SAKUSASU Fic: HOLD MY HAND ~ Chapter 3

Cerita sebelumnya…

Sakura kabur ditengah perjalanan menuju rumah keluarga Uchiha. Dalam pelariannya, dia kemudian bertemu dengan Sasuke. Berbicara dengan Sasuke membuatnya merasa nyaman. Setelah Sakura cukup tenang, Sasuke menyuruhnya pulang dan tak melarikan diri. Sakura yang masih merasa ragu kemudian berbalik mengejar Sasuke. Entah kenapa perasaan itu muncul, saat Sakura ingin sedikit lebih lama bersama Sasuke.

……………..

Chapter: 3/6
Pairing: Sakura Haruno x Sasuke Uchiha
Rate: T
Genre: Romance, Friendship, Hurt/Comfort
Disclaimer: NARUTO resmi adalah milik MASASHI KISHIMOTO
Length: 2.123 word

If you don’t LIKE, don’t READ!!!

Itadakimasu~

*
*
*

Ini gila. Aku sudah tampak seperti penguntit. Diam-diam mengikuti Sasuke dari belakang.

Apa-apaan si Sasuke itu? Seenaknya saja menyuruhku cepat pulang, sedang dirinya sendiri jam segini masih berkeliaran. Tadinya kupikir aku bisa tahu tempat dia tinggal. Tapi kuikuti dari tadi, Sasuke masih saja terus berjalan tanpa tujuan jelas. Kakiku sampai pegal mengikutinya. Untuk apa dia jalan kaki, kalau pergi sejauh ini kenapa tidak naik bis saja sekalian.

Aku celingak-celinguk memperhatikan sekitar. Baru sadar kalau ternyata aku memasuki daerah yang tak kukenal. Jajaran toko-toko, lampu jalanan yang berwarna-warni, game centre dan tempat panchinko, orang-orang yang pergi berkencan, pegawai kantor yang pulang mabuk, sampai wanita berpakaian sexy yang membagikan brosur klub malam dan tempat karaoke. Pemandangan kota di malam hari yang tak pernah ku lihat.

Ya ampun Sasuke, tempat macam apa sih yang mau kau datangi itu?… dengusku dalam hati.

“Eh, mana dia…” Aku meleng sedikit tahu-tahu sudah kehilangan jejak. “Kalau tak salah tadi dia lewat sini, kan?” Aku berbelok masuk ke dalam gang yang cukup gelap dan sepi.

Bak… buk… bak… buk…
Terdengar keributan di ujung gang sana. Tampaknya ada perkelahian. Sesaat aku ragu untuk mendekat. Kuhentikan langkahku dan memilih bersembunyi. Tapi aku teringat Sasuke. Bagaimana kalau dia ikut terlibat? Membayangkan dirinya dipukuli preman membuatku bergidik. Meskipun aku takut, akhirnya ku beranikan diriku untuk mendekat dan mencari tahu.

Heee…??!!
Mata hijau Emerald-ku membulat sempurna. Kututup mulutku dengan kedua tangan agar tak teriak. Pemandangan yang kulihat ini benar-benar mengejutkan. Aku melihat Sasuke. Dia ada disana. Terlibat dalam perkelahian itu. Tapi bukan sebagai korban, melainkan pelaku pemukulan.

Satu lawan tiga. Sasuke unggul. Meski lawannya sudah tak berdaya, cowok itu melayangkan tinjunya berkali-kali tanpa ampun. Tampak sangat menikmati. Terlihat dari seringai di wajahnya. Ini gila. Apa aku yang salah lihat? Apa orang itu benar-benar Sasuke? Tapi imej-nya dalam pikiranku, Sasuke itu…

Sasuke yang rajin baca buku.

Sasuke yang terlihat penuh kesungguhan.

Sasuke yang ingin belajar ke luar negeri.

Sasuke yang punya impian besar.

Sasuke yang menyembunyikan kebaikannya dalam sikap dingin dan cuek.

Sasuke yang menarik tanganku dan menggenggamnya.

Sasuke yang menatapku lembut.

Sasuke yang kukenal bukan berandalan seperti ini….

Dia tampak sangat berbeda. Tak kusangka Sasuke punya sisi liar seperti ini.

“Heh, brengsek! Ku bilang juga apa, jangan pernah berurusan dengan Taka dari Akatsuki. Rasakan akibatnya!” kata Sasuke seraya melayangkan pukulan keras yang langsung membuat lawannya jatuh tersungkur.

Sementara Sasuke membereskan lawan yang lain, seorang pria botak yang tadi dihajarnya berusaha untuk bangkit. Dia mengambil sebongkah batu dan mengincar Sasuke dari belakang. Kejadian itu berlangsung cepat, aku tak sempat berteriak untuk memperingatkannya. Si pria botak memukulkan batu tadi mengenai kepala Sasuke.

Kyaa~… aku panik. Melihat kepala Sasuke berdarah. Dia meringis kesakitan. Tapi hal itu tak membuatnya tumbang. Sasuke yang marah langsung menarik pria botak tadi dan mendorongnya hingga ke tembok. Dipukulnya pelipis orang itu hingga berdarah.

“Sialan! Kau pikir yang barusan itu gak sakit?” bentak Sasuke.

Melihat Sasuke terluka, aku takut situasinya akan lebih buruk. Aku berpikir untuk menghampirinya, tapi mungkin itu tak akan membantu, jadi aku lekas berbalik dan berlari mencari bantuan. Baru saja keluar dari gang, tiba-tiba…

BRUK… aku terjatuh, menabrak seseorang. Saat mendongak, kulihat tiga orang pemuda berdiri di hadapanku. Salah satunya pria berambut jingga dengan wajah penuh tindikan yang menatapku tajam.

“Tak seharusnya kau berada disini, nona.” katanya padaku.

Aku cuma bisa diam, memandanginya takut-takut.

“Yahiko, itu Sasuke….” desis pria satunya lagi, yang berambut klimis.

Gawat, mereka preman juga?… batinku cemas melihat mereka bergegas menghampiri Sasuke. Kalau begini bisa-bisa Sasuke…

“Sasuke!!” aku berteriak kencang.

Sasuke langsung menoleh dan terkejut saat melihatku, “Sakura?”

“Lari!!” teriakku lagi.

Drap…drap…drap….
Yang lari malah orang-orang yang tadi dihajar Sasuke.

Eh, Kenapa?… aku terheran-heran.

“Oi, malah kabur lagi!” teriak seorang pria berbadan besar.

“Cukup Jugo, biarin aja.” Pria bertindik yang tadi di panggil Yahiko menghentikan, “Nanti pasti mereka akan kembali.”

“Awas kalian. Tunggu pembalasan kami! Orochimaru tak akan tinggal diam. Terutama padamu, Sasuke!” ancam si pria botak sembari ngacir.

“Wuahahahaha~… datanglah kapan saja. Saat itu aku akan menghukum kalian atas nama Dewa Jasin.” Balas si rambut klimis.

Aku masih bengong, mencerna apa yang terjadi sebenarnya. Jadi, mereka bertiga ini ada di pihak Sasuke?

“Apa yang kau lakukan di sini, Sakura!”

Kata-kata Sasuke membuyarkan lamunanku. Cowok itu berdiri menatapku tajam. Tampak tak suka. Aku, pandanganku beralih pada luka di kepalanya yang mengeluarkan banyak darah. Membuatku meringis melihatnya.

“Sasuke, lukamu…” gumamku.

“Kau tak dengar apa yang kukatakan, Sakura?” tanya Sasuke datar.

“Lukamu harus secepatnya diobati…”

“Aku bukannya sudah menyuruhmu untuk pulang.” Lanjut Sasuke.

“Pertama-tama hentikan dulu pendarahannya…”

“Sakura…”

“Atau kau mungkin harus mendapatkan beberapa jahitan. Cepat pergi ke dokter. Sekarang juga, Sasuke, atau lukamu akan…” aku mulai panik memikirkan luka itu.

“Sakura…kau ini, dengarkan kalau aku bicara!” bentak Sasuke.

“Apa-apaan kau, kenapa marah-marah padaku? Harusnya aku yang marah tau.” balasku padanya. “Aku terkejut melihat sifat aslimu. Kau juga berkelahi. Dan terluka…”

Sasuke mennghela, “Ya, kau sudah tahu. Aku memang seperti yang kau lihat. Lukaku bukan apa-apa. Aku baik-baik saja. Kau, lebih baik cepat berdiri sekarang, Sakura!”

Sejak bertabrakan tadi, banyak kejadian berlangsung cepat, sampai aku tak sadar masih terduduk di jalanan karena terjatuh tadi. “Aduuuh…” aku meringis kesakitan saat mencoba menggerakkan kakiku.

“Kenapa?”

“Sepertinya dia terkilir.” Yahiko berjongkok dan melihat pergelangan kakiku.

Sasuke mendengus dan memberikan death glare, bersiap memarahiku, “Kau ini, dasar…”

“Sudah Sasu. Wajar dia terluka. Menabrak Jugo sama seperti menabrak tembok, khekhekhe~…” si pria berambut klimis terkekeh.

“Maaf~…” kata Jugo, pria berbadan besar. Di luar penampilannya yang menyeramkan ternyata cukup ramah juga.

“Tidak. Ini memang salahku.” Kataku padanya.

“Hn.” Sejenak Sasuke menghela nafas. Tak lama tangannya terulur, hendak membantuku berdiri.

“Jiah, apa yang kau lakukan? Sudah tahu kakinya sakit. Gendong dia dong!” seru si rambut klimis.

“Hn.” Sasuke mengernyit, tampak tak suka dengan usulan itu. “Kenapa gak kamu aja, Hidan?!”

“What?! Kok aku? Jugo tuh!” protes Hidan, si pria berambut klimis.

Jugo cuma bengong-bengong aja.

Melihat mereka saling menuduh begitu, aku jadi tak enak ati.

“Sudah. Aku tak apa-apa kok.” Kataku seraya mencoba bangkit dan berdiri. “Aaa…” sakit yang teramat sangat begitu terasa di pergelangan kaki kiriku. Membuatku limbung dan nyaris jatuh. Namun dengan cepat Sasuke menahan tubuhku. Langsung memposisikan diri mengangkat badanku ala Brindal Style.

“Eeh…” Aku benar-benar terkejut dengan perlakuan Sasuke. Jarak kami begitu dekat. Apalagi ketika kukalungkan lenganku di lehernya supaya posisinya saat menggendongku nyaman. Ini membuatku malu.

“Kau memang merepotkan, Sakura.” desis Sasuke.

“Maaf~…” gumamku pelan. Sambil menyembunyikan wajahku yang merona merah.

Tiga teman Sasuke nyengir-nyengir GaJe dan bersiul-siul. Menyoraki kami.

“Prikitiiiw…”

“Suit… Suit…Adeuh…”

“Gitu dong Sas, daritadi kek…”

“Berisik!” dengus Sasuke dengan judesnya. Kuperhatikan ada semburat merah tipis di kedua pipinya. Apa Sasuke juga merasa malu sepertiku?

Duuh…

Setelahnya aku dibawa pergi ke suatu tempat. Sebuah ruang santai di basemant pertokoan tak ajuh dari tempat itu. Ruangan yang cukup luas, didesain mewah dengan banyak fasilitas. Arena permainan seperti di game centre hingga bar dan café pribadi. Mereka menyebut tempat ini sebagai markas. Tempat berkumpulnya sekelompok pemuda yang menyebut diri mereka sebagai Taka.

Kakiku yang terkilir lekas diobati dan dikompres. Mereka menyuruhku beristirahat, duduk di atas kursi sofa yang empuk. Disuguhi beragam makanan dan minuman. Mengajakku mengobrol dengan beberapa teman-teman Sasuke lainnya. Sementara Sasuke sendiri ditemani Yahiko, mengobati luka di kepalanya.

“Jadi, apa itu Taka?” tanyaku dengan polosnya.

Wkwkwkwk~… mereka semua tertawa terbahak-bahak. Apanya yang lucu? Aku merengut cemberut, tak mengerti apa yang mereka tertawakan.

“Kau ini gak gaul ya, sampai gak tahu Taka. Payah. Semoga Dewa Jasin mengampuni ketidaktahuanmu.” seru Hidan. Sepertinya dia ini anggota dari sebuah sekte kepercayaan.

“Taka itu mungkin bisa disebut geng anak-anak nakal dari Akatsuki. Hehehe~… ” jawab Deidara sambil terkekeh memberikan penjelasan. Tatanan rambut cowok ini mengingatkanku pada Inoue. Berambut kuning dikuncir ekor kuda dengan poni yang dibiarkan panjang menutupi sebelah matanya.

“Eh, tapi Tobi anak baik lho. Tobi anak baik…” ucap cowok berambut biru jingkrak yang hobi memakai topeng kulit jeruk. Kesannya misterius. Tapi dia yang paling heboh diantara yang lain. Sering melontarkan lelucon garing dan kekanak-kanakan.

“Akatsuki itu bukannya sekolah elit ya?” tanyaku lagi, “Kalau Taka disebut geng anak nakal, rasanya seperti kumpulan anak-anak orang kaya yang suka berbuat seenaknya.”

Suasana berubah hening. Tawa mereka hilang. Semuanya terdiam setelah mendengar ucapanku. Aku jadi kikuk sendiri. Ku tutup mulutku dengan sebelah tangan. Kata-kataku tadi terlalu terus terang.

“Maaf…” kataku sambil menunduk.

“Kau ini blak-blak-an ya?” kata Suigetsu.

“Hihihi~… yang kau katakan memang ada benarnya. Yang kami lakukan adalah menikmati hidup. Dengan berkuasa, bersenang-senang dan menghabiskan uang orangtua.” Lanjut Tobi.

“Termasuk berkelahi?” tanyaku ragu-ragu sembari sedikit melirik pada Sasuke yang masih tampak serius mengobrol dengan Yahiko. Mungkin tengah membicarakan tentang perkelahian tadi.

“Kalau itu hanya hobi beberapa orang. Orochimaru, dia mantan anggota Taka. Karena ingin mengambil posisi ketua yang dipegang Sasuke saat ini, dia memutuskan untuk keluar dan membentuk kelompok sendiri bersama Kabuto. Tapi si wajah ular itu sekarang seenaknya saja memperluas wilayah dan berbuat onar di daerah kekuasaan kami. Itu sangat mengganggu.”

“Ano… Sasuke ketua Taka?” aku masih tak percaya.

“Itu karena dia paling jago berkelahi. Juga sangat menakutkan.” Suigetsu merinding, “Terutama tatapan dinginnya yang mematikan itu lho~…”

“Aku, Yahiko, Hidan, Zetsu dan Kakuzu, kami ini satu angkatan. Sudah lulus tahun kemarin. Dan Sasuke menggantikan posisi Yahiko.” Lanjut Deidara.

“Ngomong-ngomong soal Yahiko, aku merasa wajahnya tak asing.” Kataku.

“Oh, itu mungkin kau pernah melihatnya sebagai vokalis band visual kei PAIN.”

“Benarkah? Yang pernah terlibat skandal dengan model cantik Konan?” tanyaku lagi.

“Wah, kau tahu gosip juga.”

“Itu karena beberapa temanku sangat mengagumi musik mereka.”

Deidara tersenyum, “Sebenarnya itu bukan gosip. Yahiko dan Konan memang berkencan. Tapi jangan bilang-bilang ya?! Agensi Konan sangat ketat. Artis idola remaja yang sedang naik daun tidak boleh terlibat skandal. Terlebih lagi, Yahiko anak gubernur Amegakure. Ini isu sensitif di dunia mereka.”

Aku menutup mulutku rapat-rapat dan menguncinya.

“Nah, kalau Hidan, Kakuzu dan Zetsu, mereka anak pengusaha kaya. Tak ada yang istimewa selain Hidan yang pemuja Jasin, Kakuzu si mata duitan dan Zetsu yang berkepribadian ganda.”

“Apa kau bilang??!”

PLETAK… Deidara langsung kena jitak ketiganya.

“Aw, sakit tahu…” dengus Deidara.

“Kau sendiri tidak ada istimewanya.”

“Dasar pesolek dan narsis!”

“Hobi main tanah liat.”

“Hei, itu seni, bukan asal main tanah liat.” protes Deidara kesal.

“Ah, jangan-jangan Deidara itu, Dei si seniman keramik muda yang terkenal? Yang sudah sukses mengadakan pameran BIG BANG?”

“Wah, kau tahu juga tentang pameran ledakan super semestaku?”

“Ayahku kolektor karya seni. Di rumah kami punya beberapa karyamu. Itu mengagumkan. Kukira selama ini usia senimannya lebih tua.”

“Aku tersanjung sekali, Sakura. Ternyata kau penggemarku.” Kata Deidara lebay, dengan narsisnya.

“Lalu bagaimana dengan Suigetsu, Jugo dan Tobi?” tanyaku, kembali ke pokok pembicaraan. Mengintrogasi identitas Taka.

“Suigetsu atlet renang nasional. Dia juga anak pemilik Water Boom terbesar di Amegakure. Lalu Jugo, wajahnya memang menyeramkan, tapi hatinya baik. Dia juga penyayang binatang. Karenanya setelah lulus nanti, dia berencana menjadi dokter hewan dan meneruskan bisnis keluarganya.”

Aku tertegun mendengarnya. Cita-cita Jugo sama sepertiku.

“Kalau Tobi sih seperti yang terlihat. Dia bakat melawak, hehe~… anak pengusaha dan masih kerabat dekat Sasuke. Lalu Sasuke sendiri…”

Aku berdebar-debar menantikan, bersiap mendengar cerita seperti apa Sasuke yang sebenarnya.

“Sasuke adalah pangeran kegelapan.”

Hah?… Aku mengernyit heran, “Maksudnya…”

“Hihihi~… wajahmu serius sekali Sakura. Kau terlihat antusias. Kau ini suka sama Sasuke ya?”

Aku langsung blushing, “Aaa, tidak kok…”

“Ah, masa?” goda Deidara.

“Hei, kalian jangan bicara sembarangan tentang aku.” Kata Sasuke sambil menatap tajam, dari seberang ruangan. Disela obrolannya dengan Yahiko.

Deidara dan lainnya cuma cengengesan sambil garuk-garuk kepala gak gatal. Pembicaraan berakhir dan forum langsung bubar. Mereka masing-masing kembali sibuk dengan aktifitasnya. Aku sedikit kecewa. Tak mendapatkan banyak info tentang Sasuke.

“Sakura, kau harus pulang. Aku akan mengantarmu. Tunggu sebentar.” kata Sasuke. Lalu kembali membereskan urusannya.

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Duduk terdiam menunggunya.

Huaah…
Aku sedikit menguap. Mataku terasa berat. Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Padahal biasanya aku masih terjaga, tapi sekarang aku sudah mengantuk. Mungkin karena lelah. Hari ini banyak hal terjadi. Aku yang kabur dari rumah. Mengejar Sasuke. Melihatnya berkelahi. Berkenalan dengan Taka. Meskipun awalnya aku sedih, tapi hari ini terasa begitu menyenangkan. Semua karena Sasuke.

Kursi sofa yang lembut dan empuk ini terasa nyaman. Membuatku terbuai. Kuposisikan tubuhku yang asalnya hanya selonjoran menjadi berbaring. Mata ini sungguh terasa berat. Dan aku lelah. Sebentar saja. Ijinkan aku tidur disini sebentar saja. Sekedar mengistirahatkan tubuh dan pikiranku.

“Kau tak cepat pulang Sasuke, kupikir malam ini kau ada acara keluarga.”

Mataku sudah terpejam. Tapi samar-samar aku masih mendengar pembicaraan antara Tobi dan Sasuke.

“Hn.” Sasuke tak menjawab.

“Itu acara penting, kan? Menyangkut pertunangan kakakmu.” kata Tobi lagi.

“Aku tak ada juga tak masalah.” jawab Sasuke.

“Kau kenapa jadi sentimen begitu? Ini juga urusanmu. Bisa dibilang ini momen penting yang menentukan kepergianmu, kan?”

Ng? Sesuatu terlintas dalam pikiranku. Karena pernikahan kakaknya, Sasuke akan pergi?… Pembicaraan itu serasa mimpi bagiku. Sasuke tidak akan pergi kemanapun kan? Tidak boleh pergi. Aku ingin dia selalu ada disampingku. Sasuke, aku mohon, genggamlah lagi tanganku seperti waktu itu. Jangan pernah lepaskan.

*
*
*

TBC … Next to chapter 4

Bachot Session From Author:

Harusnya teman-teman Sasuke itu orang-orang Konoha, kenapa jadi Akatsuki??
*jedotin kepala*

Gara-gara di awal crita, Akatsuki dijadikan sebagai latar sekolah Sasuke sih. Malah jadi aneh klo isinya orang-orang Konoha ==a

Gue ga pintar nglawak dan bikin cerita bodor. Makanya banyak lelucon garing pas bagian Akatsuki.

Kenapa Deidara kebagian banyak omong ya…

Di awal gue ga ada ide tentang Taka. Makanya banyak setting ga penting bermunculan. Gara-gara session ini gue sempet mandeg dan bingung bikin alurnya. Mpe berpikir “Apa hiatus aja?” – dah jadi penyakit kronis Author yang fatal –

Alhamdulillah segera dapat ide, walo ancur-ancuran ==a

Maap ya para pembaca yang budiman…

7 Comments

Leave a Reply

2 Pings & Trackbacks

  1. Pingback:

  2. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *