P R E C I O U S : Chapter 2

Cerita Sebelumnya…. Baca [Chap 1]

Seorang pemuda tampan berambut raven chicken butt style menjejakan kakinya di tengah keramaian suasana klub malam di pinggiran kota Konoha. Gema musik disco yang terdengar memekakan telinga seakan menyambut kehadirannya. Alunan menghentak ini secara refleks membuat tubuh bergoyang dan orang-orang kian larut dalam gerakan tarian di tengah lantai dansa. Sementara sang DJ seolah bertindak sebagai pengontrol. Dengan lihainya memadukan beragam bunyi musik instrument menghasilkan nada yang buat mereka yang mendengar merasa makin melayang, bergembira, sampai mampu melepaskan segala beban pikiran. Tapi itu tak berpengaruh pada pemuda raven tadi. Dia tak ikut terbuai didalamnya. Karena dia punya tujuan lain yang lebih penting disini daripada menjadi korban kegilaan night club saat ini.

Sasuke Uchiha

Onyx itu berkeliling. Menghiraukan tatapan dan rayuan menggoda beberapa pengunjung wanita yang nakal curi-curi perhatiannya. Sekali lagi dia abaikan, bersikap acuh tak acuh sampai akhirnya dia temukan apa yang dia cari. Di sisi lain meja bar itu nampak seorang pramusaji berpakaian kemeja putih padu rompi hitam rapih beraksi mencampurkan berbagai jenis minuman, menyajikan kenikmatan lain untuk mereka yang tak memilih menari.

“Hoshigaki Kisame?”

Bartender bertampang seram dengan seringai hiu itu menoleh, menanggapi sapaan tak dikenal dari seorang pemuda tampan yang menghampirinya di meja bar.

“Pesan apa, tuan?” balas Kisame sambil masih mengocok gelas stainless menyajikan pesanan cocktail pengunjung lain.

“Aku yang tadi siang meneleponmu.”

“Aah, kau?” Kisame nampak sedikit terkejut. Sebentar dia tautkan sebelah alisnya selama menelisik penampilan pemuda raven itu dari atas hingga bawah. Tak lama dia menyeringai, “Wah, kalian mirip sekali. Coba kalau kau panjangkan juga rambutmu dan memberiku satu senyuman, hehe~…”

“Hn.”

Sasuke―pemuda raven itu hanya memutar matanya bosan. Tanpa disuruh dia langsung duduk di salah satu kursi. Dirinya bersyukur barusan orang itu―Kisame―lekas mengenalinya, jadi sepertinya dia tak perlu repot-repot memperkenalkan diri dan meyakinkan orang itu siapa dia.

So… Uchiha Sasuke, kan?” Kisame yang sudah selesaikan pekerjaannya melayani pengunjung lain mulai serius menanggapi kehadiran tamu khususnya, “Aku tak menyangka kita sungguh bisa bertemu. Aku selalu penasaran seperti apa adiknya Itachi karena dia sering menceritakan banyak hal tentangmu.”

“Itu artinya kau benar-benar dekat dengan kakakku?” tanya Sasuke.

“Bisa dibilang begitu. Kami bersahabat. Dan maaf, waktu itu karena pekerjaan aku tak bisa mengunjunginya.” Kisame sodorkan segelas lime soda, “Mungkin sudah terlambat, tapi aku turut berduka.”

Deg

Batin Sasuke bergetar. Mendengar kata duka mengingatkannya pada sosok kakak yang sudah tiada. Meski ini sudah berlalu lebih dari setahun, tapi tetap saja dia masih miliki kesedihan tak terhapuskan dalam hati. Dan karena itulah alasan dia kemari. Untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Kalau begitu kau tahu soal gadis itu?” tanya Sasuke. Kisame mengernyit, masih terdiam menanti penjelasan Sasuke lebih lanjut. “Pacar kakakku. Kau tahu seperti apa orangnya?”

“Ah, ya, wanita itu…” Jeda sejenak Kisame sibuk kembali dengan pekerjaannya. “Wanita yang jadi sumber kebahagiaan dan penderitaan kakakmu. Cinta butanya Itachi.”

“Cinta buta?”

=0=0=0=0=0=

 P R E C I O U S : Chapter 2

sasusaku hurt

 Chapter: REASON

Pair: SasuSaku, ItaSaku, ItaKonan
Rate: T
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Disclaimer: NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
Length:   4.651 words
WARNING: AU, OOC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue.

Story by

FuRaha

~Itadakimasu~

.

.

.

Konohagakure

.#

Januari 20xx

.#

“Jangan sembarangan ya, kau tak berhak mengaturku!”

PLAK

Gadis berhelaian merah muda itu baru saja keluar dari rumahnya ketika dia dapati suara samar keributan terdengar dari ujung lorong sana. Awalnya dia merasa ragu. Tapi perlahan dia beranikan diri untuk mendekat. Tak sengaja emerald itu bertemu pandang dengan kelamnya manik sapphire milik seorang wanita dewasa yang berpapasan dengannya di tangga. Bahu mereka bertabrakan, tapi tak ada kata ‘maaf’ yang terucap. Hanya delikan tajam dan sikap sinis si wanita berambut indigo yang berpakaian nyentrik itu. Ya sudahlah, toh si gadis merah muda pun tak mengharapkannya dan memilih kembali pada rasa penasarannya.

Langkah kaki gadis musim semi itu sejenak terhenti di ujung anak tangga menuju lantai tiga. Emeraldnya kini bergulir menatap keatas. Menangkap sesosok bayangan lelaki yang tengah duduk tertunduk di salah satu ujung anak tangga itu. Menyadari kehadiran seseorang, pemuda itupun mendongak. Dia dapati seorang gadis berambut merah muda memerhatikannya.

“Ka―kakak baik-baik saja?” tanya gadis itu hati-hati.

Sambil tersenyum samar, si pemuda hanya mengangguk.

Entah apa yang mendorong gadis itu melakukannya, tapi perlahan sebelah tangannya terangkat dan menyentuh pipi kiri―menangkup wajah pemuda itu.

“Sakit?”

Tahu dari mana ini sakit?, balas batin pemuda itu, bicara hanya lewat tatapan onyx-nya. Apa dia melihat kejadian saat dirinya kena tampar seseorang tadi.

“Tidak apa-apa kak, kau tak terluka.” lanjut gadis itu sambil tersenyum.

Si pemuda itu terkekeh pelan. Memang tak ada sesuatu yang lucu disini. Tapi diperlakukan lembut oleh gadis berambut merah muda itu membuat hatinya yang kalut kembali normal. “Ya, kau benar. Aku tidak apa-apa. Terima kasih Sakura. Kau tahu, sepertinya senyumanmu barusan menyelamatkanku.”

“Eh?!” gadis yang dipanggil Sakura itu sedikit terbelalak. Jujur saja dirinya tampak malu mendengar ucapan pemuda itu barusan. “Sama-sama kak. Kak Itachi juga harus ikut tersenyum, supaya aku tahu kalau kakak baik-baik saja.”

“Hn, iya.” balas Itachi, kali ini dibarengi senyuman manis tulus dari hatinya.

.

.

.

.

.#

February 20xx

.#

“Terserah! Lakukan sesukamu, aku tak peduli!” teriak Itachi pada seseorang di seberang telepon sana, “SIALAN!”

Braakk

Dan ponsel tak bersalah itupun jadi korban kekesalannya. Jatuh berantakan usai terpantul dari atas sofa setelah dia lempar sembarangan barusan. Sambil berdecih, Itachi jambak helaian rambut raven panjangnya―frustasi―menekan kepala yang terasa berat keras-keras. Lebih dari sekedar marah, kesal, kecewa, sakit hati, batinnya sungguh merasa tersiksa mengingat masalahnya dengan ‘orang itu’.

Tok… tok… tok…

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Hendak Itachi hiraukan, tapi suara lembut yang samar terdengar itu mengusiknya.

“Permisi… kak Itachi~… kak Itachi~… kakak ada di rumah gak?”

Cklek

Wajah manis itu… senyumannya…

Sakura Smile

“Sakura?”

“Ah, kak―…”

Grep

Tanpa basa-basi Itachi langsung memeluk gadis itu. Entah kenapa sekali lagi dirinya merasa terselamatkan. Perasaan yang muncul selalu menenangkan bila bersama dengannya. Perasaan yang sama seperti saat dia tengah bersama-sama sang adik. Iya, benar. Sasuke. Itachi sadari kini kenapa dulu dirinya tak pernah merasa sepi dan kosong seperti sekarang bila sedang ada masalah, karena segala beban bisa dia bagi dengan Sasuke.

“Aaaa―kak Itachi…” panggil Sakura dengan wajah blushing berat.

Itachi baru sadar apa yang dilakukannya barusan, buru-buru kembali dia lepaskan dekapan eratnya. “Err, iya maaf ya…”

“Uhm,” Sakura mengangguk sambil menggulum senyum malu-malu dan sedikit menunduk menyembunyikan wajahnya yang bersemu. “Tidak apa-apa kok.”

“Oh iya, ada apa mencariku?” tanya Itachi, mengingat Sakura datang menemuinya.

“Ini untukmu, terimalah…” dengan gugup gadis berambut merah muda itu menyerahkan sekotak cokelat pada pemuda raven dihadapannya. “Happy valentine days.” lanjutnya.

Itachi sedikit terkejut mendapatkannya, tapi dalam hati dia sungguh merasa bahagia. “Wah~ senangnya aku dapat giri cokelat dari Sakura-chan, Arigatou na…”

“A―ano… ini bukan giri cokelat.” sela Sakura. Jantung gadis itu berdegup kencang. Sungguh sejujurnya saat ini dia ingin segera melarikan diri dari sini saking malunya menghadapi Itachi. Tapi gadis itu sudah bertekad, dia harus mengatakannya sekarang. Ya, menyampaikan rasa sukanya pada Itachi yang selama ini dia pendam.

“Maksudmu?”

“Aku memberikannya karena aku menyukaimu, kak.” ucap Sakura, “Aku suka kak Itachi. Sangat suka. Bukan suka sekedar kagum. Tapi aku menyukaimu sebagai seorang wanita terhadap pria. Ja―jadi maukah kau menerima perasaanku?” tanya Sakura gugup.

Itachi cengo sesaat mendengarnya. Diperhatikannya wajah Sakura dengan seksama. Semburat garis kemerahan yang bersemu di kedua belah pipi gadis itu menunjukan rasa malunya. Kedua tangan yang bergetar memegang kotak cokelat itu menunjukan kegugupan. Tatapan emerald yang lurus itu menunjukan ketulusan. Itachi sadari Sakura sungguh-sungguh menyatakan perasaannya.

“Terima atau tidak?” tanya Sakura lagi, harap-harap cemas.

“Uhm,” Itachi gulirkan onyx-nya sekilas, tampak berpikir. “Terima kasih Sakura-chan, terus terang aku terkejut dan senang sekali kau menyimpan perasaan seperti itu padaku. Aku juga menyukaimu. Kau cantik dan manis. Dan kau tahu hal yang paling kusuka darimu adalah kehangatan senyumanmu yang mampu menentramkan hatiku…”

Perasaan Sakura berdebar tak karuan. Mendengar perkataan Itachi rasanya dia sudah dapat sinyal positif.

“Tapi…”

Ah, satu kata itu menceloskan hatinya.

“Aku mungkin bukan pria yang baik untukmu. Kau tahu itu kan? Aku yakin kau tahu apa masalahku. Sakura, aku ini…”

Sakura menggeleng, dia gigiti bibir bawahnya mencoba menahan tangis. Kalimat barusan rasanya sudah merupakan penolakan Itachi secara tidak langsung.

“Kalian sudah putus, kan?!” sela Sakura to the point. Langsung tepat sasaran pada Itachi. “Ma-maaf mungkin aku sok tahu. Tapi selama ini aku memang selalu memerhatikan kak Itachi. Bagiku tak masalah kok. Mau kakak masih menyukai orang itu, buatku tak apa asal kakak berikan sedikit rasa suka juga terhadapku dan mengijinkanku berada di sampingmu.”

Itachi tertegun mendengarnya. “Tapi kalau seperti itu kau hanya akan terluka, Sakura…”

“Aku tak peduli. Tak masalah. Akan aku tunggu sampai kau benar-benar menyukai dan membalas perasaanku. Karena itu…” Emerald kembali menatap onyx lekat-lekat, “Terimalah aku, kak?”

Apa jawabanmu Itachi?

Dari sekian banyak gadis yang dia temui, hanya sedikit yang bisa memikat hatinya. Salah satunya mungkin gadis musim semi ini. Walau tetap rasanya tak mampu mengalahkan keberadaan ‘orang itu’, tapi dia sadari Sakura mampu menyentuh dan menempatkan dirinya sendiri di salah satu bagian kosong hati Itachi. Apa yang membuatnya sempat ragu barusan karena dia tahu hatinya belum sepenuhnya murni―bersih dari ‘orang itu’. Takut justru membuat Sakura terluka seperti dirinya. Aah~ cinta itu sesuatu yang rumit. Bisakah dia menerima Sakura sedang hatinya masih terikat pada seseorang?

“Aku mohon, kak…” ucap Sakura lirih.

Kenapa tidak?

“Sakura…” Bibir Itachi tersungging, tersenyum miring. “Baiklah, kita coba… pacaran?”

Buang saja ‘orang itu’ seperti dia membuang dirimu. Mungkin kehadiran cinta baru bisa membantumu menghapus cinta lama.

Itachi harap demikian.

Sakura-Itachi

.#

28 Maret 20xx

.#

“Maaf, aku terlambat…” Gadis berambut merah muda itu tampak lelah. Sebentar disekanya sedikit keringat yang membasahi pelipis sementara dia atur kembali nafas yang masih terengah usai berlari.

“Kau tahu, sudah lebih dari setengah jam aku menunggu.” balas seorang pemuda berambut raven dengan sinis. Onyx-nya sedikit mendelik gadis yang kini sudah mengambil posisi duduk di seberang bangkunya di meja pojok cafe.

“Iya, makanya kubilang maaf~…” gadis itu tampak merasa bersalah. “Teman-temanku tak membiarkan aku pergi sebelum pesta kejutannya selesai.”

“Huh, alasan saja…”

“Ih, memang begitu nyatanya. Coba saja kau tanya teman-temanku kalau tak percaya.”

“Ya, aku tak percaya. Haruskah kutanyakan pada orang yang mengantarmu kemari naik motor, eh?”

“Hah, jadi kau lihat?” Manik emerald itu mengerling. Makin tampak tak enak hati. Tahu pacarnya jelas tunjukan sedikit kecemburuan. Ya, tentu saja si pemuda raven itu jelas melihat kekasihnya datang dibonceng pemuda lain tadi, karena tempat mereka duduk sekarang berada dekat jendela yang menghadap langsung ke jalan. “Hei, jangan salah paham padaku. Kau tahu kan Gaara itu cuma temanku. Lagian dia sendiri juga sudah punya pacar…”

“Lalu kenapa kalian malah berduaan? Mana pacarnya?” tanya si pemuda itu lagi, masih tak percaya.

“Matsuri sakit, jadi tak ikut pergi sama-sama. Habis mengantarku kemari, Gaara juga mau menjenguknya. Dia cuma antar aku karena sekalian lewat.”

“Lalu pergi kemana saja kau siang ini?”

“Hmm, sekitaran Konoharajuku. Mall, karaoke, cafe…”

“Dan kau lupa ada janji denganku?”

“Tidak, tentu saja aku ingat. Makanya aku datang kemari. Dan maaf kalau telat, hehe~…”

Onyx sang pemuda masih terpicing. Ditambah dengan ekspresi dingin plus sikap acuhnya, jelas kemarahan dalam dirinya belumlah sirna.

“Hmm, sayaaang~… Jangan marah lagi dong, pliiiisss~…” bujuk si gadis merah jambu sambil merapatkan kedua telapak tangannya memohon pengampunan. Sementara manik emerald itu mengeluarkan jurus puppy eyes andalannya. “Itachi~koiiii, maafin aku ya ya yaa~…” Bahkan dengan sengaja gadis itu menyebut nama lelakinya dengan nada manja dan menggoda. Jelas saja akhirnya mampu melunakkan kemarahan sang kekasih.

“Hhh~ baiklah…” dengus Itachi, “Karena ini hari ulang tahunmu, aku maafkan, Sakura~…”

“Yeah~…” riang gadis itu.

“Kau ini…” dengan gemas Itachi cubit pelan sebelah pipi Sakura. Gadis itu sedikit meringis, sebelum tawa dan senyuman segera mengisi kembali suasana di tengah keduanya.

“Aah~ sakit tahu…”

“Maaf deh maaf, haha~…”

“Kumaafkan, tapi hari ini kau harus traktir aku makan makanan mahal ya…”

“Eh, kok jadi kebalik. Yang tadi salah kan kau, kenapa malah aku yang harus minta maaf dan mesti traktir?”

“Yaah, terserahlah. Yang pasti hari ini aku mau makan es krim strawberry, lalu apalagi ya~…”

“Huff~…” Itachi sedikit mendengus. ‘Beginilah kalau punya pacar yang masih ABG,’ bisiknya dalam hati. Dia pandang Sakura―sang pacar―yang masih berpakaian sailor seragam sekolah SMA kini sibuk membuka-buka buku menu, minta pesan makanan. Melihat gelagat gadis itu membuat Itachi terkekeh kecil. Entah kenapa sekarang, dibandingkan dengan pergi kencan romantis bareng pacar, Itachi lebih merasa seperti tengah bersama seorang adik perempuan.

Disela kebersamaan dua pasangan sejoli itu menikmati sepotong cake dan semangkuk parfait, dengan semangatnya Sakura ceritakan kegiatan hariannya di sekolah siang ini pada Itachi.

“Wahahahaha~ coba deh kau lihat sendiri waktu jebakan tepung dan telur yang mereka siapkan untukku malah gagal dan menimpa guru kami. Ibiki-sensei sampai marah. Semuanya langsung kena hukuman suruh membersihkan toilet. Hahaha~… kasihan kan?! Makanya aku bilang juga apa sama mereka, jangan coba-coba menjahiliku.”

“Tapi tindakan mereka itu kan sebagai bentuk perhatiannya padamu. Kau disukai teman-temanmu, makanya sampai sengaja siapkan kejutan itu semua khusus untukmu.”

Sakura mengangguk-angguk, “Iya, aku tahu. Makanya aku terharu ketika mereka berikan kejutan lain di tempat karaoke tadi. Ino datang bawa kue lengkap dengan hiasan lilin. Waah~ aku sampai menangis jadinya…”

“Benarkah? Pasti seru sekali. Aku jadi ingin lihat.”

“Iya, makanya kubilang sesekali kau harus ikut dan bermain dengan teman-temanku. Aku juga kan ingin memperkenalkanmu secara langsung pada mereka. Pacarku itu tampan, baik, pintar, dewasa…” wajah Sakura tampak bersemu merah. Padahal bagian ini justru harusnya Itachi-lah yang merona karena dipuji-puji Sakura. “Ehem, mereka pasti iri padaku karena aku punya pacar seorang mahasiswa.” lanjut Sakura.

“Oooh, jadi itu tujuanmu?” Itachi angkat sebelah alis matanya. “Kau bermaksud menjadikanku sebagai barang untuk dipamerkan?”

“Eeeh, eh, bukan itu maksudnya…” panik Sakura, gelagapan takut Itachi salah paham. “Aku tak pernah bermaksud untuk memamerkanmu. Aku cuma senang karena aku punya pacar sepertimu~…” Sakura menunduk, dia sembunyikan wajahnya yang bersemu. Dan makin bersemu tatkala Itachi ulurkan tangannya merengkuh kembali wajah gadis itu agar kembali menghadapnya.

“Kau senang bersamaku?” tanya Itachi yang lekas dijawab Sakura dengan senyum dan anggukan mantap, “Syukurlah. Aku juga senang saat bersamamu. Otanjoubi Omedetou, Saku-chan~…”

Cup~…

Kedua belah pipi ranum gadis itu kian memerah. Seolah kini wajahnya terasa terbakar panas. Debaran jantungnya meledak-ledak. Berdegup lebih cepat dari biasanya. Saat tak terduga bibir itu sekilas mendapatkan sebuah kecupan ringan. Meski hanya sepersekian detik, karena dilakukan di tempat umum, Itachi lekas menarik diri sebelum orang lain di sekitar mereka menyadari.

“Ehm, a, arigatou…” gumam Sakura yang jadi gugup setelahnya. Bagaimana tidak, bila barusan ciuman pertamanya dicuri oleh orang yang paling dia cintai. Bagai mendapatkan hadiah terindah untuk ulang tahunnya yang ke tujuh belas.

“Wah, cantiknya~…” Sakura berdecak kagum saat membuka hadiah sebenarnya yang diberikan Itachi. Sebuah kotak yang terbungkus cantik dalam kertas kado pink motif bintang.

“Kau suka?” tanya Itachi, ikut merasa senang melihat Sakura senang.

“He’eh,…” Gadis itu kini membaca tulisan yang tertera di dalam kartu ucapan. Dalam diam, sesaat kening lebarnya berkerut, “Hahaha~… kok baka ototou sih?” tanya Sakura, “Kau salah tulis? Apa aku ini kau anggap sebagai adik lelakimu?”

“Eeh?” Itachi ikut mengernyit, “Tidak.”

“Nih,” Sakura lantas menyodorkan kartu ucapan itu pada Itachi. “Baca sendiri…”

Onyx itu sontak membulat, mendapati isi tulisannya…

Otanjoubi omedetou, my lovely baka ototou

Berhentilah bersikap manja, jadilah lebih dewasa, raihlah impianmu.


Aaahadiahnya… tertukar dengan punya Sasuke…’ gusar Itachi dalam hati. Melihat kini Sakura tampak terkagum-kagum memerhatikan sebuah kalung dengan liontin bentuk kipas Uchiha yang tampak dengan gembira dia dapatkan.

“Iya, iya, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu. Aku juga akan lebih dewasa dan aku akan berusaha keras meraih impianku.” Sakura menanggapi isi tulisan pada kartu ucapan itu tanpa tahu kalau sebenarnya Itachi bukan tujukan itu untuknya. “Hmm, bantu aku pasangkan dong…”

“Eh, tunggu dulu Sakura, kalung itu…” Itachi bingung harus bagaimana, “Aku salah. Itu bukan untukmu…”

“Apa?!” pernyataan Itachi sontak buat Sakura melohok, “Bu―bukan untukku… Apa maksudnya?”

“Duuh, maaf. Sepertinya pelayan toko salah membungkusnya. Aku buat dua hadiah. Yang satu untukmu dan satu lagi kuberikan untuk adikku. Tapi sepertinya isinya tertukar. Kalung yang itu harusnya buat dia, bukan untukmu.” dengus Itachi, “Gimana nih…?”

Diam sesaat. Sementara Itachi berpikir, Sakura tatap sejenak kalung dalam genggamannya.

“Aku tukar ya, tunggu sebentar…” Itachi lekas merogoh saku celana jeans-nya, hendak mengambil ponsel. Dia berharap Sasuke belum membuka kado yang diberikannya kemarin.

“Tidak usah.” sela Sakura tiba-tiba. Wajah gadis itu sedikit cemberut. “Apa harus ditukar? Aku suka yang ini~…” manjanya.

“Eh, tapi yang satu lagi lebih cocok untukmu…”

“Umm,…” Sakura kembali merajuk. Dia kembungkan sebelah pipinya sambil menggeleng, “Aku sukaaa~…” lanjut gadis itu sambil menatap liontinnya, “Lambang kipas ini lebih terkesan seperti dirimu. Makanya kalau aku pakai, aku pun jadi tampak seperti milikmu kan~…”

“Ah, hahaha~…” Itachi tertawa melihat tingkah Sakura, “Hei, aku berikan itu bukan seperti aku berikan kalung untuk anjing peliharaan…”

“Iya, aku tahu. Tapi tetap saja, aku suka. Jangan ditukar yaa~…” pinta Sakura, sangat memaksa.

“Err,” Sambil menggaruk-garuk tengkuk belakangnya yang tak gatal, Itachi gulirkan pandangannya. Jadi bingung sendiri. Masalahnya bagaimana dengan Sasuke?

“Aku mohon…” Puppy-eyes no jutsu kembali dilancarkan sang emerald. Dan akhirnya selalu berhasil meluluhkan hati Itachi.

“Iya, baiklah. Itu untukmu.” jawab Itachi kemudian.

“Yeah!” teriak Sakura gembira. “Kalau gitu, tolong bantu aku pasangkan…” Sambil sedikit mencondongkan tubuhnya, gadis itu berikan kalung tadi pada Itachi. Sedikit Itachi sibakkan helaian rambut merah muda Sakura hingga memperlihatkan jenjang lehernya, sebelum kemudian dia buka pengait kalung itu dan memasangkannya pada leher kecil gadis itu.

“Sudah.”

Sankyu~…” Sakura kembali duduk di bangkunya. Sejenak dia angkat dan perhatikan kembali liontin pada kalung yang dikenakannya. “Bagus. Aku suka sekali. Lambang Uchiha-nya dan…” Sakura balikkan liontin itu, mengelus lembut ukiran yang tertera disana. “Huruf S-nya…”

“Hn.” Itachi hanya mengangguk dan tersenyum melihat Sakura. Sementara hatinya berbisik, ‘Maaf, Sasuke…

Warna langit berubah gelap, tapi suasana tak tampak suram dengan hiasan kerlap-kerlip lampu jalan dan pertokoan di sekitar. Udara malam berhembus dingin, tapi itu tak membekukan dan membuatnya menggigil karena mereka saling berbagi kehangatan lewat dua tangan yang terjalin dalam satu genggaman. Berceloteh dan bersenda gurau sambil bergandengan mesra berjalan pulang bersama-sama. Senyuman tak pernah pudar dari wajah ceria gadis itu. Dirinya sungguh berpikir tiada hari ulang tahun sebahagia ini bila dilewatkan bersama orang yang dicintai. Memang seharusnya begitu, tapi…

“Eh?!”

Sakura terkejut. Dia palingkan wajahnya menatap sosok lelaki yang tiba-tiba melepaskan genggaman tangan mereka. Dilihatnya ekspresi Itachi sesaat membeku, tampak terpaku akan sesuatu. “Ada apa?” tanya Sakura.

Onyx itu mengerjap beberapa kali, sebelum bergulir dan balas menatap emerald yang penuh tanya. “Ehm, tidak. Tidak ada apa-apa. Ayo!” Itachi sentuh dan lekas dorong punggung Sakura. Sikapnya lembut tapi tampak seakan memaksa gadis itu untuk secepatnya masuk kedalam mansions mereka.

Kening lebar gadis bersurai merah jambu itu mengerut. Merasa heran dan tak mengerti. Dia tahu Itachi menyembunyikan sesuatu. Tapi diapun tak berani bertanya lebih lanjut. Suasana seketika berubah―hening dan canggung―sepanjang mereka menaiki anak tangga menuju lantai dua tempat keluarga Haruno tinggal.

Sakura dan Itachi tinggal di satu mansions yang sama. Mereka adalah tetangga lantai atas-bawah. Berawal dari insiden bocornya atap kamar mandi, Sakura melabrak penghuni lantai atas tempatnya tinggal dan untuk pertama kalinya mereka bertemu. Menyadari kehadiran seorang pemuda tampan yang mengaku sebagai mahasiswa yang berasal dari Iwagakure itu. Seiring berjalannya waktu, intensitas pertemuan sengaja dan tak sengaja keduanya, Sakura tertarik pada pribadi Itachi yang baik dan hangat. Kedekatan mereka berlanjut sampai akhirnya menjalin hubungan ‘pacaran’ sebulan lalu.

Oyasumi nasai, Sakura-chan~…” belum apa-apa Itachi bahkan langsung mengucapkan salam perpisahan. Mengecup pucuk kepala Sakura dan tersenyum sekilas sebelum dia pamit dan bergegas menaiki tangga menuju lantai tiga tempatnya tinggal.

Sakura terdiam. Dalam hatinya kini terbersit sedikit rasa kecewa. Bukan seperti ini akhir dari hari ulang tahun membahagiakan yang diharapkannya. Padahal tadi Sakura sempat berpikir Itachi akan menyuruhnya mampir sebentar ke apartemennya dan mereka masih bisa menghabiskan waktu lebih lama berdua. Itulah sebabnya Sakura terhenti sesaat sebelum dia putar kenop pintu rumahnya. Gadis itu berbalik dan memilih melangkahkan kakinya mengejar Itachi.

Bagaimanapun perasaan seorang gadis remaja yang sedang jatuh cinta itu begitu mengebu-ebu, bukan? Ingin selalu bersama. Berduaan. Bermesraan. Melakukan hal-hal yang manis dan romantis. Yang kalau dipikirkan saja sudah buat jantungmu berdebar-debar tak karuan dan wajah bersemu merah. Dan karena inipun hari ulang tahunnya, pasti, kekasihnya pun berpikiran sama…

“Aaa―…” Sakura tersentak. Dia ingin teriak. Namun entah refleks datang dari mana secepat kilat dia justru membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Sementara emerald itu membulat menyaksikan pemandangan menyayat hati dihadapannya.

Tepat di depan sana. Dia kenali dengan pasti siapa pemuda berambut raven panjang berkuncir yang kini berdiri memunggunginya sambil merangkul seseorang di tengah lorong itu. Cukup. Tak masalah bila memang hanya itu saja yang terjadi. Tapi tidak dengan membukakan pintu apartemen dan mempersilahkan sang gadis―ya, seorang gadis―berambut indigo itu masuk.

“Dia…” gumam Sakura tak percaya. Sekilas Sakura lihat hiasan rambut bunga mawar putih yang tersemat di rambut gadis itu. Jantungnya yang berdegup kencang terasa sakit. Lututnya bergetar dan seketika tubuh terasa lemas. Perlahan Sakura pun merosot. Setetes cairan bening tanpa sadar terjatuh keatas kepalan tangan yang mencengkeram erat liontin berbentuk kipas yang tergantung di lehernya.

Apa maksudnya ini, mereka masih berhubungan?

Bruukk.

Itachi menjatuhkan tubuh gadis itu keatas sofa dan berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih. Membiarkan si gadis sendirian menggeliat dan perlahan membuka mantel berbulu yang dikenakannya. Memperlihatkan tank-top hitam yang melekat ketat pada tubuh yang terbilang seksi itu.

“Minumlah!” suruh Itachi saat kembali menghampiri.

Manik sapphire kelam yang sembab itu mendelik, beberapa kali mengerjap dan menatap onyx dengan sayu. Bibir yang dipoles nyentrik sewarna helaian rambut indigonya itupun tersungging. Sambil terhuyun dia mendekat. Itachi kira gadis itu bermaksud hendak mengambil minumannya, namun yang terjadi malah…

Prang. Bruukk.

Itachi tersungkur, kehilangan keseimbangan saat gadis itu menubruk dan menjatuhkan diri menindihnya. “Konan, apa yanmmp―…” kata-katanya hilang. Terengut oleh kecupan si gadis yang berubah menjadi ciuman panas yang melumat bibirnya tanpa jeda. Itachi hendak menyingkir namun cengkeraman kedua tangan gadis itu di bahunya kian erat.

“Jangan tolak aku―hmmp…” desah gadis itu disela pagutan.

Tentu saja Itachi juga manusia. Dia adalah lelaki normal. Diperlakukan seperti ini tentu buatnya berdebar dan membangkitkan gejolak tersendiri dalam diri. Tapi Itachi masih waras. Dia masih sadar dan bisa mengendalikan diri untuk tak tergoda. Walau ada bagian dari dirinya yang menikmati dan merindukan perlakuan ini.

“Hentikan Konan…” Itachi menyingkir, menjauhkan Konan dari atas tubuhnya.

“Hmm, kenapa… kenapa tak mau… kau tahu kan aku mencintaimu, baka… cinta… cinta… cinta… aku mencintaimuuuuhhh…” balas Konan kian meracau, kembali mendekati Itachi. Ditangkupnya wajah tampan pemuda itu. Irisnya yang kosong menatap lurus. “―Pein.” bisiknya kemudian.

Tubuh Itachi membeku. Onyx-nya menatap sepasang kelopak mata sapphire yang terpejam itu sedikit meneteskan cairan bening di sudutnya. Cengkeraman erat tangan Konan yang bergetar. Isak tangis tertahan gadis itu. Ciuman berbau alkohol. Nama yang disebutkannya barusan.

‘Pein?’

“Jahaaaattt… kau jahat padaku―hiks… hiks… aku kesepian tauuu… ekh, Itachiii…?” Meski masih belum sadar sepenuhnya dari mabuk, namun sepertinya Konan sudah bisa mengenali siapa lelaki yang ada dihadapannya kini, “Hmm, yah, Itachi… kau… itu selalu kau―hiks… cuma kau yang peduli padaku kan sayaaaanggg―hmmpph…” Konan kembali mencumbunya. “Jangan buang aku…”

Sial.

Pertahanan Itachi pun runtuh. Dia tak bisa menolak atau terus berdiam diri kalau sudah seperti ini. Maka saat Konan tenggelam, menangis di atas dada bidangnya, dia tak bisa untuk tidak menggerakkan tangannya balas memeluk dan mengusap lembut punggung―menenangkan gadis itu.

“Iya, Konan… sudahlah, aku ada disini…” bisik Itachi. ‘Maaf, Sakura…’ batinnya kini serba salah. Teringat seseorang pasti akan terluka seandainya melihat atau bahkan tahu apa yang sedang dilakukannya sekarang.

Itachi Uchiha (3)

.

.

.

.

‘Tut… tut… tut…’

Nada sambung itu masih terhubung. Entah kenapa Sakura merasa tak tenang. Tak biasanya dia gelisah seperti ini. Mungkin karena pikirannya dipenuhi hal-hal negatif gara-gara melihat kejadian semalam. Tapi Sakura tak mau berprasangka buruk dulu dan salah paham pada sesuatu yang belum pasti. Karena dia yakin, Itachi―kekasihnya tentu…

“Ya?” Teleponnya terangkat, tapi kenapa… “Hallo…” ―yang menjawab suara perempuan.

“Uhm, ha-halo…” glek―Sakura makin tegang, “Kak Itachi…”

“Ooh, dia masih tidur.” sela orang diseberang sana, “Telepon lagi nanti agak siangan ya, kami lelah… tut… tut… tuutt…”

A-pa?!

Itachi lekas mengambil ponselnya dari tangan Konan. Onyx-nya menatap tajam, “Apa yang kau lakukan?!” bentaknya, terdengar marah.

Konan malah terkekeh, “Apa? Hanya membantumu menjawab telepon. Kita memang masih lelah kan~… uhm?”

“Tch,” Itachi mengotak-atik ponselnya, hendak menelepon balik Sakura. Tapi akhirnya dia urungkan. Mungkin tak akan berguna.

“Jadi kau sudah punya pacar baru sekarang?” tanya Konan, yang dibalas Itachi hanya dengan deathglare onyx-nya.

“Kau… jangan berbuat macam-macam padanya!” ancam Itachi. Mengkhawatirkan Sakura karena dia tahu gadis―ah tidak, wanita seperti apa Konan itu.

“Hahaha~ yah, tenang saja. Kau pikir aku peduli? Terserah kau mau pacaran dengan siapapun juga. Ternyata kita berdua sama saja ya?” Konan terkikik, dia beringsut dari ranjang dan dipeluknya lelaki Uchiha itu dari belakang. “Karena aku tahu kau hanya mencintaiku. Ya, hanya akulah kekasihmu satu-satunya, Itachi…”

Konan Cosplay

.

.

.

.

End of flashback~

.

.

.

.

.

.

“Entah itu disebut cinta atau apa. Aku sendiri kadang heran, kakakmu yang hebat bisa begitu dibodohi seorang gadis. Sudah dikhianati, dicampakan, dimanfaatkan, tetap saja, seolah telah tersihir oleh sesuatu, kakakmu pasti akan kembali padanya. Yah, tapi pada dasarnya Itachi memang orang yang baik sih. Mungkin dia merasa tak tega atau apa, aku sendiri tak mengerti.”

Ggrrr

Sesuatu dalam hati Sasuke kian bergejolak. Mendengar cerita Kisame soal kekasih kakaknya itu buat dia merasa geram. Kurang ajar. Tak tahu diri. Rasanya banyak sekali makian yang ingin Sasuke lontarkan pada gadis sialan itu. Itachi sangat mencintai gadis itu, tapi sang gadis malah mengkhianatinya, berselingkuh dengan teman Itachi sendiri. Tahu seperti itupun Itachi masih saja menerimanya. Apa kakaknya sungguh sebodoh itu? Atau cinta sungguh membutakan dirinya? Pesona apa yang dimiliki gadis itu sampai buat kakaknya begini?

Sasuke ingat di suatu waktu saat kakaknya yang sekarat masih terbaring sakit.

“Ma―aaaff… Sa-ku-raaa―…” dengan terbata, Itachi yang sudah tak mampu lagi bicara masih berusaha mengucapkan kalimat itu.

Maaf?! Untuk apa? Harusnya gadis itu yang meminta maaf dan bertekuk lutut padamu kak…’, geram Sasuke. Dalam rahang yang mengeras giginya gemerutuk. Kedua tangan itu terkepal. Pikirannya dipenuhi sosok gadis berambut merah muda yang tersenyum bahagia bersama sang kakak. Senyum bahagia? Tch, pastinya hanya kepalsuan. Dia hanya berikan penderitaan pada kakak tercintanya.

“Terima kasih informasinya. Permisi.” pamit Sasuke.

“Yo, masama.” balas Kisame, sejenak memerhatikan punggung si Uchiha bungsu yang berlalu pergi dari tempat itu tampak lesu. “Kasihan. Adikmu sangat berduka, Itachi…” gumamnya.

Berduka. Lebih tepatnya sakit hati. Tak terima kakaknya diperlakukan seperti itu oleh seorang gadis tak tahu diri.

“Awas kau, Sakura…” desis Sasuke, “Tak akan kubiarkan…”

Jdug

Di pintu keluar klub, tak sengaja bahu Sasuke bertabrakan dengan seseorang. Keduanya hanya saling melirik. Kelamnya onyx dan sapphire bersiborok. Bocah Uchiha itu berlalu bergitu saja, tak perhatikan wanita cantik berambut indigo barusan yang mengumpat kesal tak terima diperlakukan kasar barusan.

“Huh, dasar anak muda jaman sekarang. Sok kegantengan, gak tahu sopan santun!”

“Ah,” Kisame tersentak, melihat wanita itu perlahan mendekati meja barnya. “Konan?! Sayang sekali, baru saja orangnya pergi.”

“Apa?! Siapa?!” sinis wanita itu.

“Adiknya Itachi. Tadi dia menanyakanmu.”

“Oh ya?!” Konan menoleh, sebentar mengedarkan pandangannya kesekeliling. “Apa urusannya denganku…”

.

.

.

=0=0=0=0=0=0=

TBC… Next to Chapter 3

=0=0=0=0=0=0=

Sasuke-anger


A/N:

Yatta~ (^o^)/ akhirnya updet juga, fufufu~ setelah lebih dari 3 bulan fic ini hiatus.

Hahaha~ sepertinya cerita ini jadi aneh dan GaJe ya. Untuk sekarang SasuSaku masih belum muncul, baru chapter depan dan mungkin masih akan ada beberapa flashback lagi. Gak tau apa feel-nya dapet dan jalan ceritanya bisa dimengerti atau tidak *beneran alur GaJe cerita semua gue nih* Terus terang saya agak kesulitan buatnya coz lupa lagi konsep awal fic ini mau saya buat jadi apa (=_=”)a #parah

Makasih banget nih buat yang udah baca, komen dan menantikan updet-nya PRECIOUS setelah sekian lama. Maaf klo ternyata gak bisa updet kilat waktu itu dan jadinya sekarang setelah updet pun malah mengecewakan readers sekalian, hh~ m(_ _)m

Err, tapi klo masih penasaran sama lanjutannya, tunggu aja updetnya chapter 3: EMOTION nanti ya~

(^-^)/ See you―…

Special Thanks to:

Sslove’yumiki, Sarah Zakila, Judy Maxwell, Raditiya, chii, Jile Sing, Marshanti Lisbania Gratia, qori, zoggakyu, Nadya Harvard, Cindy Oktaviani, miyunyun, Itha, nurjanah, Sandra Pangestu, Eguchi Kimizaky, Rei-reixki-ki, Syarifaturahma Rarachan Fara

and

All of You Silent Readers

.

.

.

(^-^) Berkenan Komen? (^-^)/


Next to PRECIUOS Chapter 3 : EMOTION

Terjerat dalam jalinan hubungan takdir cinta yang rumit.

Apa mereka saling membalas perasaan masing-masing. Siapa yang mencintai siapa. Siapa yang dicintai siapa?

Siapa yang melukai siapa. Siapa yang dilukai siapa. Siapa yang terluka. Siapa yang menyimpan luka?

Meskipun begitu…

Ada derita, sakit dan air mata, dirinya tetap bahagia.

Karena orang itu begitu berharga.

34 Comments

Leave a Reply

4 Pings & Trackbacks

  1. Pingback:

  2. Pingback:

  3. Pingback:

  4. Pingback:

Leave a Reply to FuRaha Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *