku menyukai Sasuke

Rasa suka itu mungkin terasa asing dibanding rasa suka yang selama ini Sakura kenali. Berbeda dengan ketika dia menyukai banyaknya uang yang dia miliki atau perasaan bahagia setiap kali gadis itu memenangkan sebuah taruhan. Karena perasaan cinta yang ditawarkan adalah cinta nyata terhadap manusia. Sakura jadi tak punya bandingannya. Dan Sasuke-lah orang pertama yang memberikan rasa ini padanya. Memberikan kebahagiaan lain yang Sakura yakini dia tak akan menyesali keputusannya.

Memikirkan soal taruhan dengan Karin, Sakura sendiri sudah mengenyahkannya. Dia pikir mungkin sekarang semua sudah berakhir. Meskipun Sakura sudah jelas berhasil mengalahkan Karin dan mendapatkan Sasuke, tapi semuanya sia-sia. Di hari terakhir ini, dia dapatkan targetnya, tapi dia lepaskan taruhannya. Mengingat waktu perjanjian mereka pun sudah habis.

Sakura pasrah. Meski sebenarnya masih ada satu kesempatan lagi bagi Sakura untuk tetap bisa dapatkan uang itu. Satu hari ini sebenarnya belum berakhir kalau saja dia bisa bertemu dengan Karin. Menunjukkan pada gadis itu kalau Sakura berhasil jadian dengan Sasuke, maka dialah yang menang. Tapi tentu saja hal itu mustahil. Tak mungkin Sakura harus dengan sengaja mendatangi Karin hari ini. Paling-paling besok saat di sekolah dan itu artinya perjanjian mereka sudah selesai. Terlambat.

GAME OVER

“Sialan?!” kesal Sakura sembari memukul mesin game yang sedang dimainkannya. Dia tatap layar kaca dihadapannya dengan kecewa. Melihat tulisan kerlap-kerlip melayang berlatar genangan darah jagoannya yang tewas. Merasa tak puas karena belum berhasil menang, gadis itu kembali merogoh saku blazernya. Berharap masih punya sisa koin dalam kantong untuk melanjutkan permainan.

Tapi sayang, tak ada koin tersisa yang dia miliki. Emerald itu lekas bergulir memandang tajam mesin penukar koin diseberang sana. ‘Tch, 500 ryo untuk tiga koin? Ugh, males banget.’ dengusnya dalam hati. Merasa sayang buat keluarkan kocek lagi dari dompet cuma buat sekali main.

“Kalah lagi?!” tanya Sasuke, setengah berteriak pada Sakura karena bisingnya suasana game center penuh dengan suara hingar bingar musik game dan ramainya pengunjung. Lelaki raven itu pun sama-sama lagi asyik main game tak jauh dari Sakura. Jarak mereka hanya terhalang tiga mesin. “Kau masih mau main?” tawar Sasuke.

“Huff~ Percuma. Koinku habis.” keluh Sakura sambil manyun.

Sasuke sedikit sunggingkan bibirnya, lekas menghampiri sang kekasih dan memberikan tiga koin miliknya pada Sakura, “Pakai punyaku. Hn?”

“Wah, beneran nih? Makasih ya…” dengan senang hati Sakura menerimanya dan tanpa menunggu lagi langsung memasukkan koin itu ke dalam mesin dan mulai bermain. Dengan cuek gadis itu malah mengacuhkan pacar baik hatinya. Kembali konsentrasi mengalahkan musuh dalam layar buat dapatkan skor tertinggi.

Sasuke sendiri tak menghiraukan sikap Sakura. Dia justru malah senang melihat gadisnya tampak asyik bermain. Bosan hanya jadi penonton, lelaki itu pun melengos pergi dan sejenak membiarkan Sakura sendiri. Sasuke memilih mesin Virtual Game yang letaknya agak jauh dari tempat Sakura.

Waktu beberapa menit berlalu. Keduanya malah asyik dengan permainan mereka masing-masing. Sakura yang tadi tak perhatikan kemana Sasuke pergi, baru menyadari hilangnya lelaki itu setelah dia berhasil mendapatkan skor tertinggi dan hendak sombong memperlihatkannya pada Sasuke.

“Aah, kemana sih Sasu?” heran Sakura celingak-celinguk sendiri.

Hampir lima belas menit Sakura menunggu, namun Sasuke sama sekali belum menampakan diri. Matanya terus mencari-cari sosok pemuda raven bertatanan rambut mencuat kebelakang khas pantat ayam diantara sekian banyak pengunjung game center yang berlalu lalang.

“Ck~ jangan-jangan tuh cowok udah pulang duluan lagi…” gerutu Sakura yang mulai merasa kesal ditinggal sendiri.

“Heh, kau…”

Gadis itu sontak tersentak kala seseorang menepuk sebelah bahunya. Sakura lekas berbalik, mengira itu Sasuke. Tapi ternyata… Emerald itu membulat, terkejut ketika dia dapati sosok yang menyapanya itu adalah, “Karin?!” Dan entah dari mana tiba-tiba saja perasaan senang muncul dalam diri, meluap mengisi hati Sakura. Gadis itu tak pernah menyangka bisa bertemu musuh malah akan membuat hati berbunga-bunga seperti ini.

“Wah, gak nyangka kita bakal ketemu di sini.” sapa Karin sambil pasang tampang sok ramah tapi sinis.

“Iya, aku juga.” kata Sakura yang justru malah balas tersenyum ceria pada gadis itu. “Selama ini aku selalu muak setiap kali bertemu denganmu. Tapi hari ini aku justru merasa senang sekali melihatmu, Karin. Hehehe, aku memang beruntung.”

“Oh ya?” Karin juga tersenyum, tapi matanya balas mendelik dan menatap tajam Sakura. “Mana mungkin ini hari keberuntunganmu. Sedang apa kau di sini, apa sedang menghibur diri karena kalah taruhan? hohohoho~…”

“Siapa yang kalah taruhan?” Sakura kembali membalas, kali ini gadis itu menyeringai.

“Lho, sudah lupa ya? Ini hari terakhir dari kesepakatan kita dan kau sudah kalah, Jidat!” Karin coba mengingatkan.

“Hmm?” Senyum di wajah Sakura malah makin mengembang dengan rasa percaya diri kian memuncak, “Jangan sembarangan mengataiku sudah kalah. Matahari saja belum terbenam, hari ini belum berakhir dan kesepakatan kita masih berlaku kan, Karin sayang~ Akulah pemenangnya…”

“Hahaha~ Siapa yang kau maksud pemenang disini? Jelas bukan kau, Jidat. Kau masih berlagak sok jago? Menggelikan…” Gadis bersurai merah mentereng itu menggeleng-geleng tak percaya, memandang rendah Sakura. Dengan puas makin menertawakan si gadis musim semi, “Heh Jidat matre, mending kau sekarang ikut kursus jadi pembokat, karena dua bulan lagi kau yang kalah taruhan harus rela melayaniku. Aku ingin pembantu profesional, jadi bersiaplah. Kau tahu, tadi di sekolah aku sudah bicara pada Sasuke. Dan dia bilang ok, kami bahkan tadi pulang bersama…”

“Jangan ke-pede-an,” sela Sakura, cepat memotong perkataan Karin. “Siapa yang mau jadi pembokatmu? Justru kau yang mesti mulai rajin nabung dari sekarang buat bayar uang taruhanku. Total 250 ribu ryo. Kau yakin uang jajanmu cukup untuk membayarnya? Mungkin sebaiknya kau coba sekalian kerja sambilan buat tambah penghasilan. Dan berhentilah membohongiku. Kau pulang sekolah bareng Sasuke hari ini? Hah, jangan mimpi…” kata Sakura. Gadis itu jelas tahu Karin berbohong. Mungkin hanya untuk memanasinya. Padahal sudah jelas pulang sekolah ini Sasuke jalan sama Sakura.

“Ugh, siapa yang bohong? Aku, aku bahkan malam ini diajak main ke rumahnya. Dia mau mengenalkan aku dengan…”

“Halah…” Sakura kembali menyela, “Sebaiknya kau tarik kembali perkataanmu. Kalau orangnya sampai dengar kau berkata lebay begitu, aku yakin Sasuke akan semakin sebal padamu…”

“Apa kau bilang?! Tahu apa kau soal Sasuke?!” Karin tak terima.

“Yang pasti lebih tahu darimu.” balas Sakura sambil menyeringai dan mengangkat sebelah alisnya. Merasa makin percaya diri ketika emeraldnya bergulir melihat seseorang yang sedang berjalan menuju arah mereka.

Karin ikut menoleh mengikuti arah pandang Sakura dan cukup terkejut begitu menyadari sosok Sasuke datang menghampiri. Buru-buru gadis itu merapihkan rambut panjangnya. Cepat merogoh isi tas selempang, mengambil cermin dan berkaca merapihkan riasan di wajah. Dia pertebal lagi bedak dan lipstick di bibirnya supaya lebih terlihat merah dan sensual. Terakhir, seraya melemparkan senyuman dahsyat penuh godaan, gadis itu lambaikan tangan dan berkata,

“Hai, Sasu~kuuun…”

“Hn?” Sasuke hanya balas tersenyum sebal, kemudian dengan cepat menghindar ketika Karin bermaksud merangkul lengannya. Langsung merasa risih mendapati kehadiran gadis berambut merah itu didekatnya.

“Aih, Sasuke~ aku senang banget bisa ketemu kamu disini,” Karin bicara dengan nada manja, “Kebetulan ya, aduh jangan-jangan kita emang udah jodoh lagi, hihihi~…”

Sasuke sweatdrop. Onyx-nya melirik Sakura yang justru malah menggulum senyum menahan tawa.

“Ehm, oh iya Sasu~ bukannya hari ini kau itu ada latihan basket, kok malah main di game center sih?”

“Hn. Iya. Lagi bolos aja.” jawab Sasuke sekenanya.

“Hahaha, kalau buat Sasu~ sih bolos latihan juga gak masalah. Main basketnya kan udah jago banget. Sasuke ghitu!”

Yack,.. Sasuke sedikit jijik mendengarnya. Meskipun itu adalah pujian buatnya, tapi sumpah, rasanya gombal abis omongan si Karin barusan. “Enggak juga, masih banyak orang lain yang lebih jago main basketnya daripada aku,” ucap lelaki Uchiha itu coba merendah, “Hn, kebetulan aja hari ini aku emang lagi ada acara penting, jadi sengaja bolos latihan.”

“Oh gitu~ tahu kau mau pergi main kan kau bisa ajak aku. Ya udah deh, sekarang aku temani kamu ya, ke acara penting apa?”

“Kencan,” jawab Sasuke sambil melirik Sakura yang daritadi cuma senyum-senyum mendengar obrolan mereka. “Jadi maaf, mustahil kau ikut denganku.”

“WHAT…?!” Karin cukup terkejut mendengarnya. “Serius?” Terus terang dalam hati dia tak percaya. Bisa saja Sasuke hanya beralasan seperti biasa, sama seperti tiap kali lelaki itu coba menolak semua ajakannya. “Kencan sama pacar maksudmu? Kok aku gak tahu ya kalau ternyata statusmu itu gak jomblo,” lanjut Karin, pura-pura penasaran. “Terus yang mana cewek-mu itu?” Sambil menahan rasa kesal, Karin celingak-celinguk melihat sekeliling game center mencoba menebak siapa ‘pacar’ yang Sasuke maksud.

“Tuh, cewek yang daritadi kamu ajak ngobrol.” kata Sasuke terus terang.

“HAH?!” Karin sontak terbelalak tak percaya, “SAKURA?”

“Hn,” Lelaki Uchiha itu mengangguk. “Dia pacarku.”

OH NO!

“Tidak. Ini tidak mungkin. Aku tidak percaya!” bantah Karin. “Kau bohong kan, Sasu~…”

“WUAHAHAHAHA~…” Saking tak tahannya lagi daritadi terus menahan diri, Sakura kini ikut tertawa lepas. “Aduh, gak bohong kok Karin. Sasuke itu pacarku. Baru tau, yah?!”

“Hah? Ha ha ha…” Karin tertawa hambar sambil menggeleng-gelengkan kepala, terus coba membantah. “Dusta macam apa itu? Jangan sok ngaku-ngaku deh. Bohong kan Sasuke, memangnya sejak kapan kalian…?”

“Hn?” Sasuke melihat jam tangannya, “Sekitar dua jam lalu.” Belum juga Karin selesai bicara, ucapannya lekas disela.

“UAPAA?!”

Sakura jadi makin ingin tertawa melihat wajah syok Karin sekarang yang terlihat jelek. Dibalik lensa kacamata, manik itu melotot nyaris tercongkel dari cangkangnya. Mulut si gadis berambut merah itu pun menganga lebar. Dan ingin rasanya Sakura penuhi dengan lumpur atau mengacak-acak rambut Karin sampai jadi kusut. Melempari wajahnya dengan kotoran. Lalu menjadikannya sebagai *pip* atau *pip*. Sakura bayangkan hal-hal sadis. Ehem, tidak, tidak sampai separah itu juga sih. Andai saat ini ada seekor lalat yang terbang masuk ke dalam mulutnya saja juga sudah cukup puas buat Sakura.

“Karena kau sudah tahu aku punya pacar, jadi kuharap mulai sekarang berhentilah menggangguku,” kata Sasuke seraya merangkul bahu Sakura. “Sudah ya, kami masih ada urusan.”

“Fufufufu~…” Sakura terkekeh pelan, kembali menoleh pada Karin sebelum Sasuke membawanya pergi. “Dadah Karin sayang, sampai ketemu lagi besok di sekolah ya~ muach…” Sakura bahkan dengan sengaja iseng kasih kiss-bye segala.

“Ugh!” Kekesalan luar biasa dirasakan Karin. Semakin terasa saat melihat Sakura dari jauh menjulurkan lidahnya. Sengaja merangkul lengan Sasuke dengan mesra, menyulut api kecemburuan yang membakar hati si gadis berambut merah. “Sialan. Mustahil. Ini gak mungkin terjadi. Bagaimana si Jidat itu melakukannya? Rencanaku berantakan. Awas kau Sakura!” desisnya, balas memandang Sakura penuh kebencian. “Ini belum berakhir,” Karin mengepalkan tangan, mencengkeram erat ujung rok mini jeans yang dikenakannya dengan jengkel. “Aku tak akan tinggal diam…”

~( $_$ )~

TBC….. Next to Chapter 6

~( $_$ )~


Bachot Session from Author:

Whoaaa~ senangnya bisa updet (^-^)/

Iya, saya tahu ada banyak typo *maaf susah banget editnya*

Iya, saya tahu Sasuke-nya OOC *maaf klo ada yang ga suka*

Iya, saya tahu banyak adegan lebay-nya *maaf buat yang gak suka*

Iya, saya tahu Fic ini mungkin GaJe dengan jalan cerita aneh yang alurnya lambat *meski perasaan saya selalu habis-habisan berusaha updet tiap chapter bikin diatas 5K words*

Maaf ya, ada sekitar 10 hari sejak terakhir saya updet chapter 4, apa itu lama? (^-^)a

Semoga terbayarkan dengan cerita di chapter kali ini.

Special Thanks to:

Jile Sing, Itha, Judy Maxwell, YaYaK, zogakkyu, Chii, Ichi, rilojack, KazuhaRyu, Marshanti Lisbania Gratia, Noera Jani WijAya, qori, raditiya, Nanda Harvard, dan kamu yang udah baca tapi gak tinggalkan jejak komen.

Terimakasih udah baca. Syukur klo ceritanya suka dan maaf klo mengecewakan m(_ _)m

Karena itu klo ada yang ingin disampaikan, kesan, pesan, pendapat, pertanyaan, concrit, etc…?

Yang berkenan silahkan tinggalkan jejak komen (^-^)v

SasuSaku udah jadian trus gimana dengan Karin dan taruhan mereka? fufufu~ lanjutannya tunggu saja chapter 6 ok?!

-(^o^)/ Jaa~

23 Comments

Leave a Reply

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply to FuRaha Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *