MY YAKUZA GIRL : Chapter 1

Entah kenapa aku melakukan hal gila seperti ini. Dia bukan siapa-siapa. Tak punya urusan apapun. Tak ada hubungannya. Harusnya bisa saja kuabaikan, tapi―sambil berlari, aku menoleh sebentar kearahnya. Melihat wajah itu, jemari tangan kami yang saling bertautan dalam satu genggaman, ketika dia menatapku, aku rasa, aku tak bisa melepaskannya.

Untuk pertama kali dalam hidupku aku jatuh cinta pada seorang gadis. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku nyatakan perasaanku dengan sungguh-sungguh. Dan untuk pertama kalinya pula dalam hidupku, aku ditolak?! Demi apa…/”Apa kau tak sadar juga, putra bungsu Kepala Inspektur Kepolisian Konoha? Karena kau Uchiha, karena aku Haruno. Kita di pihak berbeda.”

=0=0=0=0=0=

MY YAKUZA GIRL

SasuSaku-Mafia

Sasuke Uchiha x Sakura Haruno

NARUTO © MASASHI KISHIMOTO

Story © FuRaHEART

Rate: M
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Length:   4.429 words
WARNING: AU, OOC (always), typo, humor gagal, alur GaJe cerita se-mau-gue.

DLDR

~Happy Reading~

.

.

.


Pagi-pagi sudah mematut diri di depan cermin. Sambil mengikatkan dasi di leher, aku telisik setiap sudut penampilanku. Tampang? OK. Jangan tanya seberapa tampannya diriku, dengan garis wajah tegas, kulit putih, hidung mancung, mata onyx kelam lengkap dengan tatapan menghanyutkan. Senyum di bibir? Ah tanpa itu pun, asal kau tahu, bahkan hanya dengan sedikit sunggingan samar bibirku saja aku sudah mampu menarik banyak gadis sampai tergila-gila padaku. Lalu rambut raven ini, sekarang masih sedikit berantakan usai dikeringkan setelah mandi tadi, tapi sebentar lagi―dengan santai kuambil beberapa colek gel rambut dan langsung menatanya seperti biasa―Khasku, emo style. Setelah selesai, kuperhatikan kembali penampilanku, tak diragukan lagi aku memang keren.

*wink

Sasuke Uchiha RTN Cosplay

“Sasuke!” teriak baka aniki-ku dari luar, “Cepat sedikit dong, nanti telat lagi. Mau pergi bareng gak? Atau aku tinggal nih sekarang!”

“Iya, iya, ini juga mau. Cerewet banget sih!” balasku sambil bergegas keluar kamar, menenteng tas ranselku.

“Ckckckck~…” Itachi-nii geleng-geleng kepala, pandangannya sejenak menelusuriku dari bawah hingga atas. Melihat sudut bibirnya yang kini terangkat bikin aku punya firasat, mulai lagi nih orang pasti mau meledekku. “Pantas saja lama, dandan dulu heh, Sasuke?”

What?!… Aku langsung sweatdrop.

“Gaya banget sih, padahal cuma buat pergi ke sekolah.” lanjutnya dengan nada usil.

“Heh, kak, terserah deh. Perasaan biasa saja. Memang gayaku kan gini.” gerutuku sebal, “Daripada kakak tuh yang gak pernah urus diri. Jarang cuci muka sampai kayak udah keriputan gitu. Panjangin rambut tapi gak suka keramas sampai banyak kutu dan ketombe…”

“Eh eh eh, nih anak berani melawan.” Itachi sudah kepalkan tangannya siap-siap buat jitak, tapi…

“SASU-TACHI!” teriak Kaa-san datang menyela menghentikan pertengkaran kami. “Kalian masih belum berangkat juga? Ya ampun, sudah jam setengah tujuh lebih lho, nanti telat lagi. Sudah sana cepet pergi!”

“Aaaa―iya Kaa-san, kami pergi sekarang.” pamit Itachi.

Aku lekas sambar helm full-face di atas meja dan menyusul kakakku itu menuju garasi. Itachi tarik retsleting jaket kulitnya dan langsung menunggangi motor sport Ducati merah kebanggaannya. Lewat kaca helm yang masih terbuka, onyx miliknya berputar melirikku, mengisyaratkanku untuk segera naik di boncengan. Dengan langkah malas kuturuti. Tch, inilah sebabnya aku agak malas berangkat sekolah bersama kakakku. Sekalian lewat dia pergi kuliah, sekalian dia antar aku. I’m just 16th years old. Lihat saja nanti, tahun depan setelah cukup umur, saat dapat SIM akan kukendarai motorku sendiri.

“KYAAAAA… SASUKE-KUUUUNNNN!” teriak para fansgirl-ku begitu aku sampai di sekolah. Mereka langsung pada gila mengikutiku dari belakang. Tapi tentu saja tak ada yang berani mendekat. Dengan tampang datar andalanku aku tak pedulikan mereka sedikitpun. Bahkan pada tatapan lope-lope itu.

Berisik. Rasanya ingin kusumpal mulut mereka semua kalau bisa. Aku tahu aku memang tampan, keren, populer, makanya banyak yang suka. Lihatkan, hari ini saja, di hari pertama aku masuk sekolah SMA Konoha, aku sudah punya banyak fans. Tapi aku yakin, mereka semua hanya menyukai penampilan luarku saja.

“Namaku Uchiha Sasuke, aku dari SMP 1 Chunin.”

“Kyaaaa… keren. Sasuke keren. Keren banget deh Sasuke!”

Ya ampun, baru saja aku memperkenalkan diri di depan kelas, gadis-gadis itu histeris lagi.

“Iya, keren. Cakep. TOP banget deh. Lihat gak wajahnya Sasuke yang so cool, stoic, serem-serem tapi keren gimana gitu. Kyaaaa…”

“Sudah. Sudah. Jangan ribut. Kita lanjutkan perkenalan siswa lainnya.” Kakashi-sensei, wali kelas kami coba menenangkan.

“Eh, Pak, tunggu dulu dong Pak. Kita kan belum kenalan sama Sasuke!” protes mereka.

“Sasuke hobimu apa?”

“Rumah kamu dimana?”

“Sasu, Sasuke minta nomor HP dong!”

“PIN BB?!”

Add Facebook aku!”

Follback twitter aku yaaaa~…”

Tch, omongan mereka semua malah membuatku merinding. Aku putar onyx-ku, menatap bosan. Aku jengah dengan semua ini. Selalu saja sama. Semua gadis yang pernah kutemui semuanya sama saja. Apa tak ada satu saja yang berbeda?

Sreg

Pintu kelas tiba-tiba terbuka dengan kasar. Suasana mendadak hening, perhatian semua orang teralih pada sesosok manusia yang baru saja muncul. Melihat kedatangannya yang tak terduga wajar orang-orang terlihat terkejut. Tapi aku heran, mengapa banyak dari teman sekelasku kini yang juga mendadak berubah pucat, berbisik-bisik tak jelas seperti sedang membicarakan orang asing itu. Ya, seorang gadis yang menurutku aneh. Dandanannya itu lho, slengean. Baju seragam tak rapih dengan lengan kemeja di gulung sekenanya. Lalu rambutnya, serius, warnanya pink?

Sakura haruno

“Maaf aku terlambat.” ucap gadis itu sok cuek.

“Oh, kau…” Kakashi-sensei tampak memeriksa daftar hadir.

“Haruno Sakura.” lanjut gadis itu, memperkenalkan dirinya sendiri. Dia tolehkan kepalanya, mengedarkan pandangan iris hijau itu kesekeliling. “Salam kenal, semuanya.” Tak ada yang merespon balik ucapannya. Kuperhatikan beberapa siswa malah memilih menghindar dan menundukkan pandangan. “Boleh aku masuk, sensei?” tanya Sakura.

“Iya, silakan. Tempat dudukmu…”

Tak menunggu perintah, gadis itu langsung melengos sendiri. Mengincar bangku bagian belakang. Dirasa dia dapatkan spot yang cocok. Dengan cuek―plus kurang ajarnya―tak peduli sudah ada sebuah tas yang tersimpan diatas meja itu, dia cepat singkirkan dan memilih duduk santai di bangku itu.

BANGKUKU?!

“Err, iya, Uchiha-san silakan kembali ke tempatmu.” ucap Kakashi disertai helaan nafas panjang. Entah apa maksudnya, tapi sepertinya guruku itu tahu kalau suasana hatiku kini sedang tak baik. “Mengalah saja, jangan berurusan dengannya.” bisik Kakashi dari balik masker-nya mewanti-wantiku.

Apa maksud ucapannya?! Rasanya dalam hatiku mendadak jadi kesal. Memang siapa si Haruno itu?!

Sementara perkenalan siswa lainnya dilanjutkan. Sambil berjalan kembali ke tempatku, tak kulepaskan tatapan tajamku pada si pinky yang sedang menikmati pemandangan di luar jendela kelas.

“Heh,” desisku, nekat menyapanya. Merasa terpanggil, masih menumpukan wajah cantiknya pada sebelah tangan―ehm, iya jujur saja kukatakan dia punya sedikit tampang manis―dia menoleh padaku. “Itu bangkuku. Kau bisa cari tempat lain, kan?”

Bibir tipis berpoleskan lipgloss natural itu sedikit tersungging. Beberapa detik aku menunggu dan itu saja responnya?! Argh, dalam hati rasanya aku makin dongkol. Kukira dia akan langsung menyingkir mengikuti perintahku. Benar-benar gadis ini rasanya ingin aku…

“Kenapa bukan kau saja yang pergi?” balasnya, justru mengusirku, “Aku ingin duduk di sini, jadi ini tempatku. Kau menyingkir saja, baka!”

Brakk

Refleks aku gebrak mejanya, saking tak bisa lagi menahan diri. “Sialan! Jangan kurang ajar ya…”

Brakk

Gadis itu ikut berdiri dan menggebrak meja, “Apa maumu, heh, pantat ayam?! Berani menantangku?!”

“Dasar jidat, kau pikir aku takut!” aku balik menantangnya, tanpa sadar kucengkeram leher kemeja baju seragam Sakura. Dan Sakura pun tak kalah erat mencengkeram pergelangan tanganku. Tenaganya lumayan juga untuk ukuran seorang gadis.

“Uchiha-san!” teriak Kakashi-sensei, “Sudah cukup.” Beliau menghampiri kami, memandangku dan Sakura bergantian, kemudian menghela nafas lagi. “Bangku di setiap kelas sudah di pas. Tak ada tempat lain, sementara ini kau duduk saja di sebelah Haruno sampai homeroom minggu depan, kita adakan pergantian tempat duduk, mengerti?”

“Tch,” aku berdesis kesal sambil memalingkan wajahku dan melepaskan Sakura. Sebenarnya aku masih ingin protes atas keputusan tak adil ini, tapi rasanya malas juga kalau nanti malah jadi masalah. Akhirnya kuambil tas ranselku yang terkapar di lantai usai dilempar gadis rese itu tadi dan menghempaskannya dengan kasar ke atas meja di sampingnya. Onyx masih bersiborok dengan emerald, dan hei! Baru kali ini ada yang berani balas men-deathglare sampai tak berkedip begitu padaku. Sialan!

“Nah, bagus.” Kakashi-sensei menepuk bahu kami berdua. Matanya sedikit menyipit, sepertinya dia tersenyum senang dibalik masker-nya itu. “Memang lebih baik kalau semuanya bisa akrab kan?” lanjut guru itu, kemudian kembali berjalan ke depan kelas. “Ok anak-anak, kita lanjutkan lagi. Sampai mana tadi…”

Argh, aku sudah tak bisa mengikuti kegiatan membosankan di hari pertamaku masuk sekolah. Kulipat kedua tanganku didada seraya bersender pada bangku. Lewat sudut mataku pun lihat gadis disebelahku mengikuti gerakan yang sama. Beberapa siswa lainnya tampak sesekali curi-curi pandang ke arah kami. Yang lelaki entah bergumam apa, sedang para gadis sepertinya sedikit iri dan kesal pada Sakura yang jadi satu-satunya siswi yang berada dalam radius terdekat dariku.

“Apa lihat-lihat, heh?!” sinis Sakura.

Mereka gelagapan dan langsung menghindar. Aku menoleh pada gadis kurang ajar itu.

“Kau juga!” sewotnya padaku, “Sebaiknya menyingkir sana, jangan coba menantangku kalau kau tak ingin kena masalah.”

“Hn?” ─sok jago juga nih orang? pikirku tak percaya.

“Ck, memuakkan. Makin banyak orang menyebalkan yang kutemui. Disini juga sama aja…”

Aku mengernyit tak mengerti mendengar gumamannya. Sekali lagi kulirik teman sebangkuku itu. Meski hatiku merasa kesal padanya, namun kini ada sedikit rasa penasaran soal dia. Haruno Sakura, siapa kau sebenarnya?!

“APAAAAAA, SERIUSAN Teme?!”

Satu lagi orang yang membuatku dongkol dan rasanya ingin melesatkan satu tonjokan maut ke wajah rubahnya adalah Uzumaki Naruto, sahabat baikku yang dengan sikap berlebihannya menanggapi ceritaku soal si gadis musim semi.

“Sakura? Asli namanya Haruno Sakura?” Dobe berkali-kali menanyakan pertanyaan yang sama. “Cewek cantik rambutnya pink? Benar yang itu? Kau satu kelas dengannya? Sebangku? Buset dah Temeeee~… nasibmu, ckckck~”

“Hn.” Bosan menjawab, responku juga sama saja. “Kenapa memangnya, kau kenal siapa dia?”

Naruto nyengir, sambil garuk-garuk belakang kepala yang sepertinya gatal. “Err, gimana ya, dibilang kenal sih, gak kenal sebenernya. Ya ampun, masa sih kau tak tahu soal dia, Teme?”

Dahiku mengernyit. Sumpah, aku tak tahu dan tak mengerti apapun soal Haruno Sakura itu sedikitpun. Dan melihat respon Naruto sampai seperti ini rasanya makin penasaran. Apa si pinky itu sebenarnya orang terkenal. Kok aku tak tahu. Dia artis atau apa?

Sobat blonde-ku itu tiba-tiba merangkul bahuku sok akrab, “Dengar ya Teme, aku hanya akan memperingatkanmu saja kalau Sakura itu bukan gadis biasa. Kau sebaiknya menjaga sikapmu padanya. Jangan berani macam-macam. Lalu kalau sampai kau berurusan dengannya, lebih baik kau mengalah saja, kabur kalau perlu sekalian.”

Onyx-ku cepat berputar, memandang tajam blue sapphire itu tak percaya.”Hah, yang benar saja, memang dia itu siapa? Penting apa, sampai harus aku perlakukan dia sespesial itu? Idih, menyebalkan…”

“Eh eh, masih mending daripada malah nanti kau bisa mati.”

“Mati?”

Naruto mengangguk, wajahnya berubah serius. Safir itu menatap gelisah saat melirik ke kiri dan kanan, seakan tengah memastikan situasi di sekitar kami aman. Kemudian setengah memaksa dia tarik sebelah telingaku, minta berbisik untuk ucapkan sesuatu…

“Sakura itu anak yakuza, penerus tunggal dari clan Haruno.”

Ekh?!

sakura haruno cool cosplay

Yakuza adalah sindikat kejahatan terorganisir. Mereka menjalankan bisnis ilegal yang tersebar di berbagai bidang usaha berbeda, seperti perjudian, perdagangan narkoba, prostitusi, pronografi, pemerasan, hingga penyelundupan senjata. Saat ini memang sudah jaman modern, jumlah anggota yakuza pun semakin menurun dikarenakan salah satu faktor penyebabnya adalah adanya perlawanan dari masyarakat yang mengenyahkan yakuza dari lingkungan mereka. Tapi tetap ada beberapa organisasi yang masih tersisa dan berdiri memegang peranannya. Salah satunya adalah Haruno. Dan Sakura, gadis itu putri tunggal Haruno Kizashi, pemimpin tertinggi organisasi saat ini. Begitulah kabar yang kudengar. Bisa dibayangkan seperti apa kehidupannya?

Pantas saja beberapa kali aku pernah melihatnya terlibat masalah. Paling parah adalah perkelahian. Berawal dari bully para senior cewek yang entah karena urusan apa memanggilnya. Sok berkata bijak, menuduh Sakura blagu dan bersikap tak sopan, dia digencet habis-habisan. Siapa sangka kalau ternyata gadis musim semi itu menguasai ilmu bela dengan mudah mengalahkan 5-8 orang gadis yang berencana mengeroyokinya.

Dia memang masih kelas satu. Seorang gadis pula. Tapi senior bahkan para kaum adam di sekolah pun seakan tunduk pada keberadaannya. Demi apa, baru kali ini aku temui orang yang bisa kalahkan pamorku di sekolah. Semenjak TK-SD-SMP aku selalu jadi orang paling populer, eh, masuk Konoha ini malah disebut si nomor dua. Ok, abaikan. Status itu mungkin tak penting.

Tiga orang pria dewasa berbadan besar dan berpenampilan sangar pontang panting di depan gerbang sekolah. Bikin beberapa siswa yang melihat dan berada di sekitarnya tampak tak nyaman bahkan sampai ada yang ketakutan. Mungkin awalnya pemandangan seperti itu terlihat mengerikan dan tak lazim di lingkungan pelajar seperti ini, tapi keberadaan mereka juga bukan tanpa alasan. Apa lagi kalau bukan karena gadis itu. Haruno Sakura turun dari mobil jemputannya dan dikawal para bodyguard.

Dari luar orang melihat dia mungkin tampak hebat. Meski tahu latar belakang keluarga Haruno sebagai yakuza punya reputasi buruk, tapi mereka tetap punya kedudukan di masyarakat. Dan bukankah preman selalu punya peranan penting dalam kehidupan? Itulah sebabnya tak ada yang berani mengusiknya. Gadis musim semi itu adalah bunga sakura yang tumbuh sebagai ‘bara‘, mawar yang memiliki duri untuk melindungi diri. Walau sebenarnya, aku yakin, dia jengah akan kehidupan normalnya ini.

Kami berdua memang tak cukup akrab. Malah terkadang berselisih, walau tak pernah benar-benar sampai berkelahi. Tapi selama sebulan terakhir ini dia menjadi orang yang duduk di sampingku di kelas, mau tak mau kehadirannya tak luput dari perhatianku. Bagaimana teman-teman kami memperlakukannya. Lain denganku yang tak peduli siapa dia dan terkadang balas melawan, banyak dari teman-teman kami lainnya bermuka dua. Kadang mereka sungkan, tersenyum di depan, tapi membicarakan di belakang.

Sakura tahu, dia menyadarinya, tapi berusaha menutup mata dan telinga. Tak hanya para siswa, guru-guru pun memperlakukannya sama. Memasang topeng ramah, tapi menyimpan senyum dan tatapan benci padanya. Kurasa itulah yang buat Sakura memilih jalan sendirian dan bersikap cuek, tak peduli pada hal di sekitarnya. Seperti di tengah pelajaran, kala merasa bosan, gadis itu tanpa permisi memilih keluar kelas dan bolos seharian. Atau meninggalkan kertas ujian dengan jawaban kosong melompong dan sama sekali tak kena tegur guru bahkan hukuman remedial. Perlakuan khusus? Mungkin saja. Tapi yang kulihat, gadis itu hanya sedang coba berontak.

Langkah kakiku bergema di sepanjang lorong kelas yang kosong. Sore hari setelah jam pelajaran selesai, banyak siswa telah pulang. Aku kembali sebentar untuk mengambil bukuku yang tertinggal di kelas. Kupikir sudah tak ada siapapun begitu aku membuka pintu, namun kudapati dia ada di sana. Sendirian. Gadis yang sejak siang tak tampak keberadaannya, tahu-tahu muncul di kelas dalam keadaan tertidur lelap diatas lipatan tangan pada meja.

Saat aku mendekati bangkuku, langkahku sejenak terhenti. Entah kenapa aku terpana melihatnya. Pemandangan itu terlihat istimewa. Di bawah pantulan bayangan hangatnya cahaya matahari, berlatar jendela berkilauan, sementara di luar sisa-sisa kelopak bunga sakura berguguran, terbang terbawa angin. Semilir kesejukannya berhembus lewat celah-celah jendela yang terbuka, memainkan anak-anak rambut merah muda itu. Tanpa sadar tanganku bergerak sendiri, menyingkirkan secara perlahan helaiannya yang menutupi wajah.

Cantik, bisa-bisanya gadis lancang ini punya ekspresi tenang bak malaikat begini. Aku teringat selintas kejadian kemarin lusa, saat dia memakiku dan hampir terkena lesatan shanaroo―tinju khas andalannya hanya karena aku tak sengaja melempar bola basket mengenai jidat lebarnya. Sifatnya itu benar-benar bertolak belakang dengan sekarang. Baru pertama kali aku melihatnya, ternyata wajah seorang perempuan yang tertidur bisa secantik ini.

Kusentuh dan belai pipinya, sampai pada ujung bibir itu. Halus dan lembut. Pandanganku tak bisa lepas. Entah ada dorongan darimana, karena apa, aku benar-benar telah terpesona. Perlahan tapi pasti, aku kian mendekatinya. Sampai-sampai rasanya aku ingin…

“Hmhh…”

Lenguhan itu menyadarkanku. Kubuka mataku yang barusan terpejam, mendapati kenyataan kalau hidungku nyaris bersinggungan dengan hidungnya. Bibirku nyaris menempel di bibirnya. Lekas aku menarik diriku jauh, dengan degup jantung berpacu dua kali lipat. Tegang bercampur malu, dan sialnya aku malah membeku ketika Sakura akhirnya terbangun.

“Hoaaaammm…” gadis itu menguap lebar, sembari meregangkan otot-otot badannya. Emerald masih menyipit, mengedarkan pandangan kesekitar dan sontak terbelalak saat kami akhirnya bersiborok. “Eh, kau… Sasuke, apa yang kau lakukan di sini?”

Deg

Ditanya seperti itu makin buatku gugup. Apa yang kulakukan? Apa mesti kujawab dengan jujur kalau aku hendak mencuri ciumannya barusan. “Ehm, kau… kau sendiri tuh yang sedang apa di sini?” dengan tololnya aku malah balik tanya. Terserah deh. Stay cool, Sasuke!, yakinku dalam hati. “Aku kembali lagi ke kelas karena bukuku ketinggalan. Eh, tahunya malah nemu buronan tepar di sini.”

“Buronan? Mereka mencariku?” Sakura mendadak panik, dengan tegang dia pasang sikap waspada.

“Hoi, tenang. Aku bercanda, tak ada yang mencarimu kok, aku rasa…”

Sakura sambar sebelah tanganku, dia menatapku lekat-lekat. “Serius?”

“Hn.” Aku menggangguk. “Memang kenapa? Jadi aslinya kau memang lagi buron sekarang?”

“Tidak. Itu… aku hanya sedang kabur saja sekarang.”

“Hn?” Aku miringkan sedikit kepalaku. Kuperhatikan wajah Sakura tampak serius. Sepertinya dia memang sedang melarikan diri dari sesuatu. “Kabur dari apa?” tanyaku, mendadak kepo.

Dia angkat pandangannya yang semula tertunduk. Kurasakan tanganku yang masih dicengkeramnya kian mengerat. Bibir itu sedikit terbuka, nampak ingin ucapkan sesuatu. ” Sasuke, aku…”

Ojou-sama!”

Seruan itu menyela kami. Mengagetkan sekaligus bikin jantung serasa mau copot. Tapi buatku bukan cuma karena itu. Melainkan Sakura, dia tiba-tiba saja berhambur memelukku. Menenggelamkan kepalanya diatas dadaku. Seakan bersembunyi, mencari perlindungan. Aku sedikit menoleh kebelakang, lewat sudut mata aku lihat ada dua orang asing berdiri di pintu kelas. Mengenali salah satunya adalah pengawal pribadi Sakura, aku jadi sedikit mengerti situasinya.

Ojou-sama!” panggil mereka, menelisik memerhatikan kami dengan curiga. Sementara blazer-ku kian dicengkeram erat tangan gadis itu. “Nona Sakura?” tanya mereka sekali lagi.

Bagaimana ini, untuk sesaat aku bingung menghadapinya. Melepaskan Sakura dan menyerahkannya pada mereka, atau…

Grep

Balas kupeluk saja gadis itu erat-erat. Kukumpulkan helaian rambut merah mudanya, merapihkannya dan makin menyembunyikannya. Berharap ciri-ciri uniknya tak terlihat dari belakang punggungku yang lebar. Kami terdiam. Walau jantungku dan jantungnya, aku rasakan saling berpacu cepat. Kami berdua sama-sama tegang. Semoga mereka tak curiga dan melihat kami bersikap wajar layaknya sepasang kekasih yang sedang pacaran.

“Cih, dasar anak muda. Ayo cari ke tempat lain…” kata salah satu dari mereka.

Tap tap tap…

Suara langkah kaki itu kian menjauh, tapi selama beberapa menit kami masih dalam posisi seperti ini. Sampai akhirnya perlahan aku kendurkan dekapanku setelah memastikan situasi aman dan mereka benar-benar pergi. Sakura menghela nafas panjang dan menghempaskan diri duduk kembali ke bangkunya.

“Huff, untung selamat. Hampir saja ketahuan. Tak kusangka mereka akan nekat masuk sampai kelas.”

“Heh, ada apa ini, mereka bodyguard–mu kan, kenapa kabur?” tanyaku penasaran.

Sebelah alis Sakura terangkat saat melihatku, bukannya menjawab pertanyaan atau memberi penjelasan, gadis itu malah terkekeh sesaat seakan ada sesuatu yang lucu. Padahal situasi barusan cukup menegangkan bukan?

Sankyu~…” ucap Sakura―hanya itu―sambil menepuk sebelah bahuku. Dia tersenyum samar sebelum melenggangkan jenjang kakinya pergi meninggalkanku begitu saja.

Ish, kenapa sih dengannya? Aku benar-benar tak mengerti dengan kelakuannya. Barusan rasanya aku seperti sudah dimanfaatkan tanpa alasan. Yah, terserah. Aku juga tak mau repot-repot memikirkan atau terlibat lebih jauh didalamnya.

Kembali pada urusanku semula. Setelah mengambil bukuku yang tertinggal di kolong meja, aku pun segera pergi. Tapi baru juga keluar dari kelas, gadis musim semi itu kembali lagi berlari menghampiriku.

Dia tetap tak bicara, tepatnya tak sempat jelaskan. Tapi melihat wajah panik itu, gema derap langkah suara yang terdengar samar dari ujung lorong, lewat tatapan emeraldnya, seolah aku mengerti apa yang terjadi, langsung saja kutarik sebelah tangannya dan membawa gadis itu pergi bersamaku. Kami berdua melarikan diri, kabur dari sesuatu yang tak aku ketahui.

Entah kenapa aku melakukan hal gila seperti ini. Dia bukan siapa-siapa. Tak punya urusan apapun. Tak ada hubungannya. Harusnya bisa saja kuabaikan, tapi―sambil berlari, aku menoleh sebentar kearahnya. Melihat wajah itu, jemari tangan kami yang saling bertautan dalam satu genggaman, ketika dia menatapku, aku rasa, aku tak bisa melepaskannya.

Sasusaku-walking together

“Wah, indahnya!” seru Sakura riang. Cepat-cepat gadis itu berlari menuruni bukit tepi sungai. Bagai anak kecil yang baru pertama kali bermain air, dia begitu bergembira menciprat-cipratkan beningnya air sungai itu. Tak menunggu lama, dia putuskan melepas sepatu pantopelnya dan terjun langsung membenamkan kedua jenjang kakinya tenggelam hingga sebatas betis.

“Awas licin!” teriakku memperingatkannya, ketika dengan ceroboh hampir saja dia terpeleset saat mencoba berjalan ke tengah aliran tenang sungai dangkal itu.

“Sasuke, ayo cepat sini, kita main sama-sama!”

Aku hanya menggelengkan kepala, menolak ajakannya. Memilih tetap di pinggir sungai dan mencari posisi enak, duduk di atas rerumputan di bawah pohon besar yang tumbuh disini. Bingung hendak melakukan apa, sejenak berkeliling mengedarkan pandangan, akhirnya perhatianku tertuju hanya pada si gadis berisik yang sedang asyik bermain air.

Kekanak-kanakan. Sungguh aku tak menyangka bisa melihat dia bertingkah manis seperti itu selain yang kutahu sehari-hari Sakura selalu memasang tampang sangar, sok belagu dan kasar. Hari ini sungguh aneh. Aku merasa begitu dekat dengan Sakura. Kami benar-benar mengobrol normal dan bukan pertengkaran. Aku sendiri tak mengerti mengapa aku putuskan membawanya kemari. Dia bilang dia sedang melarikan diri.

“Aku lelah, Sasuke. Aku benci dengan hidupku yang terkekang ini. Aku ingin punya kehidupan normal layaknya remaja biasa sepertimu. Main bebas bersama teman. Tak ada beban yang mesti aku tanggung. Tak usah pandang siapa itu Haruno. Cukup melihatku seorang sebagai Sakura, tapi kenapa tak bisa?” cerita Sakura.

Menjadi seorang putri apalagi penerus klan yakuza mungkin bukan sesuatu yang menyenangkan. Zaman sudah berubah. Tahu seperti apa bisnis keluarga yang dijalaninya begitu lekat dengan kejahatan. Dia memang tak ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi satu hal yang aku pahami, gadis itu merasa sesak dan butuh ruang untuk bernafas. Dan melihatnya kini mampu tersenyum lepas dengan ceria, bagai burung yang terbang bebas keluar dari sangkar.

“Aah, senangnya. Aku tak pernah tahu ada tempat seindah ini di sekitar sini.” ucap Sakura yang sudah menepi kembali naik ke pinggir sungai dan menghampiriku. “Keren. Airnya bening lho, sampai-sampai aku bisa melihat ikan-ikan kecil yang berenang melewati kakiku tadi. Terimakasih ya Sasuke, kau sudah mengajakku kemari.”

“Hn.” Aku menggangguk pelan. Melihatnya bahagia, entah kenapa aku juga merasa lega. “Ini tempat rahasiaku bersama kakak. Saat liburan kami suka pergi mancing disini. Tapi itu sudah lama berlalu. Belakangan ini kami jarang kemari sejak si baka aniki itu sibuk kuliah.”

“Hmm, begitu ya. Jadi sekarang ini tempat rahasia kita berdua dong?” cengir Sakura.

“Hn?”

Bruuk

Sakura hempaskan tubuhnya berbaring diatas rerumputan. Sementara emerald itu terpejam, dia tarik nafasnya panjang-panjang menghirup sejuknya angin sore yang berhembus. Aku rebahkan juga tubuhku tiduran di sampingnya. Tak sengaja tanganku bersinggungan dengan tangan Sakura. Normalnya kami pasti akan saling menarik diri untuk menjauh. Tapi keinginan itu sama sekali tak ada. Hanya lewat setipis kulit yang bersentuhan namun rasanya seperti ada sesuatu yang besar menyelubungi seluruh tubuhku. Perasaan apa ini?

Hening sejenak. Selama beberapa menit kami terdiam. Sementara aku melamun mencari jawaban, kutatap jauhnya langit senja di atas sana dan menyadari betapa luasnya dunia ini terlihat. Tapi disini, hanya ada kami. Aku dan dia.

Sasusaku-cosplay

“Sasuke,” panggil Sakura. Aku menoleh. Kulihat gadis musim semi itu tersenyum. “Arigatou…” ucapnya pelan. Kurasakan tanganku disentuhnya.

“Hn.” Aku tarik sudut bibirku juga, membentuk satu senyuman. “Kau sudah katakan itu tadi.” kataku, dengan tangan balas menggenggam tangannya.

Terdiam lagi. Onyx dan emerald bertatapan, seakan telah terperangkap oleh pesona masing-masing. Degup jantung ini menggila saat insting bertindak. Ketika kami sama-sama inginkan lebih mendekat. Sampai akhirnya putuskan untuk menghapus jarak yang ada. Bersatu lewat sentuhan bibir yang kini saling memangut bersama.

“Ah, lancang! Apa yang kau lakukan, beraninya mencuri ciuman pertamaku.” gumam Sakura disela pangutan, mendengarnya malah membuatku terkekeh pelan.

“Tapi kau suka, kan?” balasku dan kembali mendaratkan bibirku tanpa menerima penolakan darinya.

Sasusaku-kiss-under-sakura

Jilat. Gulum. Isap. Memainkan lidah. Bertukar saliva. Menikmati rasa dan kelembutannya. Kadang kasar. Terburu-buru. Amatir. Jujur buatku juga ini yang pertama. Jadinya sekarang kami seperti sama-sama sedang mempelajarinya. Melakukan hal yang buat wajah merona dan bergairah. Romantis di bawah langit senja. Bersama dengan siapa? Kami berdua seakan lupa, tak ada hubungan khusus yang mengikat kami sampai dilihat wajar melakukannya. Tapi, aku―merasakan debaran ini―sepertinya aku sadar kalau aku…

“Sakura…” bisikku disela masih menikmati kecupannya.

“Hmm?”

“Sepertinya…”

“―hhh?”

“Aku menyukaimu.”

Emerald itu membulat. Diam sesaat, sampai…

Bugh

Tiba-tiba aku didorongnya jatuh. Sakura lekas bangkit dari posisi berbaringnya dan beringsut menjauh dariku. Aku hanya terdiam, balas menatapnya heran, tak percaya menyaksikan perubahan sikap yang berbeda 180 derajat sekarang. Syok aku diperlakukan begini. Kenapa? Padahal baru juga beberapa menit lalu hubungan kami cukup intim. Apa ada yang salah dengan apa yang kulakukan? Seingatku aku masih waras dan berhasil mengontrol diri. Menahan gejolak nafsuku dan tak berbuat hal lebih lain selain mencumbunya, walau keinginan untuk lebih banyak menyentuh gadis itu juga sempat terlintas dipikiranku, tapi tak sungguh kulakukan.

Ok, aku mesum? Wajar, namanya juga cowok. Tapi kenapa, “Sakura?”

“TIDAK!” ucapnya ketus. Gadis itu tampak panik sendiri. Dijambaknya helaian rambut merah muda itu frustasi. Dia gigiti bibir bawahnya, menyekanya berulang kali, seakan hendak menghapus segala jejak yang sudah kutinggalkan padanya. “Ini tak benar Sasuke, aku tak bisa begini…”

“Hei…” panggilku, segera bangkit dan menghampirinya. Aku tak tahu apa yang membuatnya cemas. Tapi di hatiku muncul sedikit rasa bersalah. Mungkin tanpa sadar ada sesuatu yang kulakukan tadi telah menyakitinya. “Maaf, apa aku berbuat salah? Apa aku terlalu maksamu…”

“Tidak. Tidak. Tidak.” Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya. “Bukan salahmu. Aku… Sial, aku merasa kita tak boleh begini, Sasuke…” Terburu-buru Sakura lekas mengambil tas sekolahnya dan bergegas pergi begitu saja. Bikin aku makin mengernyit tak mengerti.

Kenapa dengannya?

“Heh, Sakura!” panggilku, “Apa maksudmu?” kutahan sejenak lengannya, kembali menarik gadis itu agar berbalik menghadapku. “Tabu bagimu karena kita bahkan tak pacaran?” tebakku.

“Tidak!”

“Jangan hanya bilang tidak! Jelaskan padaku. Bicara yang benar, aku sama sekali tak mengerti!”

“Soal yang tadi… sebaiknya kita lupakan saja, Sasuke.” Sakura hempaskan cengkeraman tanganku, “Anggap tak terjadi.”

“Heh, memangnya kenapa?” Ya ampun, sudah berapa kali aku tanyakan ini. “Kita bisa mulai sekarang. Kita pacaran ya?” pintaku.

Sakura menggeleng, “Itu mustahil. Jangan berpikiran konyol begitu. Dan satu hal lagi,” Sakura sok menatapku tajam. “Buang saja rasa sukamu padaku.” Gadis itu tersenyum miris. “Gak ada kata ‘suka’, Sasuke. Kau, aku, kita tak akan pernah bisa bersama.”

Jleb

Kata-kata barusan sungguh menusuk tepat mengenai hati. Tahukah kau bagaimana sakitnya? Untuk pertama kali dalam hidupku aku jatuh cinta pada seorang gadis. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku nyatakan perasaanku dengan sungguh-sungguh. Dan untuk pertama kalinya pula dalam hidupku, aku ditolak?! Demi apa…

“Harusnya kau sadar, putra bungsu Kepala Inspektur Kepolisian Konoha. Karena kau Uchiha, karena aku Haruno. Kita di pihak berbeda.”

.

.

.

=0=0=0=0=0=0=

TBC………… NEXT TO CHAPTER 2

=0=0=0=0=0=0=

Sasusaku-distance

.

.

.


A/N:

[Update 010515] *fanfic ini saya sudah remake dengan mengganti bagian percakapan gaul jadi ga terlalu belibet lo-gue

#Pletak *Author dilempar bakiak

Apaan nih?! Fic baru lagi thor! *Reader syok

Ehehehehe~… si Author nyengir (^-^)a

Begitulah, hihihihi… (^-^)v

KYAAAAAAA! *cekek Author

Gile ya. Precious ama Love You More aja terlantar gitu dan gue malah bikin cerita baru? Ckckck~… Ok, rencananya sih ini fic mau di publish special buat SSFD 2013 kemaren. Tapi karena banyak halang rintang mendera pengerjaannya, jadi ini karya gagal yang rasanya dibuang sayang. Terlanjur udah bikin dan karena stuck ide kerjain fic lainnya, jadi publish-lah dengan format multi chapter yang lebay banget. Padahal asalnya mau one shot, heuheu~

Biarpun ambil sedikit info soal Yakuza, tapi ini akan jadi genre romance remaja kok, anggap kayak Romeo-Juliet kali ya, disini SasuSaku beda pihak.

Err, itu saja mungkin… sampai jumpa di chapter berikutnya (^-^)a #Jiaaahhh… *kayak ada yang ngarep lanjutannya aja.

Hn, yang berkenan, kalau ada yang ingin disampaikan silakan komen aja, ok?

Terima kasih (^-^)/

#KABUUUUUURRRRR *takut ditagih fic

85 Comments

Leave a Reply

2 Pings & Trackbacks

  1. Pingback:

  2. Pingback:

Leave a Reply to FuRaha Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *