Cerita Sebelumnya… Baca [Chap 1] [Chap 2] [Chap 3] [Chap 4] [Chap 5] [Chap 6]
~( $ _ $ )~
Money [LOVE] Gamble: Chapter 7
Chapter: Disclosed
Pair: Sasuke Uchiha x Sakura Haruno
Rate: T
Genre: Romance, Hurt/Comfort, Friendship
Disclaimer: NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
Length: 5.206 words
WARNING: AU, OOC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue (=A=)
Story by
FuRaHa
If you don’t LIKE? Read? Don’t Read?
WHATEVER!!!
~Happy Reading~
~( $ _ $ )~
.
.
.
~Tahukah kau, dalam lingkaran kesalahpahaman. Sedikit saja ada satu kesalahan, itu cukup mampu menutupi segala kebenaran~
.
.
.
Nyala merah lampu lalu lintas menghentikan laju puluhan kendaraan bermotor di jalanan. Termasuk Ducati 1098S yang dikendarai Sasuke. Sebenarnya cukup dua-tiga menit terhenti sebelum merah berganti hijau dan mempersilahkan kendaraan yang mengantri panjang itu kembali melaju di jalanan. Tapi pemuda raven itu tetap tak beranjak meski di depannya lampu hijau sudah menyala dan bunyi klakson di belakang sana bersahutan memintanya untuk segera menyingkir.
Bukannya dia tak peduli, hanya saja sesaat perhatiannya kini teralih. Ketika tak sengaja pandangan onyx dibalik helm full-face itu menangkap sesosok gadis berhelaian merah muda yang dikenalnya. Tepat di pelataran parkir sebuah pertokoan, Sasuke melihat Sakura tampak berjalan dan mengobrol bersama seorang pria paruh baya.
…
“Aduh paman, jangan pelit gitu dong~” rajuk Sakura, “Sekarang kan udah jadi pengusaha sukses, masa punya rejeki gak bagi-bagi.”
“Hmm, kebiasaanmu tak berubah. Bicaramu sengaja manis gitu buat rayu paman kan?”
“Hehehe~ udah tahu nanya,” Sakura nyengir, sambil garuk-garuk sebelah pipinya yang tak gatal. “Makanya kasih aku uang…” pinta gadis itu langsung tengadahkan tangannya.
“Hmm, gimana ya―”
“Pliiiss paman, 50.000 ryo aja~…” bujuk Sakura. “kita kan udah lama gak ketemu.”
Emerald hijau Sakura berbinar, lain dengan emerald hijau berdasar merah milik si pria tua itu yang bergulir tampak tak rela saat dia ambil selembar uang lima puluh ribuan dari dalam dompetnya. Terlebih lagi dia apit uangnya dengan keras saat dia hendak serahkan pada Sakura. Yang terlihat kemudian adalah adegan tarik menarik selembar uang antara Sakura dan pria itu sementara keduanya sama-sama pasang tampang saling senyum yang terlihat aneh.
“Wah, makasih ya paman, paman baik deh~” riang Sakura usai berhasil dapatkan uangnya.
“Huh, dasar anak manja.” dengan gemas pria itu mengacak-acak rambut Sakura, sebelum kembali mengelusnya lembut.
…
Apa yang sedang mereka lakukan?, pikir Sasuke yang melihat kejadian itu dari jauh. Dalam dada terasa ada yang bergejolak, ketika dia pun lihat pria itu menggiring Sakura masuk kedalam sebuah mobil.
‘Pacarmu itu rela lakukan apapun demi uang.’
―Sekelebat perkataan Karin tadi di café kembali muncul dalam pikiran Sasuke.
Dan hei, apakah tingkah Sakura barusan tampak seperti ABG nakal yang sedang menggoda om-om di jalanan?
Brrrrmmm…
Cukup melihat pemandangan itu, Sasuke lekas starter motornya dan melaju kencang. Pergi sambil membawa pikiran curiga terhadap Sakura, tanpa tahu kejadian yang sebenarnya.
.
.
.
#
Dalam mobil yang tumpangi Sakura.
#
…
“Sebenarnya minggu pagi ini aku malas banget pas disuruh Kaa-san belanja ke supermarket. Hihihihi~ ternyata aku malah beruntung sekali gak sengaja bisa ketemu paman,” kata Sakura, mengajak bicara pria di bangku kemudi sebelahnya. “Makasih udah sekalian bayar belanjaanku dan kasih aku uang jajan ya, paman Kakuzu.”
“Ah, ya, beruntung buatmu, rugi buatku.” dengus pria itu sembari mendelikan emerald hijaunya pada sang keponakan.
Bagian mata duitan gadis itu apa memang sudah jadi turunan keluarga ya? Mereka mirip. Dan Kakuzu saja bahkan sampai kalah adu rayu sama Sakura. Anak Tsunade dan kakak tirinya ini memang hebat.
…
#
.
.
~( $ _ $ )~
~( $ _ $ )~
.
.
Drrtt… Drrrttt…
Ponsel flip pink metalik itu bergetar, menghentikan sejenak aktifitas Sakura yang sedang menyantap menu makan siangnya. Cepat-cepat dia rogoh isi saku blazer dan melihat ada satu pesan masuk dalam inbox ponselnya.
――――――――――――――
From: Sasu~koi
Subject: Urgent!
――――――――――――――
Baru juga dia mau baca isi pesan itu, perhatiannya lekas teralih pada seorang siswa yang tiba-tiba duduk di seberang bangkunya di meja kantin.
“Hai!” sapanya sambil nyengir, “Masih ingat padaku?”
Sakura mengernyit, memandang heran pemuda tampan berambut raven itu, “Siapa ya?”
“Eh, ini aku, Menma. Masa kau tak ingat sih?!”
“Ng?”
“Poker. Poker?! Kelas 2A? Menma yang ganteng dan keren ini lho~…”
“Aah~…” Sakura mengangguk-angguk, akhirnya dia ingat juga sama cowok narsis bertampang mirip Naruto ini. “Ada perlu apa ya?”
“Kau suka taruhan kan?” tanya Menma to the point dan langsung Sakura jawab dengan satu anggukan mantap. “Aku mau menantangmu!”
“Bhuhhh~…” Sakura tak kuasa menahan tawa. Gadis itu terkekeh sejenak, “Haha~ nantangin apa?”
JRENG
Menma keluarkan dua botol cola 1,5 L kehadapan Sakura, “Kau kuat minum? 15.000 ryo kalau kau berhasil mengalahkanku!”
Jadi Sakura harus bilang ‘WOW’ gitu?
“Wow, serius?” Lumayan tertarik juga nih Sakura. Mana cola-nya udah disediain lagi. “Hmm, kalau kau kalah?”
“Cukup 1000 ryo saja,” Menma beranjak dari tempatnya dan berganti duduk di sebelah bangku Sakura. Kebetulan jam istirahat makan siang kali ini Sakura lagi sendirian tanpa ditemani dua sahabatnya maupun pacarnya. “Syarat lainnya, kau harus mau pergi berkencan denganku malam minggu besok. Gimana cantik, tertarik menerima tantanganku?”
Sakura sedikit menyunggingkan bibirnya. Sambil melipat kedua tangan diatas dada, emerald itu mengerling, memandang remeh lawannya. “Baiklah, siapa takut.” ucap Sakura, sepakat terima tantangan itu.
“Yosh~…” cengir Menma.
…
…
…
Suasana kantin langsung berubah panas dan ramai. Tahu ada pertarungan akan digelar, banyak siswa langsung mengerumuni meja tempat Sakura dan Menma berada. Dua botol cola dan dua gelas besar sudah ada di hadapan masing-masing. Sebelum dimulai, Menma sebentar meregangkan otot-ototnya, seolah pertandingan kali ini melibatkan banyak tenaga fisik. Sedangkan Sakura cuek saja, dipandangnya botol cola miliknya sambil berpikir, ‘apa aku sanggup?’―bukannya Sakura takut atau ragu, dia hanya sedikit cemas karena baru beberapa menit lalu menghabiskan seporsi chicken-katsu, pudding dan salad buah sebagai menu makan siangnya. Yah, berharap saja Sakura sanggup dan memenangkan taruhan ini―atau setidaknya dia tak sampai muntah nanti.
“Ok, kalian siaaaapppp?!” teriak Sakon yang tiba-tiba muncul dan berlagak jadi wasit.
Menma-Sakura mengangguk, dan…
“MULAI!!”
Crash…
Keduanya kompak membuka botol cola itu. Tak ada manipulasi di sini. Botol cola itu asli, isinya juga. Dan Menma cepat-cepat menuangkannya kedalam gelas besar sebelum dia teguk langsung cola itu. Beda dengan Sakura. Gadis itu tak pakai gelas. Langsung minum dari botolnya dan aksinya itu bikin orang-orang―termasuk Menma―terbelalak tak percaya. Benar-benar nekat. Dia kan bisa saja tersedak.
Gluk… gluk… gluk… gluk…
“Whoaaa~ Ayo! Ayo! Sakura! Sakura!”
“Menma! Menma!”
“Habiskan! Habiskan!”
“Minum semuanya! Minum!”
Sorak-sorai semangat membahana. Mengiringi perjuangan kedua orang itu. Lima gelas sudah Menma habiskan. Sakura juga sudah habis setengah botol.
“Euuu…”
Keduanya terkadang berhenti sejenak untuk bersendawa dan mengontrol diri. Salah-salah, kalau terburu-buru bisa muntah dan itu artinya kalah. Isi perut Sakura serasa diaduk-aduk. Melilit. Seakan ada ribuan gelembung meledak-ledak didalamnya. Sebenarnya dia sudah tak sanggup. Sakura terbatuk. Rasanya mual. Ingin muntah. Tapi dia terus berusaha. Sedapat mungkin dia tahan dan terus menegak minuman itu. Lagi dan lagi. Sampai akhirnya…
“Bhuuaaahhhh, hhh hhh hhh hhh~…”
BRAK
Sakura hempaskan botol kosong ditangannya. Bikin Menma yang berdiri disebelah, yang baru saja menuangkan tetesan cola terakhir miliknya dalam gelas terpana tak percaya.
“Aku menang…” ucap Sakura lirih, dengan nafas terengah dan mulut basah bekas minuman. “Uhuk… uhuk… euuu~…”
“YE-AH!!” teriak semua orang. Gembira atas kemenangan Sakura.
“Mustahil…” desah Menma kecewa.
…
…
…
“Hoeekk… hhh hhh hhh~ fuuhh~”
Perasaan lega dirasakan Sakura usai mengeluarkan sedikit isi perutnya. Gadis itu langsung lari dari kantin menuju wastafel kamar mandi setelah menyelesaikan taruhannya dan keluar sebagai pemenang. Adu cola tadi benar-benar tak bersahabat buat perutnya. Yah~ tapi Sakura tak menyesali perbuatannya. Meski sekarang muntah-muntah tapi dia dapat uang kan?
“Nih,” kata Menma seraya menyerahkan lembaran ryo itu pada Sakura begitu keluar dari toilet.
“Sankyu~…” balas Sakura sambil tersenyum menerimanya.
“Kau hebat,” puji Menma, “―tepatnya gila.”
“Hahaha~…” Sakura tertawa kecil. “Kau juga, makasih udah tantangin aku. Lain kali kita tanding lagi ya. Dengan taruhan lebih besar tentunya.”
“Hn, kau sangat suka uang?” tanya Menma. “Mau kuberi yang lebih banyak?”
Sakura berbinar. Mendengar kata ‘uang’ jelas buat dia bersemangat. Mengira maksud Menma itu memberikan tantangan lain. “Kau mau bertaruh lagi denganku?” Sakura balik tanya.
“Bukan,” bantah Menma, “Kita gak usah repot-repot lakuin tantangan gak berguna kayak gitu,” Ditaruhnya sebelah tangan dia di sisi tembok seakan menghalangi gadis itu untuk pergi darinya. “Kau paham maksudku kan?”
“Ck~” Sakura mengerling, dia sunggingkan sedikit bibirnya. “Enggak tuh.”
Menma mendekat, “Kalau kau ingin uang, aku sungguh bisa memberikannya untukmu.”
Plak…
Sakura tepis tangan Menma yang coba menyentuh dagunya, “Jangan kurang ajar kau!” desis Sakura tajam, sambil mendeathglare-nya.
“Kenapa, aku serius lho~ Sakura-chan, gimana kalau 100 ribu? Tidak, 200 ribu ryo. Pulang sekolah ini kita pergi kencan dan bersenang-senang yuk. Aku akan membayar…”
BUK
…
…
…
“Sakura!” panggil Sasuke ketika melihat gadis musim semi itu berjalan melewati koridor kelas. Entah sedang melamun atau apa, tapi yang dipanggil sama sekali tak berpaling. Bikin pemuda tampan Uchiha itu terpaksa harus beranjak dari tempatnya dan mengejar sang pacar yang berlalu dengan cuek.
“Eh, Sasuke?” kaget Sakura mendapati Sasuke menahan lengannya.
“Darimana saja kau?” tanya Sasuke. “Kau tahu aku menunggumu?”
“Menunggu? Aaaah~…” Sakura baru ingat. Tadi kan dia dapat SMS dari Sasuke. Langsung saja dia lihat kembali ponselnya.
――――――――――――――――――――――
From: Sasu~koi
Subject: Urgent!
Aku ingin bicara. Temui aku di atap sekarang!
――――――――――――――――――――――
“Hee~ maaf, baru kubaca.” ucap Sakura sambil garuk-garuk sebelah pipinya. Sasuke mengeram, tampak sedikit kesal mendengarnya.
“Ada apa?” / “Darimana kau?” / Teeeet―
SasuSaku saling lontarkan pertanyaan bersamaan dengan bunyi bel masuk.
“Nanti saja. Pulang sekolah kau bisa ikut aku ke Akatsuki?” tanya Sasuke.
Sakura mengangguk-angguk, “Iya, tentu saja.”
“Hn.”
“Sampai jumpa nanti, Sasuke.” pamit Sakura seraya berbalik dan berjalan pergi menuju kelasnya―sambil masih berpikir, ‘Hmm, apa yang mau dibicarakannya sih?’
‘Darimana saja dia? Apa yang buatnya penting sampai tak bisa menemuiku tadi?’ pikir Sasuke menatap kepergian Sakura.
…
…
…
“Wkwkwkwkwkwk~…” tawa renyah terdengar membahana dari sekumpulan empat anak remaja yang sedang nongkrong depan kelas 2A.
“Kasian deh lu…”
“Payah kau, Menma. Bisa-bisanya kalah dari cewek.”
“Eh, dia jago minum lho…”
“Berarti jangan tantang dia tarung itu lagi.”
“Kalah berapa?”
“15.000 ryo.”
“Wah~ rugi bandar dong.”
“Dibilangin juga apa, jangan anggap remeh tuh cewek.”
“Yoi,…”
“Nah lho, terus wajahmu kenapa sampai bisa gitu?”
“Jiahahaha~… habis dicium Sakura tuh…”
“Whoaaa~ sugoiiiiii~ ne wkwkwkwk~…”
Onyx Sasuke lekas bergulir, menatap kerumunan teman sekelasnya yang tak terlalu akrab. Barusan saat berpapasan masuk kelas, tak sengaja dia dengar nama ‘Sakura’ disebut. Dan terang saja itu merupakan hal sensitif buatnya, terlebih lagi ada embel-embel kata ‘cium’ segala. Apa maksud?, pikir Sasuke. Sejenak dia hentikan langkahnya dan berdiam diri sebentar di balik pintu kelas. Bukan bermaksud menguping, hanya saja entah kenapa dia jadi sedikit penasaran. Ada urusan apa antara Sakura dan Menma?
“Gimana rasanya Menma?”
“Iya gitu deh, kapok gue…”
“Hahahaha~ makanya jangan sok berani. Lagian, Sakura dilawan. Nekat amat sih…”
“Dari luar tampangnya boleh manis, tapi aslinya tuh cewek kasar banget. Kasian yang jadi pacarnya.”
“Eh, si Uchiha kan?”
“Huh, aku bertaruh tuh cowok juga pernah bernasib sama sepertiku.”
“Maksudmu minta cium, langsung dapat ‘cium’ sepertimu wkwkwkwk~…”
…
Apa sih?! Gak mungkin kan dia dan Sakura…’ geram Sasuke.
Muak mendengar obrolan orang-orang itu, belum selesai Sasuke dengarkan seluruh ceritanya―bahkan tak menklarifikasi kebenarannya, dia sudah angkat kaki duluan dari sana.
Tak mendengarkan bahwa…
…
“Hahaha~ kasihan kau Menma, kena cium Sakura. Cium bogemnya dia, wkwkwkwkwk~…”
.
.
.
~( $ _ $ )~
~( $ _ $ )~
.
.
.
BLETAK
Satu kerikil kecil melesat mengenai belakang kepala Sakura. Otomatis bikin sang gadis musim semi itu pun menoleh melihat sosok bocah nakal bertampang jahil yang terkekeh-kekeh menertawainya.
“Itu balasan buat yang waktu itu, wuek~…” kata Konohamaru―si pelempar batu―sambil mengejek menjulurkan lidah.
BLETAK
Lewat ketapel yang dimainkannya, sekali lagi kerikil kembali melayang mengenai Sakura. Gak sakit sih sebenarnya, salah sasaran―cuma kena bahu. Tapi tetap bikin kesal kan? Dan Sakura yang jadi sasaran pelemparan itu pun mengeram menahan emosi. Masih mencoba untuk bersabar―ya, sabaaaarrr.
“Hehehe~ ada perlu apa denganku, Konohamaru~?” ucap Sakura semanis mungkin, namun tetap pancarkan kesan horror. Emerald itu mendelik, kemudian satu senyum penuh paksaan nampak muncul di paras cantik bak angle-nya Sakura.
BLETAK
Satu kerikil lagi melayang, kali ini tepat mengenai jidat Sakura. Jelas sudah tak bisa lagi menahan diri.
“Grr, awas kau ya!!” teriak Sakura marah dan langsung mengejar Konohamaru, “Dasar anak kurang ajar!”
Tak mau kalah, Konohamaru sekuat tenaga berlari menghindari kejaran Sakura sambil menyindir dan menjulurkan lidahnya pada Sakura. Sesekali dia pun melemparinya dengan batu kerikil kecil. Sakura juga berusaha menangkap anak kurang ajar itu. Jadilah mereka berdua main kucing-kucingan keliling lapangan. Bikin anak-anak Akatsuki yang lagi pada main basket ketawa-ketiwi melihatnya. Lumayan juga, aksi itu bisa dianggap sebagai hiburan disela latihan yang cukup melelahkan.
Grep,
Akhirnya usaha Sakura tak sia-sia, dia berhasil menangkap Konohamaru. Bocah itu meronta-ronta berusaha berontak melarikan diri namun Sakura tetap menahannya dengan sekuat tenaga. Langsung saja dia dorong tubuh Konohamaru merapat ke tembok benteng lapangan. Jurus puppy-eyes pun dilancarkan Konohamaru, meminta belas kasihan seakan ingin dibebaskan. Sayang sekali itu tak mempan. Sakura tak peduli meski dipandangi seperti itu, salah besar bila mengira dia akan luluh oleh sorot mata sok polos begitu.
“Lepasin! Lepasin! Kakaaaakk~ lepasin aku dong, pliiisss~” teriak Konohamaru berontak.
“DIAM!” bentak Sakura tegas. Sontak Konohamaru menurut. Bocah itu langsung berhenti meronta-ronta.
“Woahahaha~ Siksa! Siksa! Siksa!” teriak para anggota Akatsuki bermaksud mengompori Sakura.
“Dasar cewek mata duitan!” celetuk Konohamaru.
PLETAK… Sakura menyentil pelan dahi bocah itu.
“―itaiiii~…” ringisnya.
“Jangan ngomong gitu, sesama pecinta uang dilarang saling menghina tau?!” kata Sakura.
“Eh?!” Konohamaru sejenak menatap Sakura sebelum kemudian menundukkan kepala, “Maaf~” ucapnya pelan.
“Gak apa-apa,” Sakura tersenyum, dia usap lembut dahi Konohamaru yang tadi kena sentil. “Maafin kakak juga ya, udah kelewatan. Kakak tahu kok alasan kamu suka sama uang. Coba kalau kamu dulu bilang, kakak pasti bakal ngalah. Yah, meski kakak juga sama. Kita ini money lover ya~” Perlahan Sakura melepaskan tangannya dari bahu Konohamaru.
“Jadi kakak juga suka uang?” tanya Konohamaru.
“Iya,” jawab Sakura sambil mengangguk. “Jadi gimana kalau mulai sekarang kita damai?” tawar gadis itu sambil ulurkan sebelah tangan.
“Damai?” Konohamaru sempat ragu menyambut tawaran itu, namun akhirnya dia pun meraih tangan Sakura dan bersalaman.
“Hehe~ bagus. Bagus. Sekarang kita berteman, kan?” tanya Sakura.
CRASH
“Aadaww~…” Sakura meringis saat sebelah kakinya diinjak keras oleh Konohamaru.
“Idih, siapa yang mau temenan sama kakak?! Wuek~…” kata Konohamaru sambil ngacir dan buru-buru kabur.
“KONOHAMARU!!!” teriak Sakura kembali berang, “Awas kau ya!!”
Meski rencana gencatan senjata gagal, tapi dalam hatinya Sakura tahu bahwa Konohamaru tak bermaksud seperti itu. Anak itu hanya malu mengakui perdamaiannya dengan Sakura. Tapi Sakura senang, setidaknya sekarang dia sudah berbaikan dengan Konohamaru.
.
.
.
.
.
Langit yang awalnya cerah perlahan mulai tampak suram. Matahari sedikit demi sedikit tertutup awan-awan kelabu. Angin berubah arah, petanda akan turun hujan. Melihat kondisi alam seperti ini membuat para anggota Akatsuki yang tadinya asyik bermain basket di lapangan pun mulai tampak menepi. Bahkan kebanyakan dari mereka langsung pada pamit pulang. Takut keburu hujan―itu alasannya―Padahal kenapa mesti takut sama hujan? Toh yang jatuh dari langit juga air, bukannya batu. Yah betul, hanya air―air yang datangnya keroyokan―Siapa takut?!
…
“Eeh, nii-san juga mau pulang sekarang?” tanya Sasuke ketika dilihatnya Itachi ikut bersiap bersama Yahiko, Konan, Deidara, Hidan dan Kisame di parkiran.
“Iya, tapi aku gak akan langsung pulang ke rumah. Mau mampir dulu ke Gedo Mazo buat bantuin yang lain urus persiapan acara bulan depan,” jawab Itachi sambil memakai helm full face-nya dan bersiap diatas motor Aprilia RSV1000 Factory merahnya. “Tolong bilangin sama kaa-san mungkin aku bakal pulang telat, hehe~…”
“Hn, apa aku perlu ikut juga?” tanya Sasuke.
Itachi nyengir, “Gak perlu. Kau dapat dispensasi deh hari ini. Lagian jangan berlagak sok rajin gitu-lah. Bukannya kau malah senang kalau gak ikut, eh?” Itachi sedikit melirik kembali kearah lapangan dimana Sakura tampak sibuk membantu Konohamaru membereskan peralatan usai dipakai latihan.
“Hn.”
“Sasuke-kun gak cepat-cepat pulang? Nanti keburu ujan lho~…” kata Konan, setengah menggoda si Uchiha bungsu. “Kasihan entar Sakura-chan, bawa payung gak?”
“Halah, dia sih mungkin malah ngarep bakal ujan. Biar bisa india-indiaan (?) wkwkwkwk~…” Itachi ikut-ikutan dan―bletak―langsung kena tampol sang adik.
“Urusai,” desis Sasuke. “Sana kalau mau pergi, pergi sekarang, baka aniki!”
“Haha, iya, iya…”
“Kami pulang duluan. Gak apa-apa ya titip kunci gerbang ke kamu?” pamit Yahiko seraya melemparkan kunci-kunci itu dan berhasil Sasuke tangkap dengan tepat.
“Hn, hati-hati di jalan.”
“Jaa~…”
Brrmmm…
―Kawanan Akatsuki terakhir itu pun pergi.
…
…
…
“Hah, jadi yang lainnya udah pada pulang?” tanya Sakura. Sekarang dia sadari kalau di tempat ini hanya tinggal tersisa dirinya dan Sasuke―selain Konohamaru yang gak tahu malah lagi ngider kemana barusan.
“Yah, gak disebut pulang juga sih. Bulan depan bakal ada latih tanding dengan anak luar komplek. Jadi sekarang kami sedang sibuk mempersiapkannya. Mereka pergi ke Gedo Mazo buat cari sponsor.”
“Latih tanding? Berarti nanti bakal banyak orang yang nonton dong?”
Cring. Cring. Cring… Begitu mendengar hal itu, otak Sakura mulai dipenuhi pikiran kotor. Muncul berbagai macam cara dibenaknya untuk mendapatkan uang. Hmm, bagus. Kalau ada pertandingan nanti mungkin aku bisa jualan tiket atau coba buka ajang taruhan tim mana yang bakal menang, fufufu~ pikirnya.
“Hn, kau kenapa? Apa yang kau pikirkan?” tanya Sasuke penasaran melihat Sakura melamun sembari tersenyum-senyum GaJe. “Apa kau sedang membayangkan betapa kerennya aksiku nanti pas entar di lapangan?” godanya sambil berlagak sok keren dan menggerakan sebelah alis matanya naik-turun.
“Idih, siapa yang mikirin kamu?” elak Sakura, “Jangan ke-ge-er-an gitu deh, kau kan sama sekali gak keren.”
“Huh~” Sasuke menyubit pipi Sakura gemas, “Yaaah~ aku juga tahu kok apa yang sedang kau rencanakan,” Merasa kesakitan, Sakura segera menepis tangan Sasuke. “Jangan bikin bisnis ilegal!” lanjut lelaki itu memperingatkan, “Jangan harap kau bisa jualan tiket atau mempertaruhkan pertandingan ini nanti ya?!”
Perfect. Benar-benar hebat. Dengan mudah Sasuke berhasil menebak dengan benar isi pikiran Sakura.
“Eh, tahu darimana aku punya pikiran kayak gitu?” tanya Sakura masih mengelus-elus pipinya yang sekarang jadi merah usai dicubit.
Sasuke tersenyum miring, “Dari matamu yang tiba-tiba muncul tanda dollar-nya.”
“Haah?!” Sakura sweatdrop, “Ngaco. Standarku kan gak pake kurs dollar.”
…
…
…
Walau cuaca tampak tak bersahabat, namun dua anak manusia itu masih tetap tak beranjak pulang.
ZRANK…
KLONTANG…
“Ye-ah!! Masuuuukkk~…!!” riang Sakura dengan gembira. Gadis itu berjingkrak-jingkrak kecil usai melemparkan sekaleng softdrink kosong tepat masuk ke ring basket. Meski cuma kaleng kosong, dia sungguh merasa senang karena daritadi beberapa kali coba shoot pakai bola basket asli tak pernah masuk sekalipun.
“Sakura,” panggil Sasuke yang daritadi cuma duduk di kursi tepi lapang kini berjalan menghampiri gadis musim semi yang berlarian kesana kemari. “Boleh aku tanya sesuatu?” lanjutnya.
“Hmm?” Sakura mendehem dan sebentar menoleh pada Sasuke sebelum dia kembali sibuk dengan kaleng kosong yang berulang kali dia lemparkan lagi masuk ring.
“Selain uang dan taruhan, apa ada hal lain yang kau sukai di dunia ini?”
“Uhm,” Sejenak Sakura berpikir, “Ada banyak. Dari mulai roti kismis, milk chicken soup, cappuchino ice, strawberry mix, main game, segala sesuatu yang gratisan, barang-barang yang lagi diskon. Wah~ apalagi ya, pokoknya banyak banget deh. Yah, tapi yang paling kusuka dari semuanya sih jelas uang dan taruhan, hehe~…”
“Jadi, dua hal itu yang paling kau suka?”
Sakura mengangguk, “Yup, tentu aja.”
“Lalu, antara uang, taruhan dan aku urutannya gimana?” tanya Sasuke yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Sakura, sempat membuat gadis itu sedikit terkejut dengan kehadirannya, “Kau tak suka padaku? Diantara ketiganya mana yang lebih kau suka?”
“Eh?!” Sakura merasa aneh tiba-tiba ditanya hal seperti itu. Jadi bingung sendiri harus jawab apa. Uang dan taruhan jelas hal yang paling Sakura suka. Lantas bagaimana dengan sosok Sasuke di hatinya? Akhir-akhir ini Sakura menaruh perasaan lebih terhadap cowok itu kan? Apa hal itu bisa disebut sebagai rasa suka? Atau sekedar simpati? Apa rasa suka Sakura terhadap Sasuke bisa disamakan dengan rasa sukanya pada uang dan taruhan?
“―uhm, hei, apa gak sebaiknya kita pulang sekarang?” bujuk Sakura, coba alihkan pembicaraan, “Takutnya keburu hujan nih.” Ditatapnya sekilas langit mendung diatas sana.
“Ya, kita pulang. Tapi sebelumnya jawab dulu pertanyaanku.”
Err, pasrah deh. Kalau Sasuke sudah ngotot begini mau tak mau Sakura harus memenuhi permintaannya dulu.
“Soal urutan tiga hal tadi ya? Ehm, mungkin urutannya dari kamu, uang, terus taruhan, hehehe~” jawab Sakura sembari cengengesan.
Sebelah alis Sasuke terangkat, dalam hati dia merasa ragu dengan apa yang dikatakan Sakura. “Benar kau lebih menyukaiku dibanding uang dan taruhan?”
Sakura bergeming. Sedikit merasa ragu. Ini benar-benar pertanyaan yang sulit untuk dijawab.
“Uang dan taruhan lho~…!” goda Sasuke, semakin membuat Sakura merasa bimbang.
“Duuh, aku bingung nih,” Sakura mengerucutkan bibirnya, gadis itu garuk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal. “Kalau salah satu hal yang kusukai itu ditempatkan pada posisi pertama berarti hal lainnya pada turun ke peringkat dua dong. Aku gak bisa pilih kasih kayak gitu~…”
Meski Sakura sudah menjelaskan apa yang menjadi kebimbangan dalam hatinya, tetap saja Sasuke masih pasang tampang serius seolah tak mau tahu apapun alasan yang dikarang oleh Sakura. Dalam hati, Sasuke sendiri setengah merasa kecewa dan tak percaya. Bisa-bisanya Sakura bingung memutuskan hal sepele seperti itu. Keberadaan dirinya disama-artikan dengan uang dan taruhan. Dan Sakura tak bisa tegaskan mana buatnya yang lebih penting.
Miris, batin si Uchiha bungsu.
“Uhm, itu―kayaknya bagiku sosokmu ada di posisi nomor tiga deh.” jawab Sakura hati-hati, takut Sasuke marah.
Dan ternyata benar, ekspresi wajah Sasuke langsung berubah. Sulit diartikan. Suasana jadi canggung, sejenak keduanya memilih diam. Ini membuat Sakura makin tak enak hati. Dibilangin daritadi juga kalau dia tak punya niat untuk menjawab pertanyaan Sasuke. Ini bikin Sakura serba salah. Setelah dijawab malah jadi kayak gini. Apa sebaiknya tadi dia diam saja? Aargh, terlambat.
Sementara di dalam hati Sasuke sendiri bercampur aduk berbagai macam perasaan.
‘Jadi apa alasanmu menerima cinta Sasuke dan bersedia pacaran dengannya?’
―Rekaman yang diperlihatkan Karin teringang kembali dalam pikiran.
‘Tentu saja aku menerima Sasuke karena aku ingin menang taruhan. Ingin dapatkan uangnya.’
Membuat Sasuke merasa yakin bahwa Sakura selama ini telah berbohong mengenai sesuatu―
‘Berarti sebenarnya kau tak suka pada Sasuke?’
Satu hal yang tak bisa dia terima…
‘Kau tahu sendiri kan yang aku suka cuma uang dan taruhan.’
“―hahahhh~…”
Sasuke tiba-tiba tertawa kecil. Tawa yang sama sekali tak terdengar bahagia. Seolah sedang menertawakan sesuatu yang tak lucu. Bikin Sakura yang melihatnya keheranan. Kenapa tuh cowok?
“Aku mungkin manusia paling bodoh,” gumam Sasuke pelan―kepalanya tertunduk.
“Ma-nu-sia bo-doh?” Sakura yang tak begitu jelas mendengarnya hanya mengernyitkan dahi tak mengerti.
Sasuke kini menengadah, memandang Sakura sebelum kemudian dengan gerakan cepat lelaki itu mendekat. Tahu-tahu sudah mendorong gadis itu merapat ke tembok benteng lapang dengan kedua tangannya menahan bahu Sakura. Sakura sontak terkejut dengan perlakuan Sasuke―tiba-tiba diserang. Terlebih lagi ekspresi lelaki itu yang jadi aneh. Wajahnya tampak serius memandangi Sakura. Sikapnya sekarang sama seperti ketika Sakura menangkap Konohamaru siang tadi. Hanya saja yang ini tak beralasan. Apa maksud Sasuke melakukan hal seperti ini?
“M-mau apa kau? Marah padaku?” tanya Sakura. Dia gendikan bahunya, berusaha melepaskan tangan Sasuke. Sayang, cengkeramannya terlalu kuat.
Tak ada satupun kata terucap dari bibir sang Uchiha. Onyx itu hanya mengejar tatapan emerald yang berusaha menghindarinya. Sakura mulai tampak risih. Jadi takut. Dia tahu ada yang aneh dalam diri Sasuke sekarang. Sebisa mungkin Sakura coba kontrol degup jantungnya yang nyaris meledak-ledak. Karena saat ini wajah Sasuke hanya terpaut beberapa senti dari wajahnya. Untuk pertama kalinya bagi Sakura dia ditatap sedekat ini oleh seorang cowok. Eh, pernah sih dulu di kereta―sama Sasuke juga. Dan sekarang posisinya justru jauh lebih dekat lagi. Tak ada tas sekolah yang menghalangi. Meskipun dulu mereka pernah berpelukan sekali, tapi kalau lihat wajah tampan pemuda itu sedekat ini, jelas bikin doki-doki.
“Err, ok. Sepertinya kau sungguh marah padaku? Hehe, maaf~” tebak Sakura, melihat ekspresi dingin Sasuke. “Baiklah, mungkin jawaban yang tadi aku bilang itu cuma bercanda.”
―Semakin mendekat.
5
4
3
Ya ampuuun~
Sakura bisa merasakannya. Deru nafas hangat berbau maskulin. Suara jantung yang abnormal. Aliran darah yang berdesir aneh. Keringat dingin pun tiba-tiba keluar. Belum lagi udara disekitar yang berhembus membuat Sakura tambah bergidik. Onyx bak tatapan mata medusa itu pun perlahan-lahan seakan mampu membuat tubuhnya membatu. Sampai pada sentuhan lembut jemari Sasuke yang menyusup diantara pipi dan jenjang lehernya. Menengadahkan wajah merona merahnya untuk menghadap langsung wajah Uchiha yang terpaut jauh lebih tinggi.
“A-aku suka uang dan taruhan, ta―tapi aku juga menyukaimu,” Saking gugupnya, bicara Sakura jadi tergagap. “Y―yang nomor satu buatku itu…” Belum selesai bicara, Sakura telah kehilangan kata-katanya. Saat bibir itu terkunci, tak bisa ucapkan apapun.
“―hmmmpph…”
Jarak nol senti. Bibir Sasuke berhasil mendarat mulus diatas bibir Sakura. Lelaki itu menciumnya penuh hasrat sampai sang gadis dibuatnya lemas. Entah kenapa untuk beberapa saat Sakura membiarkan tindakan Sasuke, sampai ketika dia dorong tubuh cowok itu menjauh karena sesak kehabisan oksigen.
Sakura masih menatap tak percaya sembari menyentuh bibirnya yang jadi sedikit basah. Yang barusan itu apa?
Satu seringai tipis tampak di wajah Sasuke, “Kau suka?” tanyanya dingin.
“Ini ciuman pertamaku.” gumam Sakura.
“Benarkah? Hmmpphh―”
Tanpa sedikitpun memedulikan Sakura, Sasuke kembali menahan bahu gadis itu lebih kuat. Sementara dia lumat bibir ranum Sakura―menggulumnya, mengecapnya, menjilatnya, menggigiti, meminta akses lebih karena gadis itu kini enggan dan terus menolak. Sikap Sasuke yang terlalu memaksa terlihat seperti orang lain di mata Sakura. Takut. Entah kenapa rasa itu memenuhi dirinya, membuat Sakura ingin berontak. Apalagi ketika Sasuke mulai berani bergerak lebih menyentuhnya.
PLAK
Satu tamparan keras melayang begitu saja tepat mengenai pipi Sasuke. Membuat rona merah berbentuk telapak tangan di wajah. Refleks―tanpa sadar Sakura lakukan itu untuk menghentikan tindakan Sasuke yang sudah dianggap kelewatan.
“Brengsek! Apa yang coba kau lakukan padaku?!” marah gadis itu, merasa kesal. Dibenarkannya kembali kemeja seragam yang kini jadi sedikit berantakan.
“Kenapa menolak? Bukankah ini yang kau inginkan dariku?” tanya Sasuke.
“APA…?” Sakura terhenyak mendengarnya. “Aku inginkan apa? Bukankah kau sendiri yang duluan melakukannya bahkan dengan bersikap memaksa…”
“Cih, menjijikan!” Sasuke langsung meludahkan air liurnya yang sedikit bercampur darah. Tamparan Sakura yang keras tadi sepertinya membuat bibir lelaki itu sedikit robek. Dengan punggung tangan, Sasuke seka bekas luka dibibirnya. Tampak menunjukkan ketidaksukaan setelah mencium Sakura.
“K―kau…” Sakura menatap tak percaya tindakan Sasuke itu, “Aneh. Kau pikir yang kau lakukan barusan itu apa?! Setelah kau coba menciumku kenapa sekarang kau langsung…”
“PUAS KAU SEKARANG?!” bentak Sasuke, cepat memotong pembicaraan Sakura. “Itu kan yang selama ini kau incar dariku? Puas kalau kita udah ciuman?”
WHAT THE…?!
Gila. Sasuke Uchiha mungkin sudah gila. Apa tamparan tadi berakibat fatal pada jaringan otaknya, sampai pikiran dan ucapannya ngawur begini?, pikir Sakura.
“Apa maksudmu?”
“Yah~ mungkin siapa tahu kau akan dapat uang lebih.”
“Uang lebih apa?” tanya Sakura makin heran.
“CUKUP!” bentak Sasuke kembali, “Berhentilah bersikap sok polos begitu. Berhenti berpura-pura dihadapanku. Aku tahu semuanya!” Sakura hanya mengernyitkan dahi tak mengerti. “Kita putus…” lanjut Sasuke.
Whuuuussshh…
Semilir angin dingin berhembus memainkan helaian rambut soft-pink gadis musim semi yang terdiam. Jiwanya sesaat seakan terhempas usai mendengar kalimat terakhir yang Sasuke ucapkan. ‘Putus’―satu pernyataan yang langsung menusuk hatinya dalam. Sakit―begitu terasa.
“Kenapa?” pertanyaan itu langsung terlontar dari mulut Sakura.
“Hn,” Sasuke memutar pandangan onyx-nya. Bibir itu sedikit tersungging, menorehkan senyum meremehkan. “Tentu saja karena aku sudah tak berguna lagi kan?” jawab Sasuke, “Kau sudah dapatkan apa yang kau mau. Aku hanya penuhi satu permintaanmu ini. Sekarang kau bebas nikmati kemenangan dan uang taruhanmu tanpa perlu berpura-pura bersikap baik padaku,”
Emerald Sakura membulat, tampak syok mendengarnya. Jantungnya berdegup kencang mendengar kata ‘taruhan’. Dari mana Sasuke tahu tentang hal itu?
“Aku tak mau dibohongi terus menerus, seperti orang bodoh,” lanjut Sasuke, “Kalau sejak awal aku tahu kelakuanmu dan hubungan kita akan berakhir seperti ini, aku tak akan dengan tololnya terperangkap oleh kepura-puraanmu. Aku benar-benar menyesal dulu sempat ngotot minta kau terima cintaku. Hebat. Akting yang hebat. Jadi selama ini kau sengaja jual mahal padaku, bersikap seolah tak suka, tapi ternyata―tch, dasar cewek munafik!”
Tes,
Setetes. Dua tetes. Tiga tetes. Kian banyak tetesan air hujan mulai turun dari langit. Sedikit demi sedikit mulai membasahi area lapang dan tempat Sakura serta Sasuke berdiri sekarang. Tak memedulikan terpaan gerimis kecil menyerang wajah, keduanya tetap terdiam dalam posisi masing-masing. Sakura dengarkan segala ucapan Sasuke selanjutnya.
“Padahal aku sudah mulai bisa menerima sosokmu yang suka uang. Bahkan menganggap kegilaanmu terhadap taruhan adalah sesuatu yang wajar. Tapi rasanya percuma, saking cintanya sama uang aku tak menyangka kau pun tega menjadikan hubungan kita sebagai taruhan. KAU PANDANG AKU INI APA?!” bentak Sasuke. Dia tatap Sakura dalam-dalam, “Ternyata benar, sejak awal dihatimu sedikitpun tak ada rasa suka untukku?”
Sakura menunduk, hanya bisa tersenyum lirih ketika semua caci maki itu Sasuke ucapkan. Dia benar. Semua yang diucapkan Sasuke benar.
“Mereka menyuruhmu berbuat apa lagi selain pacaran denganku, eh?! Menyakiti perasaanku? Mempermalukanku? Dan berapa uang yang bakal kau terima setelah tahu tentang ciuman kita tadi?! PUAS? PUAS KAU SEKARANG, HAH?!”
“Hhh~ hahahahhh~…” Sakura tertawa kecil. Akhirnya gadis itu hilangkan sikap diamnya selama ini. Meski dengan penuh paksaan Sakura tetap coba tertawa, “hahahaha~…” seakan ingin tunjukan bahwa dirinya memang kuat―dan kejam. “Wah~ akhirnya ketahuan juga ya? Hmm, apa yang kau katakan tadi semuanya benar, Sasuke-kun. Aku mendekatimu karena ingin menang taruhan.”
“Ugh,” Sasuke tambah merasa sebal. Rahangnya mengeras, dia kepal erat kedua tangannya. Kenapa Sakura sanggup mengatakan semua itu dengan sangat tenang, bahkan lengkap dengan senyuman dan wajah ceria. Seolah gadis itu anggap masalah ini sesuatu yang tak penting.
“Hmm, tapi kau salah soal satu hal,” lanjut Sakura, langsung pasang tampang polos. Dia taruh satu jari telunjuknya diatas bibir. “Sayang sekali dalam kesepakatan taruhan itu tak ada soal ciuman, Sasuke. Padahal lumayan juga nih kalau dengan itu aku bisa dapat uang lebih. Hihihihi~ ada gak ya, yang mau bayar aku soal ciuman kita?”
Angin dingin kian berhembus, turut mengedarkan bau khas tanah lapang yang menusuk hidung. Kelamnya langit yang menangis. Hujan gerimis pun sedikit demi sedikit membuat keadaan Sasuke dan Sakura basah. Meski begitu keduanya tetap tak beranjak dari tempat mereka berdiri sampai Sasuke berbalik dan segera mengambil dompet dari dalam tasnya yang tersimpan di kursi. Dia ambil beberapa lembar uang puluh ribuan ryo.
“Ambil ini!” ucap lelaki itu tiba-tiba, seraya dia lemparkan lembaran-lembaran uang miliknya tepat mengenai wajah Sakura. “Aku tak tahu kau biasa dibayar berapa sama orang lain buat sekali cium. Selamat menikmati kemenanganmu, Haruno-san.”
JLEB
Rasanya ingin menangis. Hati ini sungguh terasa sakit. Sakura hanya menatap tak percaya tiap lembaran uang yang perlahan jatuh berserakan disekitarnya. Hanya karena dirinya menyukai uang dan taruhan, bahkan Sasuke pun telah memandangnya serendah ini. Hujan yang semakin deras seakan menggambarkan suasana hati Sakura yang kalut sekarang.
Tak lama pandangan emerald itu lantas beralih dari lembaran uang kembali menatap wajah Sasuke yang berdiri di hadapannya. Terlihat dingin―sorot mata penuh kekecewaan dan kebencian terlihat begitu jelas.
“Fufufufu~…” diiringi tawa kecilnya yang terdengar aneh, perlahan Sakura membungkuk dan memunguti setiap lembaran uang disekitarnya. “―lumayan,” ucap gadis itu sembari merapihkan uang kertas yang jadi sedikit kotor dan basah ditangannya. “Sankyu~…”
Segera setelah itu tanpa basa-basi Sakura pun langsung melenggangkan kakinya pergi. Mengambil tas sekolah dan meninggalkan Sasuke sendiri. Tanpa sekali lagi kembali berbalik memandang wajah lelaki dibelakangnya. Bagi Sakura semua perkataan dan ekspresi Sasuke yang terakhir telah menjelaskan segalanya.
…
Crrrrssssss… CTAR… gluduk… gluduk… gluduk… ccrrsssss…
Hujan semakin deras. Memilukan. Baik Sasuke maupun Sakura masing-masing tak mau mengakui, kesedihan itu ada dalam hati keduanya. Kenapa harus berakhir seperti ini?
Dibawah guyuran air hujan yang terus membasahi tubuh, Sasuke hanya terdiam menunduk. Mencoba menenangkan kembali segala perasaan dalam diri. Mampukah hujan yang dingin ini membawa pergi segalanya. Segala rasa sakit tak tertahankan dalam dada. Tapi meskipun hujan mampu menyembunyikan segala luka dan perasaan, Sasuke masih bisa merasakan tetesan air yang sedikit berasa asin di pipinya.
…
~( $_$ )~
TBC….. Next to Chapter 8
~( $_$ )~
…
Bachot Session from Author:
Aneh ya? Hmm, apa cerita ini jadi terkesan aneh? -_-)a #mikir
Wah~ bagaimana kelanjutan hubungan SasuSaku?
Chapter 8 : Break Up udah jadi lho~ cuma berhubung klo disatukan se-chapter panjang banget, saya pecah jadi dua.
Fufufu~ updet kilat? *mungkin* #CTAR
No bacot ah~
See you –(^0^)/
Special Thanks to:
Jile Sing, Itha, Judy Maxwell, YaYaK, zogakkyu, Chii, Ichi, rilojack, KazuhaRyu, Marshanti Lisbania Gratia, Noera Jani Wijaya, qori, raditiya, Nadya Harvard, Cindy Oktaviani, Rei-reixki-ki, Anindi, dan kamu yang udah baca tapi gak tinggalkan jejak komen.
31 Comments
Leave a Reply