Money [LOVE] Gamble: Chapter 9

Cerita Sebelumnya… Baca [Chap 1] [Chap 2] [Chap 3] [Chap 4] [Chap 5[Chap 6[Chap 7[Chap 8]


~( $ _ $ )~

Money [LOVE] Gamble: Chapter 9

SasuSaku-always together

Chapter: The Second Chance

Pair: Sasuke Uchiha x Sakura Haruno 
Rate: T
Genre: Romance, Hurt/Comfort, Friendship
Disclaimer: NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
Length: 7.028 words
WARNING: AU, OOC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue (=A=)

Story by

FuRaHa

If you don’t LIKE? Read? Don’t Read?

WHATEVER!!!

~Happy Reading~

~( $ _ $ )~


.

.

.

Langkah ringan Sakura sejenak terhenti kala dia sampai di depan pagar kawat teralis besi yang mengelilingi sebuah tempat. Diedarkannya pandangan emerald menelusuri setiap jejak sekitar, dimana terdapat banyak kenangan berarti bersama seseorang baginya disini. Gadis itu tersenyum lirih, ‘Tak ada yang berubah―pikirnya meski sudah berhari-hari dia tak mendatangi lapangan basket tempat Sasuke biasa berlatih di komplek perumahan tempatnya tinggal. Mungkin yang berbeda hanya papan nama besar bertuliskan AKATSUKI Street Basketball Team yang terpasang di pintu masuk gerbang lapangan. Sakura bahkan tak tahu kalau akhirnya Street Basketball Team ini berhasil mendapatkan sponsor dari Gedo Mazo Rebound Ringball Shop.

Tak lama pandangan Sakura sampai pada deretan bangku penonton yang berada di pinggir lapang. Sesuatu yang menusuk tiba-tiba terasa seakan menembus hatinya. Disitulah kenangan buruk itu berasal. Memunculkan kembali rasa menyesakan yang membuat Sakura selalu benci bila mengingatnya.

Tapi seandainya benci, kenapa sekarang dia justru malah datang ke tempat ini?

Tepat sebulan. Seharusnya hari ini Sakura bisa mendapatkan uang dari Karin dan menikmati kemenangannya. Tapi sayang, usahanya sia-sia karena hubungan cinta dengan lelaki yang bernama Uchiha Sasuke itu telah berakhir seminggu lalu.

“Hhh~…” Gadis itu mendengus mengingat nasibnya, “Kalau tahu aku akan gagal mendapatkan uang itu mending sejak awal aku gak usah pacaran sama Sasuke.” Ditaruhnya sebelah tangan diatas dada, merasakan debaran jantungnya sendiri. Seolah menekan segala rasa yang melanda dalam diri. Mungkin jadi pembokat Karin akan jauh lebih baik dibandingkan harus merasa sakit dan menyakiti orang lain seperti ini.

Tidak.

―Sakura menggeleng, sesegera mungkin enyahkan pikiran itu menjauh. Dia coba tepis semua kegalauan di hati. Jangan biarkan segala kenangan buruk dan perasaan itu membuatnya makin merana di hari terakhir ini.

Sakura Haruno

“Kak Sakura!” panggil seseorang.

Gadis yang punya nama itupun sontak menoleh. Terkejut juga dia mendapati sosok Konohamaru tiba-tiba datang menghampiri.

“Ngapain kakak kesini?” tanya bocah itu, “memang kak Sasuke gak kasih tahu kalau hari ini gak ada latihan?”

“Heh, jadi maksudmu aku tak boleh datang kemari kalau bukan pas hari latihan?” protes Sakura, “Memangnya lapangan ini milikmu?!”

“Yah, bukan itu masalahnya. Tapi kan aku yang pegang kunci gerbangnya,” Konohamaru celingak-celinguk, “―terus mana pacar kakak yang keren itu?”

“Apa? Siapa yang kau bilang keren? Sasuke?” kata Sakura, mendadak emosi. “cowok belagu yang menganggap remeh orang-orang seperti kita tak pantas disebut keren, tahu?!”

“Orang-orang seperti kita?” heran Konohamaru.

Sakura mengangguk-angguk, dia lipat kedua tangannya diatas dada. “Money lovers,” jawabnya. “cih, dia sudah seenaknya menghinaku. Menyebalkan.”

Konohamaru mengernyit tak mengerti, “Memangnya kak Sasuke bilang apa?”

Rendahan. Kotor.

Sakura bergeming. Selintas kata menyakitkan yang dulu sempat dilontarkan sang mantan padanya kembali terngiang. Satu sunggingan terpahat di wajah. “Bukan apa-apa. Mungkin itu hanya berlaku untukku,” Sakura sedikit membungkuk, menyamakan tingginya dengan Konohamaru. Ditaruhnya kedua tangan diatas bahu kecil bocah itu. “tapi satu hal penting yang ingin kakak sampaikan padamu, dengar ya Konohamaru, sebegitu butuh dan sukanya kamu sama uang, jangan sampai kau menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya!”

Hee? Serius?! Apa benar kata-kata barusan berasal dari mulut Sakura? Tumben banget dia bijak. Atau ngebajak?

“―selain bisa menyakiti perasaan orang lain, itupun bisa berbalik menyakiti dirimu sendiri. Dan setelahnya yang tersisa hanyalah tinggal penyesalan…”

“Err, aku tak terlalu paham maksudnya,” ucap Konohamaru dengan tampang polos, “tapi aku akan ingat nasihatmu, Kak.”

Sakura merasa senang mendengarnya, dengan gemas lantas dia acak-acak rambut Konohamaru, “Bagus. Bagus,” cengir Sakura, “―nah, kalau gitu apa boleh aku ikut masuk ke dalam, eh?” pintanya, “pengen coba main basket nih.”

“Ck~…” Konohamaru sedikit mendelik, sok berlagak angkuh. Meski merasa malas, namun pada akhirnya bocah itupun mengajak Sakura masuk. “Yah, boleh-lah. Tapi, memangnya kakak bisa main basket?” tanya Konohamaru sambil lancarkan tatapan penuh keraguan.

“Err, heuheu~…” yang ditanya sih cuma nyengir doang. “Bisa gak ya~…”

.

.

.

.

.

Sementara itu di waktu yang sama, Ichiraku café.

Uzumaki Karin―gadis cantik, modis nan seksi itu memasuki kafe bernuansa anak muda dengan wajah ceria dan hati berbunga-bunga. Ketika dia melangkah menghampiri seseorang pemuda raven tampan di bangku pojok kafe yang tampak sudah cukup lama menunggu kedatangannya.

Sorry, lama nunggu ya?!” kata Karin manja. “Seneng banget deh pas tiba-tiba kamu ajak aku jalan dan ketemuan di luar, Sasu~…” lanjutnya sambil segera duduk berhadapan dengan Sasuke.

“Hn,” Sasuke hanya sedikit menyunggingkan bibir. “siapa yang ajakin jalan, bukankah kau sendiri yang pengen kita ketemuan disini?” kata Sasuke dingin, “padahal aku cuma mau bicara.”

“Eh, hehehe~…” Karin tersenyum kaku, tampak malu. Sasuke memang tak romantis dan selalu bersikap ketus padanya. “Hmm, yah sekalian aja kali. Lagian kan asyik kalau kita ngobrol di sini.”

“Hn, biasa aja.” jawab Sasuke singkat, mengedarkan pandangan onyx-nya menatap bosan.

“Ok, jadi apa yang mau kau bicarakan?” tanya Karin to the point. Tak ada gunanya berbasa-basi dengan seorang Uchiha sekarang.

“Ini soal Sakura…”

“Oh, aku tahu!” potong Karin cepat menyela ucapan Sasuke, “Aku sudah dengar kabar itu. Menyedihkan. Aku turut prihatin soal hubungan kalian. Belum sebulan sudah putus lagi. Tabah yah, Sasu~…” Karin lantas seenaknya sambar sebelah tangan Sasuke, “kau jangan pikirkan lagi Sakura. Sejak awal cewek matre itu tak pantas untukmu. Aku yakin kau pasti akan dapatkan pacar yang lebih baik darinya.”

“Pacar yang lebih baik?” tanya Sasuke.

“Iya. Misalnya aku gitu loh,” jawab Karin penuh rasa percaya diri, “aku mau kok jadi pacarmu!”

Sasuke memandang gadis berpenampilan sedikit menor itu. Padahalkan cuma mau ketemuan buat ngobrol doang, kagak perlu sampai ganti baju segala. Karin dengan tank top sexy dan rok mini jeanshigh heals sepuluh senti, body penuh aksesoris―anting, gelang, cincin―serta makeup yang kelihatan aneh itu di mata Sasuke. Penampilannya berlebihan. Bahkan Sasuke sendiri juga sekarang masih pakai seragam sekolah dibalik sweater biru dongker favoritnya yang berlambangkan simbol Uchiha. Beneran dandanan biasa khas anak sekolah.

“Kau merasa pantas untukku?” Dengan sekali tarikan paksa, pemuda itu lantas ambil kembali tangannya yang digenggam Karin. “cih, kau bahkan tak ada bedanya dengan Sakura,” lanjut Sasuke, “tapi menurutku mungkin Sakura bahkan jauh lebih baik darimu.”

“A―apa?!” Karin tercengang, “Sakura jauh lebih baik dariku? Gak salah? Hahaha, maaf ya, tolong jangan samakan aku dengan cewek matre sialan itu. Aku tak selevel dengannya.”

“Kau merasa tak pantas disamakan? Kau pikir aku tak tahu tentang kebusukanmu,” desis Sasuke, onyx-nya menatap intens amber Karin, “kalian berdua sama-sama saingan buat dapetin aku, kan? Menjadikanku taruhan!”

Eh?

―Karin mencelos, wajahnya seketika berubah pucat saking tegangnya. Rahasianya terbongkar. Sasuke tahu tentang taruhan itu dan bahwa ia terlibat didalamnya. Tapi dari mana? Karin terlihat gugup dan mulai sedikit panik.

“Ah, ha ha ha~ taruhan apa ya? Aku gak ngerti deh, hihihi~…”

“Jangan sok imut gitulah,” kata Sasuke tegas. “Akui saja. Gak usah pura-pura. Aku tahu semuanya. Dan tak kusangka ternyata kaulah biang keladi semua ini!”

“S―Sasuke~ maksudmu? Jangan asal tuduh gitu dong,” bantah Karin, “aku tak tahu apapun soal taruhan. Pasti fitnah. Ada yang sengaja menjelek-jelekanku. Kau tahu sendiri kan, yang suka taruhan itu siapa? Bukan aku. Sakura. Pasti Sakura. Hiiih~ aku yakin dia yang sengaja fitnah aku kayak gitu. Sebarin hal-hal yang gak benar.”

“Tch,” Rasanya ingin banget Sasuke gampar langsung gadis itu, saking kesalnya. Tapi sedapat mungkin masih bisa dia tahan. “Pengecut. Kau bahkan lebih pengecut dari Sakura. Tak mau mengakui kesalahan yang kau perbuat sendiri. Tak penting aku tahu hal ini dari mana, tapi aku tahu kalau semua ini kau-lah yang sengaja merencanakannya, kan?!”

“Tidak. Aku sama sekali tidak…”

“Halah, akui saja. Kau sengaja. Bukti rekaman yang dulu kau tunjukan padaku, aku duga kau pun menjebak Sakura. Aku tak tahu ada masalah antara kau dan dia, tapi yang tak bisa aku terima, kenapa kau juga malah melibatkanku?” kesal Sasuke. “Apa tujuanmu? Sama-sama ingin mempermalukanku, heh?!”

“T―tidak, Sasuke~ aku…” Karin panik. Saat ini dia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Dirinya sudah terpojok. Sasuke tahu semuanya, percuma saja jika dia terus mencoba untuk mengelak dan berpikir mencari-cari alasan.

“Dasar menyebalkan. Gara-gara perbuatanmu, aku sampai menyakiti perasaan Sakura. Kau itu sumber penyakit dalam hubunganku dan Sakura, brengsek!” bentak Sasuke dengan nada tinggi.

Walhasil semua pengunjung kafe melihat kearah mereka. Meskipun suasana sedang tak terlalu ramai, tapi tetap saja Karin jadi malu sendiri. Dia makin menundukan pandangan. Pasti kesan orang-orang terhadapnya sekarang sudah di cap sebagai cewek perusak hubungan orang lain barusan. Dari matanya yang dihiasi air shadow baby-pink yang sesuai dengan warna baju yang dikenakannya pun mulai terlihat berlinang. Gadis berambut merah itu nyaris menangis. Namun karena gengsi, Karin berusaha untuk tidak menunjukannya pada Sasuke.

“Jangan perlihatkan air mata buayamu itu. Kau pikir karena kau menangis maka dengan senang hati aku akan anggap masalah ini selesai? Enggak. Kau salah!” lanjut Sasuke, “Sakura bahkan malah tertawa sewaktu aku caci habis-habisan lebih dari apa yang aku lakukan padamu sekarang.”

“Jangan sok tahu!” bentak Karin, akhirnya sudah tak bisa lagi menahan diri. “Sakura. Sakura. Sakura saja. Kau itu sudah ditipunya. Sakura itu justru lebih parah dariku. Kenapa? Kenapa selalu Sakura?” berang Karin sedikit histeris, “kau bicara begini karena kau suka pada Sakura, kan?!”

Sasuke hanya terdiam mendengarnya. Menunggu Karin selesai bicara.

“―itulah sebabnya aku benci dia. Aku benci cewek matre itu! Aku benci Haruno Sakura-sialan! Benci! Benci! Benci! Kenapa dia selalu disukai oleh banyak orang? Padahal dia liar. Mata duitan. Aku tak suka melihatnya menang taruhan. Bertingkah sombong dihadapanku. Sok jago. Sok merasa lebih bisa dari siapapun. Bahkan kau sendiri, Sasuke. Seorang Uchiha kenapa bisa sampai suka sama cewek urakan itu?!”

Ternyata banyak sekali kebencian Karin terhadap Sakura.

“―apa sih bagusnya dia? Tampang standar, body papan, dada rata, doyan taruhan, mata duitan, ngomong kasar, seenak jidat lebarnya sendiri, liar, urakan, gak tahu malu, kampungan, belagu…,” serentetan kata-kata makian diucapkan Karin, bikin Sasuke merasa gerah juga jadinya. “makanya aku ingin dia menyesal seumur hidup. Aku ingin mempermalukannya. Aku ingin menghancurkannya. Biar semua orang kalau Sakura itu cewek matre yang rela melakukan apapun demi memenuhi ambisinya. Gak pantas manusia seperti dia disukai banyak orang. Apalagi ada cowok yang naksir sama dia. Dan alasan terbesarku membenci Sakura, semua itu karenamu. Karena kau lebih memilihnya dibandingkan aku, Sasuke?!”

“Cukup!” bentak Sasuke, mulai bicara, “―kau tak berhak berkata seperti itu. Baik buruknya Sakura bukan hanya kau seorang yang menilainya. Terlebih lagi kau malah bawa-bawa namaku segala. Apa hubungannya aku dan Sakura jauh sebelum taruhan itu kalian lakukan? Kenapa aku dilibatkan dalam permainan kotormu?!”

“Selalu, selalu saja kau membelanya. Menyebalkan, demi Sakura kau pun jahat padaku! Kau tak pernah memandangku. Justru aku-lah yang seharusnya bertanya, kenapa Sasuke? Gadis itu cuma cewek matre. Dia suka taruhan. Harusnya kau pun sama-sama membenci Sakura!” protes Karin yang masih belum bisa memadamkan kekesalannya terhadap Sakura.

“Tidak bisa,” ucap Sasuke. Satu kata yang buat Karin makin menatap tak percaya. “―aku tak bisa membenci Sakura,” lanjut lelaki Uchiha itu, “meski kuakui aku kesal setelah tahu dia menjadikanku taruhan, tapi aku tak punya alasan untuk membenci Sakura karena dia suka uang ataupun gemar taruhan.”

Diam sejenak.

“―kalau semua yang kau ungkapkan tadi itu benar, Karin, aku minta kau berhenti membenci Sakura karena aku lebih memilihnya. Bukan salah Sakura, mungkin harusnya justru aku-lah yang pantas kau benci.”

Cairan bening diatas iris sudah tak terbendung. Seketika menelesak turun seiring perasaan sedih dan sakit hati yang dirasakan Karin usai mendengar pernyataan Sasuke. Gadis itu menunduk, dia gigiti kuat-kuat bibir bawahnya dan selama beberapa menit menahan isak. Karin tak habis pikir Sasuke akan sebegini tulusnya malah membela dan melindungi Sakura. Kenapa, aku selalu kalah darinya?, batin Karin menangis.

“Mungkin kau hanya iri pada Sakura…” lanjut Sasuke.

Sekali lagi, perkataannya barusan terasa begitu tajam menembus hati Karin. Seolah menjawab pertanyaan tadi. “Iri? Mungkinkah aku iri padanya? Apa yang dia punya, sedangkan aku tak punya? Apa yang membuatmu tertarik padanya, kenapa tidak padaku? Hiks…hiks…hiks…” Karin benamkan wajahnya dalam kedua telapak tangan yang lekas dia angkat menutupi wajah tangisnya.

Sasuke tetap terdiam―menunggu, tak mungkin kan dia sekarang mendekati Karin, mendekapnya, berbalik menenangkan gadis itu.

“Baiklah, aku akui aku salah,” ucap Karin lirih, usai kembali tenang dan bisa mengontrol diri. “mungkin memang begitu. Benar. Kau benar Sasuke, kalau aku hanya iri. Selama ini aku iri pada Sakura, makanya aku membencinya. Kau boleh marah padaku, membenciku karena taruhan itu. Sasuke, hiks…hiks… maaf…”

“Hn,” Sasuke mengangguk kecil, “aku marah dan aku membencimu,” ucap lelaki itu terus terang, “bahkan kalau tak ingat kau itu perempuan, aku pasti sudah menghajarmu habis-habisan. Tapi―” Sejenak Sasuke menghela, “mungkin sebaliknya justru aku harus berterima kasih padamu.”

“Eh?” Karin yang sedari tadi tertunduk sontak mengangkat pandangannya menatap onyx lekat-lekat. Apa barusan dia salah dengar? ‘Terima kasih‘―apa Sasuke sungguh ucapkan kata itu padanya. “Apa maksudmu? Berterimakasih untuk apa?” heran Karin.

“Membuat Sakura tertarik padaku,” Sasuke tersenyum tipis, Karin makin mengernyit. “kalau bukan karena taruhan itu, mungkin Sakura tak akan mau mengenalku, apalagi pacaran denganku. Karena sepertinya dia tak begitu berminat dengan yang namanya pacaran. Yah~ meski sebenarnya aku juga tahu kalau target taruhan kalian ditentukan lewat kocokan.”

“Hah? Ahahahaha~ jadi begitu ya,” dalam perasaan sedih, Karin masih bisa tertawa. Tepatnya dia tertawai dirinya sendiri, “jadi maksudmu secara tak langsung aku sudah membantu mengikatkan benang takdir dalam hubungan kalian, gitu? Hahaha~ konyol. Kau salah, Sasuke. Tak ada kebetulan semacam itu disini,”

Sekarang giliran Sasuke yang mengernyit tak mengerti. Menurut cerita Naruto-dobe kan target taruhannya memang diambil dari nama yang keluar dari kocokan Karin yang berisi beberapa nama siswa lainnya.

“―sejak awal, target taruhan sudah kutentukan,” Karin tersenyum miris, “Sakura itu bodoh. Harusnya dia periksa nama-nama yang tercantum dalam kertas kocokan itu. Apa kau tahu Sasuke, kalau yang aku tulis semua di kertas-kertas itu hanya namamu seorang?”

Sasuke menatap tak percaya, “Jadi, maksudmu…”

“Aku sengaja,” jawab Karin, “itu semua karena aku menyukaimu.”

Sejenak Sasuke berpikir. Tak menyangka kenyataan yang sebenarnya seperti itu. Sejak awal Karin memang merencanakan semuanya. Gadis itu menyukai dirinya dan sengaja mengelabui Sakura agar dia sendiri tak sembarangan jadian dengan orang lain kalau menang. Taruhan yang memang benar-benar ‘taruhan’. Karin pertaruhkan semuanya dengan Sakura. Kalau menang, dia akan pacaran dengan Sasuke sesuai keinginan. Dan kalau kalah, dia akan kehilangan segalanya―lebih dari apapun yang dulu Karin-Sakura negosiasikan. Bukan sekedar uang, pernyataan kemenangan ataupun materi lain yang dipertaruhkan. Karin sendiri tempatkan perasaan pribadinya.

“Sejak dulu aku menyukaimu,” Karin ungkapkan perasaannya dengan jelas, “aku mencintaimu, Sasuke Uchiha. Jadi tak bisakah kini kau memilihku?”

“Hn,” Sejenak Sasuke tertegun, ungkapan tulus pernyataan cinta dari seorang gadis seperti Karin barusan bukan pertama kali dia dengar. Tak perlu berpikir lama untuk menjawabnya. “kau mungkin gadis yang baik, cantik, dan lebih menarik dibanding Sakura. Lelaki mana yang tak suka,”

Mendengar perkataan Sasuke itu sempat membuat Karin tersenyum dan berbesar hati.

“―tapi,” Sasuke kembali tegaskan “sayangnya aku tak memiliki perasaan lebih terhadapmu.”

CRAAK

Hati yang retak kini mungkin jadi patah. Seperti itulah yang ada dalam diri Karin saat mendengarnya.

“Kau pasti cukup pintar untuk bisa mengerti maksudku itu, kan?” lanjut Sasuke.

Sambil menatap nanar Karin mengangguk pelan, “Kau lebih menyukai Sakura.” Meski dalam hati merasa kecewa, dia harus akui kenyataan ini.

Tanpa ragu Sasuke mengiyakan. Syukurlah dengan mudah Karin menerimanya. Padahal Sasuke sempat was-was, siapa tahu nih cewek bakal terus ngotot minta dijadikan pacar. Makanya Sasuke buru-buru ambil keputusan, takut dia tergoda sama omongan Karin dan akhirnya terjadi hal yang tidak diinginkan.

Merasa urusan sudah selesai dan tak ada lagi yang patut diperbincangkan, keduanya segera meninggalkan Ichiraku cafe. Baik Karin maupun Sasuke masing-masing tengah memikirkan hal yang berbeda. Apa setelah ini masalah diantara ketiganya akan selesai? Kesalahpahaman antara Sakura, Sasuke dan Karin.

“Sasuke…” panggil Karin, menghampiri pemuda itu di parkiran―tengah bersiap pergi dengan Ducati-nya. “Hmm, kalau seandainya aku tak menjadikanmu target taruhan, apa kau akan menerima cintaku?” tanya gadis berambut merah itu, masih berharap-harap cemas.

“Mungkin tidak,” jawab Sasuke terus terang, “habisnya aku sendiri sudah menyukai Sakura jauh sebelum dia mendekatiku karena terpancing taruhanmu.”

“Oh, begitu…” Karin tersenyum samar. Semua sudah jelas, dirinya ditolak Sasuke. Dengan wajah tertunduk, gadis itupun melangkah lesu.

“Karin!” seru Sasuke tiba-tiba.

Hah?!… Karin lekas berbalik, apa Sasuke berubah pikiran?, pikirnya. Atau jangan-jangan

“Kau pasti bisa temukan cinta lain.”

“Hn,” Satu anggukan pelan diperlihatkan Karin. Walau miris terasa, batinnya sekaligus merasa senang. Yah~ setidaknya Sasuke memperlihatkan sedikit rasa simpati padanya. Walau tetap terdengar menyedihkan. “Kau juga, berbahagialah bersama Sakura.” ucapnya sambil lalu.

Ah~ ngomong-ngomong soal bahagia, sepertinya Karin teringat sesuatu.

“Eh, Sasuke―” panggil Karin kembali berbalik, “kalau kau berniat kembali pada Sakura, bisa bantu aku lakukan sesuatu?”

“Hn?” Sasuke mengernyit tak mengerti. Terutama ketika gadis itu perlahan mendekat dan mengambil sebelah tangannya.

“Sampaikan ini pada Sakura…”

―secarik kertas kini ada dalam genggaman Sasuke.

.

.

.

.

.

ZRANK

―kembali ke tempat Sakura di Akatsuki. Entah barusan lemparan ke berapa yang gagal dilakukan gadis berhelaian merah muda itu. Dari puluhan tembakan bola yang diarahkannya pada keranjang, yang berhasil masuk bisa dihitung dengan jari. Apalagi tembakan dari three point area―gagal total. Sakura memang payah soal main basket. Konohamaru yang melihatnya juga mulai merasa bosan.

“Aah, payah! Payah! Payah!” keluh Konohamaru, “masa dari tadi gak masuk-masuk sih. Kalau kayak gitu badan jadi capek karena ngejar bola terus dong. Udah deh kak, nyerah aja. Kakak tuh udah jelas gak bisa main basket.”

“Huh, cerewet.” kata Sakura sembari men-dribel bola bersiap melakukan shoot.

“Lemparan kakak itu sama payahnya dengan permainan kak Sasuke seminggu kemarin.”

“Eh, masa? Sasuke kan jago. Levelnya jelas jauh beda diatasku.”

Konohamaru menggeleng, “Tapi seminggu kemarin kak Sasuke mainnya jelek. Kak Gaara saja sampai dibuat kesal dan marah-marah. Mereka kan partner dalam tim. Point Guard dan Power Forward keduanya saling ketergantungan, kalau gak kompak, itu akan sangat berpengaruh.”

Mendengar cerita Konohamaru, Sakura sedikit penasaran. Sambil mengistirahatkan diri sebentar, gadis itupun lekas ambil posisi duduk di sebelah Konohamaru.

“Kak Sakura putus sama Kak Sasuke ya?” tanya Konohamaru tiba-tiba.

JLEB―Jelas tebakan itu langsung tepat mengenai Sakura.

“Ha? Ha ha ha ha…” Sakura tertawa hambar, “tahu darimana?” tanyanya. Jangan-jangan kabar ini sudah menyebar luas di kalangan Akatsuki.

“Itu tebakan Kak Gaara yang tak sengaja kudengar pas lagi marahin Kak Sasuke yang gak konsen main kemarin. Katanya masalah pribadi jangan dibawa-bawa ke lapangan. Padahal bentar lagi bakal ada latih tanding. Kalau Kak Sasuke gini terus bisa-bisa kalah.”

“Cih, itu sih mungkin si Sasu-nya aja tuh yang udah gak becus lagi main basket.” komentar Sakura sok tahu.

“Jangan-jangan kak Sasuke terlalu mikirin kakak, jadi gak bisa konsentrasi.”

“HAHAHAHA~…” Sakura makin tertawa geli mendengarnya, “Haa~… Aneh banget sih tuh cowok, orang dia sendiri yang mutusin aku kok malah dia juga ikutan stress. Kalau aku sih pantas jadi stress dan hidup merana sekarang karena udah kalah taruhan.”

“Yah~ tapi Konohamaru bersyukur kalian putus.”

“WHAT THE…?!” cengang Sakura, “bersyukur katamu?” rasanya mendadak muncul sewotan besar di jidat lebar gadis itu.

“Habisnya Kak Sakura kan gak pantas jadi pacar Kak Sasuke,” jawab Konohamaru, “Kak Sasuke itu udah ganteng, keren, cool, jago main basket, mana bisa berpasangan sama cewek kayak kakak, gak menarik.”

Ugh, si Konohamaru ini ngomongnya jujur banget. Sakura jadi sebal juga mendengarnya.

“―tapi sejak sama kakak, Kak Sasuke banyak berubah lho…”

“Berubah?” heran Sakura, “heh, memangnya dia itu Ultraman? Kamen Rider? HENSHIN?!”

“Bukaaaannn~…” rajuk Konohamaru. Bisa-bisanya Sakura masih becanda gini. “Iih, kakak ini gimana sih? Maksud Konohamaru kan bukan itu~…”

“Lha, terus?”

“Kalau sama kakak, Kak Sasuke gak jadi si muka batu lagi,”

“Huh, dia kan emang muka batu.” sela Sakura, kesal.

“―sebutan ice man-nya juga hilang,” lanjut Konohamaru, “sekarang Kak Sasuke lebih sering senyum dan tampak bersemangat. Dulu dia tak pernah ramah sama cewek. Makanya banyak yang terkejut waktu Kak Sasuke datang bawa pacar. Hmm, yah, walaupun pas waktu Kak Sasuke sama Kak Matsu juga banyak senyum sih. Tapi kalau lagi pas main basket doang…”

Matsu?

Selintas satu nama itu ada dalam pikiran Sakura. Bertanya-tanya siapa yang Konohamaru maksud dengan ‘Kak Matsu’ tadi.

“Jadi gimana kalau sekarang kita taruhan?” tawar Konohamaru tiba-tiba.

HEE?! Kaget juga Sakura ditantang begitu sama tuh bocah. “Wueh, nantangin apa nih? Boleh aja asal jangan adu main basket. Tahu sendiri kan gimana payahnya aku…”

“Konohamaru yakin Kak Sasuke gak bakal balikan lagi sama kakak!”

JLEB

Iih, Sakura bergidik. Nih anak daritadi tebakannya nakutin mulu.

Dan gadis musim semi itupun cuma nyengir, “Sok tahu,” kata Sakura. Sudut bibirnya sedikit terangkat. “heh, meski hujan badai, angin topan, langit runtuh, bahkan kalau seluruh uang di dunia ini jadi milikku, Sasuke pasti akan kembali padaku. Dia akan datang, sengaja mencariku dan memintaku kembali jadi pacarnya…”

Konohamaru mengerucutkan bibirnya. Pandangan penuh keraguan tampak dipancarkan bocah itu ketika mendengarnya. Pe-de-pe-de banget deh Sakura bicara gitu barusan. Berani juga dia mengatakan sesuatu yang mustahil terjadi.

“Apa lihat-lihat?” tanya Sakura, “apa maksud tatapanmu itu, eh? Kau meragukanku? Kalau ini taruhan, lihat saja nanti, pasti aku yang akan menang, hohohoho~…” Sakura tertawa-tawa GaJe―gilanya kumat kalau menyangkut soal taruhan, bikin Konohamaru sweatdrop melihatnya.

“Ah, ya, ini taruhan…” Konohamaru sejenak menghela nafas panjang seraya bangkit dari duduknya, “kalau aku menang, traktir aku di restoran sushi yang mahal ya Kak?!”

“Hn.” Sakura mengangguk setuju.

“Err, kalau gitu aku pergi dulu. Mau main di luar. Bosan disini, malas lihat amatir yang payah main basketnya,” cibir Konohamaru sebelum beranjak pergi.

“Iih, dasar… ya udah sana pergi!” kata Sakura sambil acungkan kepalan tangannya, berlagak kesal.

sakura

Sejenak gadis itu tertegun, memperhatikan Konohamaru yang pergi meninggalkannya sendirian. Ada beberapa hal yang mereka bicarakan tadi mengganjal di hati Sakura. Hari ini benar-benar sial. Bahkan taruhan dengan anak kecil pun aku kalah, batin Sakura miris. Yang dikatakan Konohamaru tadi memang benar. Tak mungkin Sasuke kembali padanya, apalagi hari ini sengaja datang ke tempat ini untuk menemuinya. Memintanya jadi pacar? Jangan harap!

Sakura menghela, dalam hati dia berniat mungkin sesekali dia harus mentraktir Konohamaru makan. Sebagai bayaran karena kalah taruhan dan rasa terima kasih karena telah menemani dirinya yang kesepian hari ini.

Hmm, alasan kenapa Sakura datang ke tempat ini sekarang pun sebenarnya karena Sakura tahu Sasuke tak akan datang. Lagipula tadi siang, sepulang sekolah Sakura tak sengaja melihat Sasuke mengobrol dengan Karin. Yah, akhir-akhir ini memang Sakura sering mendengar selintingan orang tentang kedekatan mereka. Mengingat peristiwa di kantin dulu juga, saat Sakura melihat Karin menggandeng Sasuke, kayaknya itu bukan sekedar gosip.

“Bodo amat. Terserah. Aku gak peduli. Bahkan kalau mereka sampai jadian juga, asal itu gak bikin aku rugi.” dengus Sakura. Tapi tetap saja kenapa rasanya aku

“―AARRGH,  SASUKE NO BAKA!” teriak Sakura sembari bersiap melakukan three point shoot, “kenapa hidupku selalu merana di hari-hari terakhir karenamu?!”

ZRANK

Sakura melempar bola basket itu tepat mengenai sasaran. Sebentar bolanya berputar-putar di bibir ring. Dengan perasaan berdebar gadis itu menanti.

Masuk?

PLOOSE

Bolanya bergulir masuk.

“Kyaaaa~…” riang gadis itu sambil berjingkrak-jingkrak gembira dan tersenyum bangga. Akhirnya untuk pertama kalinya Sakura berhasil melakukan three point shoot. Dia pun segera berlari-lari kecil mengejar bola yang menggelinding jauh ke luar lapang. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat dilihatnya seseorang telah mengambil bola itu.

Nice shoot!” ucap pemuda tampan berambut raven itu sambil tersenyum miring. Dia tenteng bola orange yang baru dipungutnya di pinggang.

Sasuke?

Sakura menatap tak percaya melihat orang itu sekarang berdiri tak jauh dihadapannya, “Apa yang kau lakukan disini? Mau main basket juga? Bukankah hari ini giliran jadwal latihanmu di klub sekolah? Gak capek apa sekarang masih mau main lagi, eh?”

“Bukan.” jawab Sasuke.

“Terus mau apa? Kalau tak ada urusan sebaiknya pergi aja sana!” usir Sakura sebal―berlagak dia yang punya tempat―”melihat tampangmu itu buat aku muak, tahu?!”

“Hn.” Sasuke masih diam.

“Tch,” Sakura memutar pandangan emerald-nya, sedikit menyunggingkan bibir, makin merasa sebal. “Ya sudah, kalau kau tak mau pergi, biar aku saja yang pergi.” kata Sakura seraya memutar langkah dan menjauhi Sasuke.

Tungkai panjang Sasuke lekas beranjak. Dia langsung berlari mengejar Sakura dan menahan tangan gadis itu.

“Lepas!” bentak Sakura sembari menepis genggaman Sasuke, “Jangan sentuh aku! Jangan pernah sentuh tangan kotorku ini. Tangan yang aku pakai buat terima uang taruhan…”

WOW… Sakura nekat ngomong gitu. Ceritanya mau balas dendam atas perkataan Sasuke tempo hari padanya―mengatai kotor.

Seolah tak peduli ucapan Sakura, Sasuke malah menarik gadis itu jatuh kedalam pelukannya. Merasa tak suka, sontak dengan sekuat tenaga Sakura berusaha berontak.

“Lepaskan aku! Lepas! Apa yang kau lakukan?! Kau lupa apa yang pernah kau bilang padaku? Aku ini kotor. Kotor. Rendahan. Kau tak merasa jijik padaku? Tak takut tertular dariku?! Lepas, Sasuke!” marah Sakura sambil mendorong dan memukul-mukul dada Sasuke.

“Makanya―maaf!” ucap Sasuke terus terang, berbisik di telinga Sakura dan malah makin erat memeluknya.

Deg,

Sasuke-sakura-tadaima

MAAF?

Satu kata yang langsung tepat mengenai hati Sakura. Entah kenapa begitu mendengarnya Sakura berhenti berontak. Tubuhnya lunglai dan untuk sesaat mereka terdiam, tak bicara barang sepatah katapun. Sementara Sakura cerna kembali ucapan yang sempat didengarnya.

“Hah? Ha ha ha… rasanya aneh, telingaku berdengung. Sasuke, kau sadar apa yang kau bilang barusan?”

“Hn,” Sasuke menggangguk. Masih tak ingin kehilangan gadisnya, sambil bicara dia makin dekap dan perlahan dengan lembut mengusap helaian rambut soft pink itu, “―aku tak peduli meski harus menjilat kembali ludah yang sudah kumuntahkan atas ucapan kasarku dulu padamu. Aku bilang maaf. Maafkan aku, Sakura.”

Sakura tak bisa pungkiri, rasa itu masih ada dalam hati. Diperlakukan seperti ini oleh lelaki yang dia cintai sungguh membuatnya tersentuh. ‘Maaf’. Sakura tak menyangka Sasuke akan mengucapkannya. Dan dia tahu betul, dia bisa merasakannya, Sasuke ucapkan itu dengan sungguh-sungguh.

“―selama ini aku sudah salah menilai siapa dirimu yang sebenarnya,” lanjut Sasuke, “arti dari kata ‘suka’ itu kan harusnya bisa menerima apapun keadaan dari orang yang kita sukai.”

“Tapi aku jahat,” ucap Sakura lirih, dengan suara bergetar menahan tangis. Hatinya terasa sakit mengingat segala kesalahannya pada Sasuke, “aku suka uang. Aku menjadikanmu taruhan. Aku memanfaatkanmu. Aku membuatmu terluka. Aku mempermalukanmu. Aku membohongimu. Aku… aku…” Tak kuat dengan segala perasaan bersalah yang kembali meluap dalam hati, Sakura cengkeram erat baju Sasuke, terisak didada bidang lelaki itu. “Maaf… maaf… maaf… harusnya aku yang bilang… hiks… hiks… hiks… Sasuke, aku selalu merasa sakit kalau ingat peristiwa waktu itu, saat aku kehilangan dirimu. Lalu pantaskah sekarang aku…”

“Sst,” desis Sasuke, menyela. “aku juga sama. Setelah berpisah darimu, aku juga tak pernah bisa menghilangkan sosokmu dari pikiran dan hatiku. Aku pun merasa kehilangan, Sakura. Makanya hari ini, saat ini aku ingin mengambil kembali sesuatu yang hilang itu,” Sasuke kendurkan dekapannya. Dengan sebelah tangan dia perlahan angkat wajah Sakura yang tertunduk. Dihapusnya jejak basah air mata di pipi ranum gadis itu. Onyx menatap lembut emerald. “―kembalilah padaku. Aku mencintaimu.”

Aah~

Entah bagaimana Sakura bisa jelaskan perasaannya yang bercampur aduk sekarang usai mendengar pernyataan Sasuke. Iris hijau itu justru kian basah, berkilauan oleh cairan bening yang lekas berkumpul.

“T―tapi aku… taruhannya… tak termaafkan… Sasuke, aku tak pantas…”

“Tenanglah,” Sasuke masih belai dan hapus air mata gadisnya, “aku minta maaf dan aku pun memaafkanmu. Mulai sekarang aku akan menerima sosokmu seutuhnya. Termasuk Sakura yang suka uang dan gila taruhan. Hn?”

Sakura tertegun mendengarnya, “Benarkah?”

Sasuke mengangguk kecil. Perlahan dia persempit jarak yang sudah terpaut dekat dengan Sakura. Seraya merengkuh wajah haru itu. Menelusupkan jemarinya diantara helaian merah muda. Menyentuhkan ujung hidung. Menghirup dalam wangi cherry yang khas. Sedikit memiringkan kepala. Tatapan onyx sekilas tertuju pada ranumnya bibir merah Sakura sebelum terpejam dan menyatukan bibir itu dengan bibirnya.

Sasusaku-kiss

“―aahh, hmmpphh…” lenguh Sakura disela pangutan tak terduga. Diawal dia ingin berontak, tapi seolah telah tersihir debaran jantung yang meledak-ledak, instingnya malah pasrah membimbing untuk menikmati ciuman itu sampai dirasa cukup kehabisan oksigen.

“Hhh~ jadi sekarang kita baikan lagi kan?” tanya Sasuke sambil menyeka lembut bibir Sakura yang sedikit basah dengan ibu jarinya usai pagutan.

“Err, iya―kayaknya sih gitu.” rona merah tampak menyebar di kedua belah pipi Sakura. Gadis itu menggulum senyuman malunya.

“Syukurlah.” kata Sasuke sembari tersenyum. Dia dekap erat lagi Sakura dan kecup pucuk kepala gadis musim semi itu.

SasuSaku-love n kiss

“APAAA?! DASAR MULUT EMBER!” teriak Sakura, “j―jadi kau tahu semuanya dari Naruto? Awas ya dia, sudah kubilang itu rahasia, seenaknya saja bicara, huh…”

Sasuke tertawa kecil menanggapi kekesalan Sakura usai dia ceritakan apa yang buatnya dulu berubah pikiran dan membuka hati menerima sosok kekasihnya itu seutuhnya sekarang. “Hn, tapi kalau si Dobe tak memberitahuku, mungkin aku masih belum mengerti tentang dirimu. Ada bagusnya juga kan dia bicara, sekarang kita jadi baikan.”

Sakura mengangguk-angguk, dia tempatkan tangannya dibawah dagu―tampak berpikir, “Hmm, tapi kenapa ya, meski kita udah baikan kok aku tetap merasa ada yang kurang. Aku masih tetap sial tuh karena gak jadi dapat uang taruhannya, hhhh~…” keluh Sakura.

“Ck~ kau ini…” gemas Sasuke, “masih saja pikirkan soal uang. Gak senang apa kalau kita baikan lagi?”

“Iyaaa~ tapi tetap saja kan, sia-sia~,” rajuk Sakura. “pengorbananku mengejarmu tak ada hasilnya…”

Plok,

Sasuke memukul pelan jidat Sakura dengan selembar amplop.

“―iih, apaan sih? Sakit tahu!” marah Sakura sembari kerucutkan bibir dan mengelus-elus keningnya yang kena sentil.

“Dari Karin.” kata Sasuke seraya menyerahkan amplop itu pada Sakura.

Eh?

Dengan rasa penasaran Sakura buru-buru membuka amplop itu. Dan betapa terkejutnya dia saat mendapati isi didalamnya ternyata uang. Uang kemenangannya. Spontan senyuman lebar pun seketika mekar menyertai perasaan luar biasa bahagia yang memenuhi hati.

“Hn, kenapa cengar-cengir gitu?” heran Sasuke melihat gelagat Sakura, “apa yang diberikan Karin?”

Sakura nyengir, “Hehehe, uang!”

“Eh, uang taruhanmu?”

“Yup.”

“Berapa?”

“Ehm~ mau tau aja~…”

Sasuke mendengus kesal, “Ya iyalah, aku juga kan bagian dari taruhan itu, jadi berhak tahu.” Dengan cepat dia sambar amplop berisi uang itu dari tangan Sakura.

“Aaaa―uangku!”

Pemuda raven itu langsung lari sambil berusaha menghindar dari kejaran Sakura yang ingin merebut kembali amplopnya. Jadilah mereka main kejar-kejaran sebentar. Sampai tiba-tiba Sasuke mendadak berhenti, buat Sakura jadi heran. Terlebih lagi ekspresi wajah pemuda itu berubah muram. Kenapa? Jangan-jangan…

“Sa―suke?” panggil Sakura ragu.

Yang dipanggil langsung menoleh sambil lempar deathglare. “Seratus ribu? Cuma karena seratus ribu ryo?” cengang Sasuke, “jadi kau bertaruh dengan Karin demi seratus ribu ini?!”

“Err, I―iya,” Sakura tampak tak enak hati. Dia gulirkan emeraldnya menghindari tatapan onyx yang mengintimidasi. “habisnya Karin sendiri yang tentukan bayarannya. Aku sih cuma ikutan doang…”

“Aaaarrgh, murah amat!” erang Sasuke, “Kenapa cuma segitu? Aku dihargai seratus ribu? Apa aku kurang keren?”

Hee? ―Sakura sweatdrop. “Hhhh~ dasar narsis. Siapa yang bilang kau itu keren?” gadis itu mendekat, ditepuk-tepuknya pucuk helaian raven Sasuke, “Cup, cup, cup, udah jangan nangis,” hibur Sakura seperti menenangkan seorang anak kecil yang nangis minta balon, “kau ini aneh. Awalnya kau tak suka kujadikan taruhan, eh, sekarang malah protes karena dihargai segitu. Mau gimana lagi, aku juga inginnya kan dibayar mahal, hehehe~…”

Dan tanpa mereka sadari, dari kejauhan tampak seseorang memperhatikan pasangan pink-raven itu. Senja di hari ini benar-benar terlihat berbeda dengan seminggu lalu. Cuaca yang cerah, wangi angin yang berhembus sejuk. Matahari perlahan mulai terbenam di barat bumi. Tawa serta kegembiraan yang menggambarkan kebahagiaan. Juga wajah yang tersenyum itu. Semuanya benar-benar telihat lebih indah saat dua orang saling mencintai kembali bersama.

“Hebat,” gumam Konohamaru, “Kak Sasuke beneran datang ya? Kak Sakura menang. Aaahh~ aku kalah taruhan deh.”

.

.

.

~( $ _ $ )~

.

.

.

Tak terasa sudah lebih dari dua minggu berlalu sejak hari itu. Sakura dan Sasuke kembali menjalani kehidupan mereka seperti biasa. Seolah tak pernah terjadi hal hebat dan menyakitkan yang dialami keduanya sebelum ini.

Sebenarnya beberapa hari setelah Sakura berbaikan dengan Sasuke, gadis itu pergi menemui Karin untuk mengucapkan terima kasih karena Karin masih mau memenuhi janjinya walau SasuSaku sempat putus. Mungkin itulah ‘kebahagiaan’ lain yang ingin diberikan Karin untuk menebus kesalahannya.

Setelah berakhirnya perjanjian diantara mereka, sikap Karin terhadap Sakura pun berubah. Gadis gals itu tak lagi mengusik Sakura. Walau sikapnya tetap ketus dan terkadang menampakan kebencian ketika sesekali mereka berpapasan. Bagaimanapun Karin akui kekalahannya dari Sakura, baik itu dalam taruhan maupun pilihan Sasuke.

“Terima kasih,” ucap Sakura, “kau ternyata baik dan tak kusangka berjiwa besar, masih mau menganggapku sebagai pemenang.” Diulurkannya sebelah tangan kehadapan Karin. “aku tawarkan sebuah persahabatan padamu,”

Gadis berambut merah itu terdiam, tak menyambut tangan Sakura. Bikin Sakura kikuk sendiri, dan jadinya menggaruk-garuk belakang kepala yang tak gatal guna hilangkan sikap canggung. “―err, yah mungkin ini masih sulit kau terima. Tapi kuharap setelah ini hubungan kita akan lebih baik. Sekali lagi, terima kasih sudah mau bertaruh denganku, Karin.” lanjutnya sebelum melengos pergi.

“Jangan baik padaku!” ucap Karin setengah berteriak menghentikan langkah Sakura sejenak, “―dan jangan ucapkan terima kasih. Aku sama sekali tak membantu kalian untuk bersama. Menyebalkan. Bahkan Sasuke pun mengatakan hal yang sama padaku. Sebenarnya apa yang buatmu unggul sampai bisa menang dariku? Padahal aku juga sudah pertaruhkan segalanya, tapi Sasuke lebih memilihmu. Kenapa…”

Merasa tak berhak untuk menjawab pertanyaan itu, Sakura hanya terdiam.

“―kau tahu… dia sudah menolakku…” ucap Karin lirih.

Itulah kata-kata terakhir Karin yang didengar Sakura. Dan sejak hari itu tak ada lagi yang mengatakan ‘Sakura si cewek matre’. Urusannya dengan Karin selesai.

.

.

.

~( $ _ $ )~

408984_348505681840595_247525018605329_1192996_1734284380_n

~( $ _ $ )~

.

.

.

Waktu tinggal lima menit. Kedudukan sementara imbang antara Akatsuki dan Kazekage. Kesepuluh pemain semuanya tampak serius. Berkali-kali bola ada ditangan Akatsuki, tim itu punya banyak kesempatan untuk mencetak angka. Sayang, semangat para Kazekage juga tak kalah, tetap bertahan dan berusaha merebut bola. Padahal tinggal butuh satu tembakan bola lagi bagi Akatsuki untuk bisa unggul dari Kazekage dan memenangkan pertandingan dengan skor beda tipis.

Kondisi Sasuke mulai tak stabil dan terlihat lelah. Tentu saja karena dia sudah bermain dari quarter pertama pertandingan. Akibatnya beberapa kali dia melakukan foul. Begitupun dengan Gaara, Itachi, Pain dan Sasori yang sama-sama berjuang keras berusaha untuk memenangkan pertandingan ini. Tiga bulan Akatsuki tak bertanding dengan Kazekage tak menyangka kemampuan tim itu masing-masing telah bertambah kuat.

“Aargh, baka! Sasuke bodoh! Tembak! Tembak! Argh, dasar idiot! Bego, bisa gak sih main basket, heh?!” teriak Sakura kesal melihat Sasuke gagal memasukkan bola.

Itulah Sakura dengan semangatnya. Berkali-kali berteriak menyemangati sang pacar. Err, entahlah, sebenernya kalau yang dilontarkan gadis itu adalah memakian, artinya bukan untuk menyemangati, kan? Sakura jadi ikut-ikutan panik melihat pertandingan itu seolah-olah dia sendiri yang lagi turun dan beraksi di lapangan. Mendengar semua teriakan Sakura pun terkadang Sasuke hanya mendengus kesal dan memandang tajam kearah cewek sok riweuh itu. Tapi disaat-saat tertentu Sasuke jadi bersemangat setelah mendengar makian Sakura. Lelaki itu tentu termotivasi ingin tunjukkan sesuatu yang hebat di mata kekasih tercinta.

Dengan cepat Gaara mengoper bola pada Sasori. Pemuda baby face itu segera mendribel-nya ke dekat ring. Namun tiba-tiba wajahnya disikut oleh salah satu pemain Kazekage. Bola menggelinding hampir keluar lapangan. Itachi dengan sigap berlari mengejar, menangkap bola itu dan langsung melemparkannya pada Pain yang sudah bersiap di Three Point Area, sebelum kemudian gerakannya berhasil di-block lawan. Tangkapan yang sempurna, pemuda penuh tindikan di wajah itupun melompat tinggi dan dengan gerakan mulus menembakannya tepat mengenai ring.

Semua tampak tegang. Ini adalah akhir yang menentukan. Waktu tinggal tersisa beberapa detik lagi. Kalau berhasil maka dengan ini kemenangan ada di tangan Akatsuki.

Bola bergulir sebentar di bibir ring. Sejauh ini sempurna, namun ternyata mulai terlihat tak stabil. Tembakan Pain tadi gagal.

“SASUKE SHOOT!” teriak Sakura lantang.

Uchiha bungsu itupun segera berlari. Meski gerakannya dihalangi pemain lawan, namun dia berhasil melecutkan tangan dan mendorong bolanya masuk.

PRIIIIITTTT

Akhirnya bola masuk dengan sempurna bersamaan dengan bunyi peluit wasit tanda berakhirnya perandingan.

“YEAAAHHHH!”

Kazekage hanya menatap tak percaya. Mereka kalah. Anggota tim Akatsuki bersorak gembira. Tuan rumah menang. Para suporter di pinggir lapang pun langsung berlarian menghampiri mereka dan berjabat tangan―berpelukan mengucapkan selamat.

Setelah menikmati kemenangannya, Sasuke segera menepi. Cowok itu duduk bersender pada tembok benteng sisi lapang sambil mengatur napasnya yang masih terengah. Beristirahat sejenak, mencoba mengembalikan stamina.

Satu tangan putih terulur. Onyx mendongak menelusirinya.

Kakkoi ne~…” ucap Sakura nyengir seraya menyerahkan sebotol air mineral pada Sasuke, “Omedetou, Sasu-koi~…

“Hn.” Sasuke balas tersenyum. Dalam hati merasa senang Sakura bilang penampilannya hari ini keren. Maklum, meskipun mereka pacaran tapi Sakura jarang memuji sosok Sasuke seperti gadis-gadis lainnya.

Sasuke ambil minumannya dan segera menegak habis isinya. Sementara Sakura yang kini berjongkok memposisikan diri di samping Sasuke menyeka keringat di pelipis pemuda itu dengan handuk.

“Eh, hari ini aku menang, kasih hadiah dong!” pinta Sasuke, “Pulangnya traktir makan ya?”

“Hah? Kebalik kali. Dimana-mana yang menang itu yang mesti traktir.” balas Sakura.

“Euh, dasar kau itu ya… bisa-bisanya ngomong gitu,” gemas Sasuke, dia cubit pelan pipi Sakura, “segitu kalau kau menang taruhan pelitnya minta ampun pas suruh traktirin aku. Setidaknya kasih apa gitu, kan aku udah menang. Pokoknya aku minta hadiah!”

“Ok, kalau gitu aku kasih…” Sakura kembali mengulurkan tangannya, “―ucapan selamat atas keberhasilanmu hari ini! Selamat ya tuan Uchiha~…”

Sasuke menatap tangan Sakura dengan tak berselera, “Salaman? Kan tadi juga udah, baka…”

“Lha terus maumu apa?”

Sasuke sejenak berpikir, “Aku mau itu…” Onyx-nya bergulir melihat kearah Itachi di seberang tempat―lagi dipeluk mesra sama pacarnya. “Hug and…” Sasuke berbisik di telinga Sakura, “―kiss~…”

HEEE?!

Emerald itu membulat sementara wajah Sakura langsung merona merah, “Aaaa―tidak. Tidak. Tidak. Tidak. Aku tak mau. Dasar mesum, pake cara klasik aja napa? Kita cukup salaman, ok?!”

Sasuke tetap tak peduli, malah dia langsung membuka tangannya lebar minta dipeluk. “Sebentar saja…” bujuknya terus menggoda Sakura.

Melihat keseriusan Sasuke, Sakura akhirnya maju selangkah. Sudah masuk dalam lingkaran tangan lelaki itu tapi masih belum dipeluknya. Gadis itu sedikit berjinjit, menengadahkan kepala dan mempersempit jarak wajah mereka. Sasuke sudah menyeringai, namun tepat sebelum dipeluknya Sakura, gadis itu cepat menahan Sasuke dan mendorongnya jauh.

“Ups, maaf ya~ tapi aku gak mau pelukan sama cowok yang masih banjir dan bau keringat.” kata Sakura.

“Ck~” Sasuke mendengus, lantas kembali dia cubit pelan pipi Sakura. “Sankyu~ sudah jujur dan ngatain aku bau. Lagian tadi aku juga cuma bercanda kok.”

“Hn?” Sakura segera menepis tangan Sasuke dan mengelus-elus pipinya yang kini jadi merah.

“―tapi begitu aku wangi, kau harus mau melakukannya ya?!” lanjut lelaki itu tetap maksa.

“Gak, aku gak janji!” tolak Sakura, walau wajahnya kini jadi blushing berat. “udah sana pergi! Bersihkan dulu badanmu.” Sambil bercanda dia dorong-dorong Sasuke dari belakang.

“Iya. Iya, ini juga mau…” Sasuke segera berdiri dan tanpa banyak mengeluh menuruti perintah Sakura. Sadar diri badannya memang lengket karena keringat.

Sementara menunggu Sasuke, kali ini giliran Sakura yang beristirahat. Dari tadi teriak-teriak bikin tenggorokannya gatal. Makanya dengan segera Sakura menghabiskan sebotol air mineral. Aaah~ leganya. Meski cuma air tapi rasanya nikmat sekali ketika perasaan dingin melewati lorong tenggorokannya.

“Heh, cewek t-shirt merah!” teriak seseorang.

“BRUUR… uhuk… uhuk…” Sakura semburkan sedikit air dari mulutnya, kaget tiba-tiba diteriaki seperti itu. Gadis itu segera menoleh, seingatnya yang pakai t-shirt merah disini hanya dirinya seorang.

“Dasar gak tahu malu. Bisanya cuma maki-maki orang. Setelah menang malah ngedeketin,” ucap seorang gadis yang datang menghampiri Sakura, “―keganjenan loe!”

Hah?! Sakura hanya mengernyitkan dahi tak mengerti dengan apa yang diucapkan gadis berambut cokelat sebahu yang berpenampilan sporty ini berdiri dihadapannya sambil marah-marah tak jelas.

“Gak waras yah daritadi ngatain anak Akatsuki bodoh, idiot, bego?! Asal kau tahu aja harusnya kata-kata itu pantasnya buat kamu yang gak waras!” lanjut orang itu.

Nih cewek kali yang gak waras. Datang langsung marah-marah. Padahal kagak kenal, batin Sakura bingung. “Ehm, kayaknya kita salah paham deh. Maksudmu itu apa ya?” tanya Sakura santai karena merasa tak bersalah.

“Kau itu udah ngatain Akatsuki bego kayak yang sendirinya jago aja.”

“Heh nona, apa maksudmu? Mau nantang?!” kata Sakura kesal daritadi terus menerus dimaki-maki sama cewek aneh ini.

“Iya!” jawab gadis itu lantang, “One on one.”

GLEK… Keraguan muncul di hati Sakura. One on one itu maksudnya main basket, ya?

“Heh, ada ribut-ribut apa nih?” tanya Sasuke ketika menghampiri Sakura. Tapi kemudian pandangannya segera beralih pada gadis berambut cokelat yang berdiri di depan Sakura. “―Matsuri?!” tanya Sasuke heran, “kau datang kemari?”

Matsuri?

Mendengar satu nama itu tiba-tiba Sakura teringat dengan apa yang dulu pernah diceritakan Konohamaru. Tentang seseorang yang disebut ‘Kak Matsu’. Jangan-jangan yang dimaksud Konohamaru itu ‘Matsuri’ ini…

“Ooh, jadi kau yang bernama Matsuri?” tanya Sakura tiba-tiba, “Kau itu mantannya Sasuke atau sekedar fans yang naksir dan kejar-kejar dia?”

JLEB

Pertanyaan yang langsung tepat mengenai Matsuri dan Sasuke sekaligus. Memang jadi kebiasaan Sakura tuh, kalau lagi kesal omongannya bakal to the point banget. Apa yang ada dipikiran langsung dia ungkapkan tanpa memedulikan perasaan orang lain.

“Sakura, dia bukan mantanku.” bisik Sasuke, menjelaskan.

Sakura makin menatap tajam Matsuri. “Sebenarnya kau tadi tiba-tiba menghampiriku dan bicara kasar padaku bukan karena ada hubungannya sama Akatsuki, kan? Soalnya selama pertandingan yang aku maki di lapangan cuma Sasuke seorang.”

Matsuri hanya terdiam. Berbeda sekali dengan sebelumnya. Mentang-mentang ada Sasuke kali, tuh cewek jadi rada jaga imej. Tapi meskipun dia no comment, Sakura tahu apa yang diucapkannya benar.

“Maki-maki soal apaan?” tanya Sasuke tak mengerti.

Namun baik Sakura maupun Matsuri sama sekali tidak memedulikan kehadiran lelaki itu, seolah-olah dihadapan mereka sosok Sasuke tak ada.

“Baiklah, soal one on one yang kau bilang tadi, kalau kau pikir aku takut, kau salah besar,” kata Sakura sambil berpangku tangan.

“Mau bertaruh?” tanya Matsuri.

“Ya,” jawab Sakura tanpa ragu. “Berapa uang?”

“Terserah. Tapi kalau aku menang, cukup berikan Sasuke padaku. Kau pacarnya? Izinkan dia berkencan denganku seharian. Deal?!”

Deal.”

WHAT THE…?! Sasuke begitu terhenyak mendengarnya. Deal? Sakura bilang apa barusan? Jangan lagi. Sasuke dijadikan taruhan?!

“Hoi Sakura, apa-apaan kau?” protes Sasuke tak terima, “Jangan seenaknya gitu…”

Satu lirikan tajam mematikan dilancarkan emerald. Sakura memandang Sasuke seolah mengancam cowok itu untuk diam dan tak ikut campur.

“Seratus ribu ryo.” tawar Sakura, kembali pada Matsuri.

Matsuri menggendikan bahunya, “Whatever…”

“Kalau gitu minggu depan kita tanding di sini.” Sakura memberikan keputusan.

“Terserah. Mau minggu depan, sekarang atau kapanpun juga aku siap.” kata Matsuri penuh percaya diri.

Sakura mengangguk mantap. Keduanya telah sepakat seminggu lagi di tempat ini persaingan antara Sakura dan Matsuri dalam memperebutkan Sasuke akan dimulai.

“Aargh, Sh*t!” Sementara itu Sasuke hanya bisa mendengus pasrah. Dirinya kembali dijadikan Sakura ajang taruhan untuk kedua kalinya. Entahlah, tapi Sasuke punya firasat buruk soal yang satu ini.

Sasuke Uchiha

~( $_$ )~

TBC….. Next to Chapter 10

~( $_$ )~


Bacot Session from Author:

Ya ampuuuunnn, Sakura! Loe tuh kan gak bisa main basket. Sadar diri dong, mau tanding one on one sama Matsuri? Gimana kalau kalah coba? Nasib Sasuke dipertaruhkan!! #PLAKK *Author digampar Sakura* ―Lha~ kan dirimu yang bikin cerita (-_-“) *Sakura sweatdrop, readers melohok* (O.o)

Hmm, yah~ terpaksa harus saya buat lagi satu konflik taruhan Sakura tentang Sasuke lagi. Ini buat modal awal terungkapnya rahasia Sakura dibalik kegemaran gadis itu suka uang dan taruhan. Penasaran kan sama masa lalu Sakura? fufufufu~… makanya simak lanjutannya.

Bakal ada slight pair lain *mungkin* muncul, coba tebak siapa?

Dan fic ini sepertinya bakal tamat 2-3 chapter lagi ^-^)v

Tak usah banyak bacot, cukup sekian dan terima kasih m(_ _)m

See you next chapter 10: Sakura vs Matsuri -(^o^)/ Jaa ne~


Special Thanks to:

Jile Sing, Itha, Judy Maxwell, YaYaK, zogakkyu, Chii, Ichi, rilojack, KazuhaRyu, Marshanti Lisbania Gratia, Noera Jani Wijaya, qori, raditiya, Nadya Harvard, Cindy Oktaviani, Rei-reixki-ki, Anindi, nurjanah, 

And

All of You Silent Readers

🙂 Berkenan komen? 🙂

50 Comments

Leave a Reply

2 Pings & Trackbacks

  1. Pingback:

  2. Pingback:

Leave a Reply to FuRaha Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *