SAKUSASU Fic: HOLD MY HAND ~ Chapter 5

Gimana kelanjutan hubungan Sasuke dan Sakura setelah tahu Sasuke itu seorang Uchiha??

Gomen m(_ _)m… ga sempet bikin summary chap 4, baca sendiri deh cerita sebelumnya.

Chapter: 5/6
Pairing: Sakura Haruno x Sasuke Uchiha
Rate: T
Genre: Romance, Friendship, Hurt/Comfort
Disclaimer: NARUTO resmi adalah milik MASASHI KISHIMOTO
Length: 1.362 word

If you don’t LIKE, don’t READ!!!

Itadakimasu~

*
*
*

“Yo, Sakura-chan…”

Aku menoleh menanggapi panggilan itu. Kulihat Suigetsu dan Jugo berjalan mendekatiku.

“Sui, Jugo, selamat siang.” kataku sembari membungkukkan badan menyapa mereka.

“Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Suigetsu, “Menunggu Sasuke lagi?”

“Aahh… itu…” aku sedikit malu, mereka tahu maksud kedatanganku. Aku sampai jauh-jauh datang ke Akatsuki Gakuen memang untuk menemui Sasuke. Setidaknya melihat sosok itu sekali saja.

Sudah seminggu lebih aku tak melihat Sasuke. Dia seperti menghindariku. Kami tak pernah lagi satu bis. Tak bertemu di halte manapun. Tak ada di toko buku langganannya. Tak muncul saat aku menunggunya di gerbang sepulang sekolah. Bahkan tak ada di markas Taka. Dia tak ada dimanapun di tempat yang aku tahu bisa menemukannya.

“Wah, sayang sekali. Baru saja Sasuke pergi naik mobil Tobi.” kata Jugo.

“Apa?!” aku kecewa mendengarnya, “Begitu ya, aku telat lagi.” Padahal aku sudah buru-buru datang kemari, bahkan sampai bolos pelajaran terakhir. Supaya bisa mengejar jam pulang sekolah Akatsuki. Tapi tetap saja terlambat.

“Kalian ini kenapa sih? Apa terjadi sesuatu diantara kalian?” tanya Jugo, “Kalian sedang bertengkar?”

“Kau melakukan sesuatu yang sangat dibenci Sasuke ya? Sampai kau mengejarnya untuk minta maaf, tapi dia tak memaafkanmu. Yang sabar ya Sakura. Sasuke memang seperti itu. Kalau marah, dia akan membenci orang itu sangat lama. Lama sekali. Sampai batinmu tersiksa oleh rasa bersalah. Itu sangat menyakitkan. Aku pernah mengalaminya, hik…hik…hik…” Raut muka Suigetsu berubah sedih, tampak lebay.

“Ah, hahaha~…” Aku tertawa hambar, “Tidak seperti itu juga kok, Sui. Jangan bercanda.”

“Aku serius Sakura.” kata Suigetsu, “Ini kejadian semasa SD. Waktu itu Sasuke marah karena aku bilang kalau kakakku Zabusa lebih keren dibandingkan kak Itachi.”

“Eehh…” aku cukup terkejut mendengar ceritanya.

“Sasuke memang tak marah-marah padaku. Dia diam saja. Mendiamkan aku. Nyuekin aku. Menganggapku tak ada. Dan itu lebih menyakitkan. Aku lebih suka dia membentak atau memukulku daripada nyuekin aku. Ditambah lagi dengan tatapan sinisnya. Itu sangat mengerikan.” Suigetsu merinding, “Aku tak mau mengalaminya lagi. Tidak…tidak…tidak…”

Aku sweatdrop mendengar ceritanya (==)” Suigetsu seakan mendapatkan trauma.

“Kalau berkaitan dengan kakaknya, Sasuke memang seperti itu.” lanjut Jugo menambahkan.

Aku tertegun mendengarnya. Selalu saja bagi Sasuke, Itachi adalah segalanya. Kalau begitu apa mungkin Sasuke membenciku? Karena itulah dia menghindariku?

“Ehm, kira-kira kemana Sasuke dan Tobi pergi?” tanyaku.

“Entahlah. Mungkin ke markas Taka.” jawab Jugo.

Aku mengangguk, “Baiklah. Aku akan coba pergi ke sana. Terimakasih…”

“Ya, sama-sama, Sakura-chan~… Maaf ya tidak bisa kami antar. Kami masih ada urusan.”

“Kalau begitu, aku permisi dulu.” pamitku pada mereka seraya melenggangkan kakiku pergi.

Aku langsung menuju markas Taka. Dalam perjalanan menuju kesana, tiba-tiba…

Duak..

Tengkuk leherku sakit, seperti ada yang memukul. Aku langsung jatuh tersungkur. Samar-samar sebelum kesadaranku hilang, aku melihat beberapa orang datang mendekat.

“Benar, gadis ini pacarnya?”

“Ya, tak salah lagi. Waktu itu kulihat Sasuke menggendongnya.”

“Kalau begitu cepat bawa dia ke tempat Orochimaru…”

Sasuke…

Aku mendengar namanya disebut.

Sasuke…

Aku ingin bertemu denganmu…

Saat tersadar, aku berada di dalam sebuah gudang. Dengan tangan dan kaki terikat pada kursi. Mulutku tertutup lakban. Disekitarku berdiri beberapa orang asing yang tampak menyeramkan. Berwajah sangar, membawa papan kayu, tongkat baseball dan senjata lainnya. Mataku membulat, memandang mereka takut. Sambil meronta-ronta ikatan tali aku mencoba membebaskan diri. Aku berteriak minta dilepaskan, meski tak ada satu katapun yang terdengar selain erangan dan tangisku. Rasanya percuma. Aku sampai lelah sendiri.

“Hentikan usahamu itu, nona…” Seorang pria berwajah pucat dengan rambut panjang terurai berjalan mendekatiku. Dia mengangkat wajahku perlahan, sehingga aku bisa melihat tatapan kuning Obsidian-nya. Membuatku membeku tak bergerak seperti dipandangi ular berbisa yang siap memangsa.

“Pertunjukannya baru akan dimulai. Lihatlah baik-baik. Apa yang akan kami lakukan terhadap Sasuke Uchiha.” Lanjut cowok itu sembari menjulurkan lidahnya yang panjang. Menjilati sebelah pipiku. Membuatku bergidik ngeri.

BRAK….

Pintu tiba-tiba terbuka. Cahaya dari luar menerobos masuk kedalam gudang yang remang. Reflek kami semua menoleh. Sesosok bayangan tampak berdiri di ambang pintu. Aku memicingkan mata memandangnya. Dibalik mulutku yang tertutup lakban, senyumku pun mengembang saat tahu siapa yang berdiri disana.

Sasuke…

Aku ingin meneriakan nama itu. Memanggilnya.

“Sasuke Uchiha!” seru si pria pucat itu, “Akhirnya kau datang juga.”

“Hn.” Sasuke memicingkan matanya, memandang tajam. Wajahnya tampak sangat serius.

“Kalau kau tidak mau terjadi sesuatu pada gadis ini, kau harus rela kami hajar!” ancam si pria pucat.

“Hhh…” Sasuke terkekeh, memutar matanya, “Caramu kekanak-kanakan sekali Orochimaru. Kau tahu kau tidak bisa mengalahkan aku satu lawan satu, jadi kau melakukan hal kotor seperti ini.”

“Kau… beraninya meremehkan aku!” teriak Orochimaru, langsung berlari ke arah Sasuke. Melayangkan tongkat baseball aluminium dalam genggamannya.

Tidak!!… Aku berteriak tanpa suara. Tak ingin hal itu terjadi sesuatu pada Sasuke. Untung saja Sasuke berhasil menahan ayunan tongkat baseball itu dengan tangannya sesaat sebelum mengenainya.

Orochimaru terkejut. “Awas kau ya! Cepat hajar dia!” perintah Orochimaru pada anak buahnya.

HEEYAA….

Perkelahian pun terjadi. Saling pukul. Saling tendang. Hajar sana hajar sini. Sasuke mencoba melawan mereka semua, meskipun kalah jumlah. Aku hanya bisa melihatnya takut-takut. Khawatir terjadi sesuatu dengan Sasuke. Tak lama dari pintu gudang beberapa orang menerobos masuk lagi. Aku sedikit bernafas lega, saat melihat yang datang itu semua anggota Taka.

“Sasuke~… butuh bantuan?!” tanya Suigetsu sambil menyeringai.

“Hn… Kalian lama sekali. Aku sampai bosan menunggu dan mulai duluan. Cepat kemari, atau aku akan menyelesaikan semua ini sendirian.” kata Sasuke seraya melayangkan satu pukulan keras pada lawannya.

“Dasar egois. Kau mau menang sendiri, Sasuke!” protes Zetsu, langsung menghajar lawan didekatnya.

BUGH…

“Hohoho~… akhirnya giliranku tampil muncul juga.” seru Hidan. ”Kalian semua akan menerima hukuman dewa Jasin. Rasakan ini!!”

Bak… buk… bak… buk…

“Berani memukulku, kukirim tagihan biaya perawatannya ke rumah kalian.” ancam Kakuzu.

“Aduh, jangan pukul wajahku ya. Ini modalku dalam berkarya.” Kata Deidara, yang masih sempat-sempatnya urusin poni panjangnya ditengah perkelahian.

“Karena Tobi anak baik, Tobi tidak akan memukul orang sembarangan.” kata Tobi sambil menghindar dari pukulan lawannya. Membuat lawannya itu memukul teman satu gengnya.

“Aku benci kekerasan. Aku benci kekerasan. Aku benci kekerasan…” gumam Jugo sambil terus menghajar lawan-lawannya tanpa ampun. Ironis sekali perbuatan dan perkataannya. Padahal dia tampak menikmati pertarungan ini.

Dengan sekali tendangan, Yahiko menghempaskan dua orang yang mencoba menyerangnya dari belakang. “Dendam hanya akan menghasilkan dendam yang lain. Hentikan rantai kebencian ini Orochimaru!”

Bak… buk… bak… buk…

BUGH…

Lawan yang terakhir jatuh. Pertarungan berakhir. Anak buah Orochimaru sudah dikalahkan. Babak belur dan meringis kesakitan. Para anggota Taka masih kuat berdiri, meski dengan nafas terengah-engah dan lelah. Seringai kemenangan tampak di wajah mereka. Puas dengan hasil akhir pertarungan ini.

Orochimaru yang sudah babak belur masih mencoba melawan. Diambilnya sebilah pisau lipat dan berlari kearahku. Aku sangat ketakutan saat dia menjambak rambutku dan menempelkan pisau itu dipipiku.

“Sasuke!” teriak Orochimaru, “Menyerahlah! Atau kau akan lihat gadis ini…”

Tanpa basa-basi Sasuke langsung datang menerjang Orochimaru. Menghempaskan pisau itu jauh-jauh dariku, kemudian menarik kerah baju Orochimaru. Mengangkatnya seakan tubuh itu karung kapas yang ringan. Dan didorongnya hingga menabrak dinding.

Orochimaru mencoba melepaskan diri. Mencengkram tangan Sasuke kuat-kuat. Tapi tubuhnya lekas dikunci Sasuke agar tak berontak. Kemudian Sasuke menendang perutnya dengan lutut. Lalu berbalik mencengkram leher Orochimaru dan menahannya. Dari arah belakang, dua orang anak buah Orochimaru bersiap memukul. Sambil tak sedikitpun mengendurkan cengkramannya di leher Orochimaru, Sasuke langsung menyapu dua orang tadi dengan sekali tendangan. Berhasil membuat mereka mundur dan terjengkang ke belakang.

“Jangan ikut campur…” desis Sasuke pada mereka, “Kalau aku mau, aku bisa meremas lehernya hingga putus.” Sasuke tampak mengancam, “Mau lihat?!”

Tubuh Orochimaru mengejang. Dia terbatuk-batuk dan tarikan nafasnya terdengar berat. Dadanya bergerak naik turun. Wajahnya memerah tampak panik. Dua anak buah Orochimaru tadi memandang Sasuke was-was. Ketakutan ada di mata mereka. Merasa sudah cukup menggertak, perlahan Sasuke mengendurkan cengkramannya.

Aku berdebar-debar melihat kejadian itu. Yang barusan sepertinya Sasuke tak serius. Tapi kalau kalap, mungkin dia akan benar-benar mencekik mati Orochimaru.

“Kau cuma ular yang berani melawan elang.” Kata Sasuke pada Orochimaru, “Enyah dari hadapanku. Dan jangan sekali-kali kau mencoba menyakiti gadisku lagi.”

BUGH… Satu pukulan keras terakhir dilesatkan Sasuke ke wajah Orochimaru.

Dengan mata hijau Emerald-ku yang sembab, aku memandang lekat-lekat wajah Sasuke yang datang menghampiriku. Aku benar-benar bisa bernafas lega saat Sasuke melepaskan ikatan tali di tangan dan kakiku. Membuka plester di mulutku.

“Sa..su..ke..” aku menyebut namanya disela isakan. Tangisku tumpah lagi.

Tangan Sasuke mengelus pipiku lembut, menyeka airmataku. Kemudian perlahan dibelainya rambutku, menarikku kedalam dekapannya.
“Syukurlah, Sakura…” bisik Sasuke di telingaku.

Selesai. Semuanya sudah selesai…

*
*
*
TBC….. next to last chapter

20 Comments

Leave a Reply

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply to lisnawati mfaris Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *