SAKUSASU Fic: HOLD MY HAND ~ Chapter 6

Cerita sebelumnya…

Sakura diculik Orochimaru. Sasuke dan Taka menyelamatkannya. Apa yang terjadi selanjutnya? Apakah Sakura akan tetap bertunangan dengan Itachi? Apa Sasuke akan mengakui perasaannya terhadap Sakura? Simak kisah akhir Sasuke-Sakura-Itachi…

It’s all in last chapter.

CHECK IT OUT!

Chapter: 6/6
Pairing: Sakura Haruno x Sasuke Uchiha
Rate: T
Genre: Romance, Friendship, Hurt/Comfort
Disclaimer: NARUTO resmi adalah milik MASASHI KISHIMOTO
Length: 2.301 word

If you don’t LIKE, don’t READ!!!

Itadakimasu~

*
*
*

Orochimaru berhasil dibereskan. Kami semua kembali ke markas Taka. Mengobati luka sisa pertarungan dan beristirahat. Untung saja tak ada yang mendapatkan luka serius. Hanya beberapa lebam dan lecet, yang mudah diobati dengan obat yang tersedia.

Suasana berubah ramai dalam perayaan kemenangan ini. Beberapa tampak minum dan makan dengan gembira. Berkaraoke. Saling membanggakan cerita perkelahiannya masing-masing. Sementara itu aku dan Sasuke hanya duduk terdiam di sofa di sudut ruangan.

Sruff…

Aku menyeruput habis orange juice-ku dan sekali lagi menghela nafas lega. Membayangkan apa yang baru saja kualami, ini masih membuatku merinding ngeri. Jadi begini rasanya diculik. Saat leherku dipukul. Saat kedua tangan dan kakiku terikat. Saat aku tak bisa teriak. Hanya meronta dan menangis. Aku takut melihat mereka semua berkelahi. Takut orang-orang yang kusayangi terluka. Takut terjadi sesuatu pada Sasuke.

“Maaf, aku jadi melibatkanmu.” kata Sasuke, memecah keheningan diantara kami.

Aku menggeleng pelan, “Terima kasih sudah menolongku.”

“Hn.”

“…”

Kami terdiam lagi.

“Eu, bagaimana lukamu?” tanyaku.

Kedua alis Sasuke terangkat, diperlihatkannya beberapa luka gores di kedua tangannya. “Ini bukan apa-apa.”

Kuperhatikan wajah Sasuke lekat-lekat. Menyelidiki apa ada lebam di wajah tampannya. Sejenak aku menghela nafas lega, “Syukurlah…” Masih porselen putih tanpa cacat.

“Oi, SasuSaku…” panggil Suigetsu pada kami berdua, “Mau ikut kami keliling kota gak?”

“Kita harus menyebarkan berita ini pada yang lain. Orochimaru sudah tamat dan Taka-lah yang terkuat.” Lanjut Tobi.

“Terima kasih. Aku disini saja.” Aku menolak ajakan itu.

“Ya, sebaiknya kau beristirahat Sakura. Kasihan juga kau, setiap berurusan dengan kami, kau selalu terluka.” Kata Jugo.

“…”

“Hmm, kalau gitu aku juga mau pulang saja. Cukup refreshing-nya. Pameran BIG BANG ledakan superku akan diadakan bulan depan. Tak boleh santai. Aku harus segera kembali ke galeri. Jaa~…” pamit Deidara.

“Oh, Shit! Kas keuangan Taka terancam. Anggaran pesta kemenangan kali ini perlu ditekan. Aku harus mendampingi Hidan belanja. Karena dia suka seenaknya membeli barang tak perlu.” Kakuzu lekas pergi menyusul Hidan yang sudah lebih dahulu pergi bersama Zetsu.

“Kau juga mau pergi?” tanya Sasuke pada Yahiko yang sudah bersiap memakai jaket kulitnya.

Cowok itu menyeringai seraya memakaikan kacamata hitamnya, “Aku ada syuting dan juga kencan.” Jawabnya, langsung menyambar kunci mobil diatas meja dan melengos pergi.

Hh…

Aku memutar mataku melihat kesekeliling ruangan yang kini jadi sepi. Semua orang pergi. Padahal sesaat lalu masih ramai dan berisik. Sekarang hanya tinggal aku dan Sasuke. Jantungku jadi berdebar kencang. Mengingat disini kami berdua saja. Aku sedikit melirik kearah Sasuke, tampak kebingungan dan juga salah tingkah.

“Tch, dasar mereka semua… kenapa mendadak pada punya urusan.” dengus Sasuke seraya berdiri kemudian menoleh padaku. “Kau juga sebaiknya pulang saja, Sakura.”

Aku sedikit menyunggingkan bibirku. Terkekeh mendengarnya. Sasuke mengernyit heran melihatku mendadak begitu.

“Kenapa?” tanyanya.

“Rasanya lucu. Kau selalu saja menyuruhku pergi, Sasuke. Selalu saja menyuruhku pulang.” Aku menatapnya dalam, “Padahal aku masih ingin bersamamu.”

Sasuke terperangah mendengar jawabanku. Matanya lekas menghindar. Itu seperti sudah jadi kebiasaannya. “Jangan bicara sembarangan.”

“Aku katakan sebenarnya. Aku ingin bersamamu. Sasuke.”

“Hentikan!” bentak Sasuke, “Kau tak boleh bicara seperti itu.”

“Kenapa?! Memang apa salahnya?” balasku seraya bangkit dan menghadangnya.

“Kau… harusnya tau diri. Kau itu siapa bagiku.”

“Siapa?” tanyaku, “Aku Sakura Haruno. Yang entah sejak kapan diam-diam memperhatikanmu. Perlahan mengenalmu. Berteman denganmu. Berlari ketempatmu. Kau yang waktu itu menarik tanganku. Menggenggamnya. Dan sekarang membuatku jatuh cinta.”

Sasuke mencengkram pergelangan tanganku. Rasanya sedikit sakit. Onyx hitamnya memandangku tajam, “Jangan lupa kau itu juga tunangannya kakakku.”

Aku merasa begitu sakit mendengarnya. Tak seharusnya dia mengingatkan aku tentang hal itu.

“Sudah kubilang aku memilihmu Sasuke.”

Sasuke kembali menghempaskan tanganku, “Cukup, jangan bicara lagi.”

“Kau… mustahil tak menyadari perasaanmu sendiri, kan? Seperti tadi, kenapa kau datang menolongku?”

“Itu karena Orochimaru salah paham. Dan aku juga tak mau ada orang lain yang terlibat dalam masalahku dengannya.”

“Lalu, bagaimana dengan saat kau membelaku dihadapan Orochimaru, kau bilang aku gadismu.”

“Itu hanya khayalanmu saja, Sakura.” kata Sasuke seraya berbalik. “Berhentilah membicarakan hal ini. Membuatku muak. Aku tak…”

Aku cepat menarik lengan Sasuke, membalikkan badannya agar menghadapku kembali. Ku dongakkan wajahku dan berjinjit. Cepat mendaratkan bibirku ke atas bibirnya. Membungkam kata-kata yang ingin diucapkannya. Aku tak mau mendengar kebohongan lagi. Biar kubuktikan sendiri perasaan ini.

Onyx hitam Sasuke membulat, terkejut dengan tindakanku yang tiba-tiba. Dia mencoba melepaskan diri, tapi aku kian erat mencengkeram kerah bajunya. Lebih menekankan bibirku lagi. Menciumnya. Karena aku yakin kami memiliki perasaan yang sama. Saat kemudian mata kami sama-sama terpejam.

Kurasakan sensasi geli saat tangan Sasuke bergerak menyusup diantara leher dan telingaku. Membuatku sedikit lunglai. Perlahan bibirnya membuka bibirku. Membuat lidah kami bertemu dan saling bertaut. Tubuh kami kian merapat dalam pelukan. Kurasakan jantungnya dan jantungku berdegup dengan irama yang sama. Kami menikmati ciuman lembut itu sampai akhirnya Sasuke menarik diri dan mendorongku jauh.

“Tidak…” Sasuke menggeleng pelan. “Ini tidak benar…” lanjutnya seraya menyeka bibirnya dengan punggung tangan.

“Sasuke…” aku merasa sakit melihat tindakannya. “Kenapa?”

“Tak seharusnya kita seperti ini, Sakura. Kau dan kak Itachi. Kau itu calon…”

“Tidak!” bantahku cepat, “Kita merasakannya barusan, Sasuke, kita punya perasaan yang sama. Ciuman tadi…”

“Lupakan!” bentak Sasuke, “Itu tak berarti apa-apa, Sakura. Anggap tak terjadi.”

“Apa?! Bagaimana bisa bukan apa-apa, sedang kita berdua menyadarinya. Kau juga mencintaiku, kan?”Aku menatap Onyx hitamnya lekat-lekat, mencari pembenaran.

Sasuke memalingkan wajahnya, “Tidak.” Seraya berbalik dan melenggang pergi.

“Sasuke…” Mataku yang berkaca-kaca menatap sedih punggung tegapnya yang menjauh itu. Kian membuat hatiku merasa sakit, “Kau curang Sasuke. Curang. Padahal kita memiliki perasaan yang sama. Kau juga mencintaiku…” kataku lirih.

*
*
*
*
*
*

“Coba lihat. Hari ini kau cantik sekali.”

Aku mengangkat pandanganku, melihat sosok yang tampil didalam cermin itu. Tampak seorang gadis yang memakai gaun warna putih susu berpadu pink yang manis dan anggun. Make-up di wajahnya tak terkesan mencolok, justru semakin mempertegas kecantikan alaminya. Rambut soft-pink itu ditata cantik, dipilin hingga sedikit bergelombang dibagian bawahnya. Disisi sebelah kanan rambut diberi jepit bermanik bentuk kupu-kupu yang serasi dengan model pakaiannya. Sederhana namun tetap elegan. Penampilannya sudah sempurna. Tapi ada satu hal yang kurang…

“Senyum donk, Sakura. Kenapa wajahmu suram sekali? Ini kan hari pertunanganmu.”

Entah sudah berapa kali Kaa-san mengatakan hal itu padaku. Aku hanya menorehkan senyum samar. Lalu kembali menghela nafas. Menundukan kepala. Rasanya dadaku sesak. Berat sekali menghadapi detik demi detik di hari ini. Aku masih tak percaya saat seperti ini akan tiba juga. Ketika pertunanganku dan Itachi akhirnya diresmikan.

“Persiapannya sudah selesai. Ayo cepat kita pergi sekarang, sebelum terlambat.” ajak Kaa-san seraya menarik tanganku.

Hh…

Aku berjalan dengan langkah yang tak bersemangat. Mengikutinya menuju mobil dimana Too-san dan Sasori sudah menunggu. Kali ini Kaa-san tidak duduk di bangku depan, tapi bersamaku dan Sasori dibelakang. Mereka berdua mengapitku di tengah. Sebelum berangkat, Kaa-san dengan teliti memeriksa setiap pintu mobil, memastikannya terkunci. Dan sepanjang perjalanan menuju rumah keluarga Uchiha, lenganku tak pernah lepas dari dekapannya. Wajar saja Kaa-san sampai se-waspada itu, mengingat aku pernah mencoba kabur sebelumnya.

“Kaa-san, tanganku kram nih….” kataku manja, minta dilepaskan.

“Hmmmm….” Kaa-san memicingkan matanya, menatapku curiga. Kepalanya menggeleng-geleng pelan, menolak permintaanku.

“Ya, ampun, Kaa-san. Aku tak akan kabur kok. Sumpah.” kataku dengan sangat memohon. Kram ditanganku itu tak bohong. “Aliran darahku tak lancar nih kalau terus Kaa-san peluk erat begini.”

Dengan tampak sedikit terpaksa akhirnya Kaa-san melepaskan tanganku. Berganti memegang ujung rok gaunku. Aku melohok tak percaya, Kaa-san memperlakukanku seperti layaknya tawanan.

“Kenapa tak sekalian saja aku diborgol?” dengusku kesal sambil mengebas-ebaskan tanganku yang pegal.

Suasana di rumah keluarga Uchiha tampak ramai. Tamu undangan dari berbagai kalangan menghadiri acara ini. Aku tak menyangka untuk acara pertunangan saja yang datang sampai sebanyak ini. Memang sih, relasi dari kedua belah pihak keluarga sangat banyak. Apalagi mengingat pertunangan ini juga berpengaruh terhadap hubungan bisnis antara keluarga Haruno dan Uchiha di masa depan.

Kami langsung disambut hangat oleh paman Fugaku dan bibi Mikoto. Mereka tampak serasi. Bibi Mikoto memakai long-dress biru beludru dengan hiasan manik-manik putih disekitar kerah lehernya yang terbuka. Rambut hitamnya yang biasa terurai kini digelung keatas, tampak menawan. Paman Fugaku pun terlihat tampan dengan stelan jas warna senada, kemeja putih dan dasi biru muda bermotif. Begitu pula dengan Itachi yang terlihat tampan dalam balutan tuxedo hitamnya, menampilkan sosok dewasa dan sangat mempesona.

“Kami sangat senang, akhirnya hari ini datang juga.”

“Ya, setelah sebelumnya sempat tertunda karena berbagai hal.”

“Maafkan kecerobohan putri kami untuk yang sebelumnya.”

“Ah, tidak apa-apa. Yang penting pertunangan ini bisa segera diresmikan.”

“…”

Mereka semua mulai tenggelam dalam obrolan. Sementara itu aku dengan perasaan berdebar, mataku mulai mencari-cari kesekeliling ruangan. Sasuke… Setengah dalam diriku berharap ingin bertemu dengannya. Setengah lainnya merasa cemas, bagaimana aku bisa melihat pria yang kucintai hadir di acara pertunanganku. Terlebih lagi yang akan bertunangan denganku itu kakaknya. Tidak, justru karena itulah ini menjadi semakin menyakitkan bagiku.

“…”

“Sakura-chan, kau mencari Sasuke?” bisik Itachi di telingaku.

“Hhh?” Aku terperangah mendengarnya. Selama beberapa saat aku sempat melamun.

“Kenapa?” tanya bibi Mikoto, heran melihat gelagatku.

Itachi tersenyum, “Tidak. Hanya saja, padahal ini hari pertunangan kami, tapi wajah Sakura-chan suram sekali.”

“Sakura…” desis Kaa-san sambil memberikan deathglare-nya padaku. “Senyum…”

Kusunggingkan sedikit bibirku dan terseyum samar. Tak bisa kulakukan dengan baik, meski itu hanya satu senyuman palsu. Hatiku yang tak bahagia menahan semuanya.

Aku menunduk, menghela nafas panjang. “Kak Itachi… apa aku masih boleh jadi dokter biar sudah menikah denganmu?” tanyaku lirih.

“Taruhan kita belum selesai lho, cepat sekali kamu putus asa.” kata Itachi, sama sekali tak menjawab pertanyaanku.

Aku juga sebenarnya tak ingin putus asa seperti ini. Tapi melihat orang yang kutunggu tak juga datang rasanya menyesakkan. Sasuke benar-benar tak memilihku.


Seorang pelayan tiba-tiba datang menghampiri dan berbisik pada paman Fugaku dan bibi Mikoto. Mendengar sekilas nama Sasuke disebutnya, aku diam-diam mencuri dengar isi pembicaraan mereka.

“Saya heran kenapa kemarin malam dia sudah menyiapkan barang-barangnya. Ternyata tuan muda Sasuke bermaksud pergi dengan penerbangan pertama ke negara Hi pagi ini. Dia baru saja berangkat. Katanya tak perlu pamit, mengingat anda semua sibuk mempersiapkan acara…” bisik pelayan itu.

Haah?!…. Kakiku langsung bergerak sendiri. Berlari menuju pintu keluar.

“Sakura!….” teriak mereka semua, terkejut. “Kau mau kemana?!”

Kaa-san yang paling panik berteriak memanggil-manggilku. Aku tak berbalik menanggapinya. Tak peduli orang-orang menatapku keheranan. Aku terus berlari. Dalam pikiranku sekarang hanya ada Sasuke.

Kenapa…

Sasuke?!

Kau pergi begitu saja….

Aku menyukaimu, sampai tak tertahankan…

Kalau kau mau bersamaku, aku tak akan menyesal dan pasti akan bahagia…

Tak apa bila kau tak bisa memilihku, aku akan menerimanya…

Tapi aku mohon, tetaplah disini…

Jangan pergi…

Langkahku terhenti di depan pintu gerbang utama yang tertutup rapat. Penjaga keamanan sepertinya cepat diberitahu untuk menghentikanku. Kucengkram teralis pagar yang tak bisa kubuka itu. Memandang jauh keluar sana. Perlahan semuanya tampak samar. Tertutup genangan airmata yang berkumpul di atas hijau emerald-ku.

Begitu ya, Sasuke…

Kau, akhirnya memilih jalan yang bisa mewujudkan impianmu, ya…

Aku semakin merasa sesak. Bukan karena lelah berlari tadi, tapi ada pada hatiku yang seperti diberi beban berat. Ini sangat berat. Hingga aku tak bisa lagi menahannya. Aku mulai merosot jatuh, tapi kemudian seseorang menahanku.

Itachi menatapku lekat-lekat, tampak begitu cemas. Lalu dengan tangan kekarnya, perlahan dia membantuku berdiri. Mendekapku dengan hati-hati seolah aku ini barang yang bisa hancur berkeping-keping kalau tak diperlakukan dengan lembut. Aku langsung terisak didadanya. Itachi tak berkata apapun. Dia hanya menepuk-nepuk punggungku pelan. Menenangkan.

Aku sekilas menatap diriku di kaca. Tampak kacau. Dengan riasan sedikit luntur dan mata yang sembab. Sejenak aku menghela nafas panjang. Menenangkan diriku lagi. Sebelum ku ikuti langkah Itachi kembali masuk ke dalam rumah.

Semua orang tampak menunggu kami. Masih berpandangan heran dan berbisik-bisik membicarakan kejadian tadi. Itachi menjelaskan sebisa mungkin pada semua kalau aku hanya gugup.

Kaa-san langsung memelukku erat dan menggenggam tanganku. Sepertinya dia panik sekali. Khawatir putrinya kabur lagi. Kaa-san bersyukur, Itachi berhasil membawaku kembali.

Pikiranku kosong. Lama aku tenggelam dalam lamunan, sampai tak sadar kalau acara sudah dimulai daritadi.

Aku kini berdiri berhadapan dengan Itachi. Di tengah kami, seorang wanita cantik tampak membawa nampan dengan kotak merah beludru diatasnya. Terbuka memperlihatkan sepasang cincin. Jantungku berdebar melihatnya.

“Tunggu,…” aku langsung menyela.

“Sakura, apa yang kau…” desis Kaa-san, memandang marah padaku.

“Ada hal yang ingin aku katakan…” kataku cepat.

Semua orang berpandangan heran menatapku yang tiba-tiba menghentikan acara. Mereka berbisik-bisik, bertanya-tanya apa yang hendak kulakukan. Mendadak aku merasa gugup karena jadi pusat perhatian.

Aku sedikit menelan ludah. Menarik nafas dalam-dalam. Mempersiapkan hatiku sejenak.

“Dulu, ada orang yang pernah bilang padaku, kalau kita tidak mengatakannya dengan tegas, orang tidak akan pernah tahu. Kaa-san, Too-san… Paman Fugaku, Bibi Mikoto… kak Itachi… aku tahu aku masih egois dan belum begitu memahami batas pendapat diri sendiri. Tapi… setidaknya sekarang, aku merasa, sekarang bukan saatnya aku mematuhi perintah orangtua. Aku…”

SREG…

Pintu terbuka…

Semua perhatian kini teralih kebelakang, dimana seseorang yang mendadak muncul langsung berjalan masuk tanpa permisi. Suasana makin riuh saat melihatnya menghampiriku. Aku membelalak tak percaya melihat sosok itu.

Sasuke?!…

Kuperhatikan peluh di wajahnya. Bajunya tampak sedikit basah. Dia berkeringat. Apa dia berlari sampai kesini?

“Sasuke, kau bukannya…”

“Aku datang untuk mengambil sesuatu yang tertinggal.” kata Sasuke. Kemudian berdiri menghadap keluarganya. Wajahnya tampak serius sekali.

Kami semua penasaran menanti apa yang hendak dilakukannya.

“Ehm, kepada keluarga kedua belah pihak,…” Sasuke mulai berbicara, “Bisakah kalian mengizinkan aku ini, Sasuke Uchiha menjadi pengganti Itachi Uchiha untuk menikahi Sakura Haruno?” lanjutnya sambil membungkukkan badan. “Aku mohon…”

Haahh?!…

Semua orang terkejut mendengar kata-kata Sasuke itu. Para orangtua kami saling berpandangan. Tampak kebingungan. Melihat hal nekat yang baru saja dilakukan adiknya, senyuman Itachi malah mengembang.

“Ckck… adikku ini, bisa-bisanya bicara tegas begitu.” kata Itachi sambil terkekeh.

“Sasuke~…” Aku memandang Sasuke lekat-lekat. Sambil tersenyum, dia balas menatapku lembut.

“Sepertinya… tidak diizinkan. Gimana nih, Sakura?” tanya Sasuke, masih menatapku. “Kalau gitu…”

Seraya mengulurkan tangan, aku tersenyum dan mengangguk mantap.

“Kami akan kawin lari.” lanjut Sasuke langsung menarik tanganku dan berlari pergi membawaku.

“Eeehhh??!!…” Semua orang shock…

“Tenang saja. Kami tidak akan bunuh diri bersama, kok!” kataku sambil menoleh kembali melihat keluarga kami yang makin terkejut dibuatnya.

Dengan perasaan bahagia, aku tertawa bersama Sasuke yang dengan erat menggenggam tanganku.

Berlari bersama keluar.

“Aku tak akan pernah melepaskanmu, Sakura.” kata Sasuke.

Aku mengangguk, “Peganglah tanganku, Sasuke.”

Selalu…

Selamanya…

*
*
*

FIN…

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bachot Session from Author:

YA-HA!!… akhirnya tamat juga (^o^)

Senang sekali bisa selesaikan Fic ini.

Berdebar-debar pas nulis chapter terakhir. Coz ada adegan Kissu-nya, haha~ yang sudah dibikin duluan bahkan ketika chapter 3 belum tamat… Maklum namanya juga romance.

— Apa? Kurang HOT? Iya tenang, Fic berikutnya scene seperti ini akan dibikin lebih banyak [^w^] #PLAKK *Author mesum* hehe~

Jadi akhirnya mereka kawin lari?? Itu hanya SakuSasu yang tau ^-^

Mohon maaf klo agak garing. Ini disesuaikan dengan cerita aslinya Sakura in Spring.

Yang belum pernah baca komik one shoot Sakura in Spring, biar tau bedanya saya jelaskan sedikit …

Sakura in Spring ~ the little incident of sakurada’s store in meiji era ~
Karya Matsuri Hino (pengarang Vampire Knight, Merupuri, Wanted)
Cerita ini adalah cerita tambahan dalam komik Wanted (diterbitkan Elex)

Tokoh:
Sho Kamura —> Sakura Haruno
Takao Sakurada —> Sasuke Uchiha
Kyosuke Sakurada —> Itachi Uchiha

Bedanya ama Fic ini adalah tidak banyak adegan lebay dan tokoh-tokoh sekali lewat.

Nah,…
Rasanya kurang puas klo udah baca tapi ga berkomentar apapun, kan? Jadi silahkan katakan apa saja kesan Readers setelah membaca Fic ini.

Sankyu~ sudah meluangkan waktu untuk membacanya sampai tamat.

(^-^)/ jaa nee~

87 Comments

Leave a Reply

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply to 이라 (๑'⌣'๑)づ♥ Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *