[ORIFIC] Cerita yang kamu gak tahu… : Part 1

Setiap kali aku menulis sesuatu tentang kamu, aku penasaran gimana reaksi kamu kalau sampai tahu soal ini. Kamu bakal sadar gak kalau ini aku buat semata-mata buat kamu? Aku cuma ingin menghargai setiap percakapan dan kejadian kecil yang kita lalui bersama. Yah, walau aku juga gak yakin kamu bakal ingat tentang semua ini. Toh aku sendiri udah rada-rada lupa, haha. Tapi aku nulis ini buat dijadikan kenangan. Biar aku bisa terus ingat sama kamu.

.
.
.
Cerita yang kamu gak tahu

(Part I)

By FuRaha
.
.
.

Terbaring dipangkuanmu sosok orang yang kau cintai kini tengah tertidur lelap. Tampak damai menikmati setiap belaian lembut yang kau usapkan menyapu helaian rambutnya. Sebelah tanganmu yang lain terasa hangat dia genggam. Seakan turut menghangatkan juga sesuatu dalam dirimu. Perasaan tulusmu yang semakin menyayanginya. Senyumanmu mengembang dan seketika berubah menjadi tawa kecil tatkala suara dengkurannya terdengar memecah keheningan. Kau pikir ini lucu saat kau perhatikan ekspresi wajahnya yang tertidur tampak seperti seorang bocah polos sekarang.

Dalam hati kau bertanya-tanya, apakah dia tidur dengan tenang? Apakah dia merasa nyaman berada di sampingmu? Apakah dia bahagia sekarang? Apakah kini dia sudah mulai mencintaimu? Dan apakah perasaanmu akhirnya terbalaskan?

Cinta. Orang yang dicintai. Mencintai seseorang. Sampai beberapa waktu lalu kau masih tak mengerti dengan semua itu. Walau sekarang pun kau tak yakin kau adalah ahli di bidang ini. Tapi ada hal yang selalu kau sadari, perasaan asing yang muncul dalam dirimu itu terjadi setelah kau bertemu dengannya. Setahun lalu, ya, tepatnya di tanggal yang sama dengan hari ini.

Kalau kau kenang kembali ke saat pertama kali kalian bertemu di sebuah festival. Pertemuan tak sengaja hanya karena kalian sama-sama menggemari musik, band dan hobi yang sama. Kalian bersalaman. Saling mengenalkan nama. Sedikit berbasa-basi menanyakan hal formal seperti tinggal dimana, masih kuliah atau sudah bekerja. Itu saja. Singkat. Dan tampak biasa. Sama sekali tak ada kesan mendalam. Tapi…

Deg

Walau masih samar-samar, entah kenapa, tak jelas apa alasannya, hanya saja saat kau melihatnya kau merasa kalau dia adalah sosok yang berbeda. Dan kau tahu, kalau kau mungkin akan jatuh cinta padanya.

Anggapan sembrono. Jatuh cinta pada pandangan pertama itu hal yang mustahil. Mana mungkin bisa timbul perasaan lebih saat pertama kali berjumpa dengan seseorang. Kenyataannya bahkan kalian berdua tak saling kenal. Hanya sekedar nama. Terlebih lagi di pertemuan singkat yang terjadi secara kebetulan itu setelah pulang kau bahkan sama sekali tak ingat dengan jelas seperti apa rupanya. Itu yang awalnya membuatmu tak begitu memikirkanya. Tapi siapa sangka, seolah memang ditakdirkan, kebetulan itu pun berlanjut.

Beberapa temannya yang tadi juga berkenalan denganmu mengirimkan ‘permintaan pertemanan’ ke akun facebookmu. Dan kau pikir tak ada salahnya mencoba meneruskan kembali jalan pertemuan kalian. Saat kau kirimkan juga ‘permintaan pertemanan’ pada akun facebook-nya. Selang beberapa jam kemudian dia menerimanya dan secara asing kini kalian berstatus ‘teman’.

Nyaris tak ada interaksi. Meski sesekali kau memperhatikan aktifitas dia di dunia maya, itupun tak sengaja kau lihat karena postingannya muncul di berandamu. Tapi sedikit demi sedikit kau jadi mengenal seperti apa sosok orang itu. Kau merasa dia benar-benar orang yang menarik.

Kau tak tahu persis kapan perasaan ‘special’ itu ada. Tumbuh dan tumbuh semakin besar dalam dirimu. Mungkin sejak kalian sesekali saling mengomentari ‘status’ masing-masing, sedikit berbagi informasi tentang hobi, atau saat kau akhirnya memiliki keberanian untuk mengajaknya ‘chatting’ dan membahas hal-hal konyol tak penting.

Dia membuatmu tertawa. Dia membuatmu bahagia. Dia membuatmu belajar. Dan perlahan tapi pasti dia menarikmu jauh ke dalam dunianya. Tidak. Lebih dari itu. Karena kau pikir kalian memiliki dunia yang sama, dunia yang sedikit berbeda dari orang kebanyakan. Untuk pertama kalinya dalam hidupmu kau menemukan orang lain yang bisa memahamimu. Dia merubahmu menjadi sosok dirimu yang sesungguhnya. Dia seolah datang untuk menemanimu di dunia dimana kau selama ini sendirian. Melihat senyumannya, menikmati kebaikan yang ditawarkan dirinya, semakin sering kalian berinteraksi, kau menyadari kalau kau semakin menyukai dirinya.

Tapi kau tahu, memiliki perasaan ini tak akan mudah. Ketika kau pikir kau menyukainya dan dia menyukaimu, ternyata tak seperti itu. Jalan yang kau lalui tak semulus yang kau kira ketika dengan polosnya pada suatu hari dia menyampaikan sebuah pesan bahwa salah satu teman baiknya menyukaimu.

Saat itu kau hanya tertawa hambar. Sebisa mungkin bersikap biasa menanggapinya walau dalam hati merasa sakit dan juga kesal. Kau kesal kenapa bisa sampai seperti ini? Kenapa harus temannya? Kenapa bukan dirinya yang menyukaimu? Dan kenapa dengan ‘tak bersalah’ dia malah berupaya menjodohkanmu dengan orang itu? Tak tahukah dia selama ini kau menyukainya? Tidak, tentu saja dia tak tahu. Karena kau masih jadi seorang ‘pengecut’ yang tak berani mengungkapkan perasaanmu.

Situasi ini membuatmu serba salah. Kau bingung dengan apa yang harus kau lakukan. Di satu sisi kau tak ingin menyerah, tapi di sisi lain kau tak memiliki harapan. Kau pernah coba untuk menjauh darinya. Tapi seperti kau telah terkena semacam kutukan, kau selalu kembali padanya. Kau pikir dia memang special. Sekecil dan sesederhana apapun hal yang dilakukannya untukmu pasti selalu berpengaruh besar bagimu. Semakin melambungkanmu dan membuatmu yakin kalau kau benar-benar menyukai orang ini.

Memang sebelum kau bertemu dengannya beberapa kali kau pun pernah jatuh cinta. Tapi kau bukan tipe orang yang mudah untuk jatuh dalam perasaan pahit-manis semacam itu. Kau mungkin sedikit pemilih dan lebih percaya pada instingmu. Kau percaya pada takdir. Bahwa saat kau jatuh cinta kau yakin apa yang kau lakukan tak akan menjadi sia-sia dan kau pasti bisa meraih kebahagiaan sejatimu. Karena itulah saat hatimu yang telah lama membeku kembali cair dan hangat oleh kehadirannya, kau yang telah lama lupa akhirnya kembali ingat bagaimana caranya mencintai. Kembali tanpa sadar dia mengajarimu sesuatu yang berharga.

Lalu setelah kau yakin dengan perasaanmu, kau pikir kau harus mengungkapkannya. Karena kau tahu tak akan ada keajaiban yang membuat orang yang kau sukai itu tiba-tiba menyadari perasaanmu. Ini kehidupan nyata. Bukan kisah drama percintaan dari film romantis yang pernah kau tonton. Kau juga bukan tokoh utama dalam komik serial cantik yang apapun penderitaanya pasti berakhir Happy Ending. Tidak. Kehidupan nyatamu tak semanis itu. Karenanya tak ada pilihan lain yang bisa kau ambil ketika kau pikir kau sudah mencapai batasmu. Maka saat ada satu kesempatan datang, untuk pertama kalinya dalam hidupmu kau memulai langkah demi meraih kebahagiaan bersama orang yang kau cintai itu.

Di hari ke-79 sejak kau mengenalnya, kau robohkan dinding ‘kepengecutan’-mu dan dengan berani mengiriminya pesan ungkapan perasaanmu.

“Hei, aku mau cerita sesuatu…
Belakangan ini rasanya aneh dan bingung. Aneh, karena ada yang ganggu pikiran dan dirasa mulai meresahkan, haha. Bingung, karena aku gak tau kenapa dan mesti gimana. Sebenarnya, mungkin… Aku suka sama kamu.
Awalnya takut dan ragu buat bilang. Dan memang rasanya sekarangpun gak tenang. Tapi aku pikir lebih baik diungkapkan. Biar gak penasaran dan plonk gitu.
Mungkin pas baca ini kamu bakal ketawa. Aku aja yang nulisnya ketawa-tawa, gak percaya dan gak tau malu. Tapi aslinya lho…
Ehm, itu aja dulu. Maaf klo mengganggu dan meresahkan. Abaikan aja pesan ini atau anggap ga bilang. Tapi tolong bersikap biasa lagi aja ya. Makasih.”

Selama beberapa menit kau menunggu. Kau tak langsung mengecek balasan karena terlalu takut melihat jawabannya. Tapi jadinya ini menggelikan ketika kau teringat waktu itu dia malah mengira ‘akun’mu dibajak orang lain saat dia menerima ‘love letter’darimu. Karena dia pikir kau tak mungkin seberani ini padanya. Tapi kembali kau bisa jelaskan bahwa kau yakin dengan perasaanmu. Kau telah jujur padanya dan dirimu sendiri.

Kau tahu sejak awal kalau dia memang berbeda. Kau pikir hari itu kau hanya akan dapat jawaban YA/TIDAK atas perasaanmu, tapi ternyata bukan seperti itu yang dia berikan. Dia pikir hal semacam ini tak bisa diselesaikan dengan mudah lewat saling berbalas pesan pribadi di dunia maya. Ketahuilah dia begitu menghargai perasaan yang kau sampaikan. Karena itulah kalian berencana untuk bertemu dan bicara langsung di sebuah festival yang digelar 12 hari kemudian. Dia tawarkan lebih dari sekedar kesempatan.

Selama menunggu saat itu tiba, kalian bertukar nomor ponsel dan lebih intens dalam pendekatan. Sapaan selamat pagi, selamat tidur, ucapan semangat dan omongan basa-basi lainnya selalu mengisi pembicaraan kalian. Hari demi hari kalian mencoba untuk saling mengenal satu sama lain. Karena tindakan inilah, karena kebaikan inilah kau pun jadi semakin berharap dan percaya diri. Berpikir mungkin dia juga menyukaimu dan peluang cintamu diterima olehnya begitu besar. Tapi, nyatanya tak seperti itu…

Kebaikan hatinya. Cara dia memperlakukanmu. Kau pikir kau adalah orang special baginya. Inilah hal yang paling kau suka sekaligus kau benci dari dia. Ya, karena ternyata kau terjebak dengan sikap yang kau anggap ‘istimewa’ tapi ternyata itu ‘biasa’ buatnya. Kau sadari ‘harapan palsu’ itu setelah akhirnya kalian bertemu dan bicara secara langsung di hari yang sudah ditentukan. Sedikit menyakitkan kalau kau kenang kembali kejadian di malam festival hari itu sekarang.

Ini mungkin tak seperti yang kau rencanakan di awal. Kau pikir kalian bisa seharian bersama menikmati acara di festival hari itu. Tapi karena dia (sedikit) sibuk, terlibat dalam acara tersebut, siang harinya kalian hanya sempat saling sapa tanpa ada kepastian apa kalian akan kembali bertemu atau bicara. Kau yang kaku atau dirinya yang tak peka. Kalian kadang memang seperti itu. Kau sempat pasrah ketika sampai acara selesai kau tak melihat adanya lagi kesempatan. Pikirmu mungkin bukan sekarang. Terlebih malam telah larut dan gerimis yang turun sejak sore tadi tak juga reda. Kau putuskan untuk pulang.

Tapi tak disangka ternyata kalian diberi kesempatan. Salah tingkah menghinggapi tatkala kau bertemu dengannya tengah bersama ‘teman’ yang katanya menyukaimu. Terlebih orang itu menatap kalian curiga. Membuat perasaanmu tak nyaman. Kau kembali berpikir mustahil. Kau yang asalnya mau pamit pulang akhirnya malah diajak bicara olehnya. Karena dia bilang ini penting dan kalau tak dibicarakan secara langsung sekarang kau mungkin akan salah paham. Mendengar hal itu, kau tahu, lebih dari setengah harapanmu padanya seketika pudar. Dia mungkin akan menolak perasaanmu.

Setelah ‘teman’ itu pergi, dia mengajakmu ke sebuah bangku taman. Kalian tak benar-benar berteduh dari hujan. Kau kenakan kupluk jaketmu dan memeluk erat dirimu sendiri menahan udara dingin yang berhembus. Sementara itu suara alunan musik festival pun masih samar terdengar. Dia mulai bicara. Dan saat itu kau lebih seperti seorang pendengar. Dia ungkapkan banyak hal yang tak pernah dia bicarakan lewat ‘pesan’-nya selama ini padamu. Tentang dirinya. Hidupnya. Impiannya. Perasaannya. Ada banyak alasan. Ada hal yang membuatmu kagum. Ada hal yang membuatmu kecewa. Ada hal yang terdengar menyakitkan. Ada hal yang melegakan. Kau melihat ada harapan. Kau melihat ada kepasrahan. Itulah ciri khasnya, tak pernah ada kepastian. Tak ada jawaban YA/TIDAK.

Di luar dugaanmu, hari itu dia justru menyerahkan semua keputusan terserah padamu. Dia tak bisa menjanjikan hal yang kau harapkan seperti menjadi ‘pacar’-nya. Hanya kesempatan untuk melanjutkan proses ‘pendekatan’ yang bisa kau ambil bila kau masih ingin meneruskan perasaanmu. Waktu hampir dua minggu lalu yang telah kalian habiskan untuk saling mengenal ternyata buatnya tak cukup untuk langsung menerimamu. Saat mendengar hal itu, kau sudah tahu kalau cinta yang kau perjuangkan kali ini akan lebih sulit daripada yang kau kira. Lalu apakah kau harus menyerah sekarang? Waktu itu adalah kesempatan yang tepat jika kau benar-benar ingin mundur dan memilih melupakannya. Sebelum kau semakin terperangkap dalam jalinan cinta rumit tanpa harapan.

Sesak. Rasanya seperti ada beban yang mengisi dadamu. Lebih besar ketimbang dulu ketika kau masih menyimpan perasaan ‘diam-diam’ suka padanya. Malam itu saat kau berjalan pulang di bawah hujan gerimis yang masih turun, kata-kata dia masih terus terngiang di kepalamu. Ini aneh. Seharusnya tak seperti ini. Kau yang seharusnya menerima jawaban darinya, justru harus memberikan jawaban padanya. Kau bingung soal masihkah perasaanmu padanya ini berlanjut? Atau justru akhiri saja. Sebelum kalian benar-benar memulai suatu hubungan tanpa kepastian.

Sesampainya di kamar kau langsung terbaring ke atas tempat tidur. Segala yang tadi tertahan seketika tumpah. Kau menangis. Terisak. Sesekali membungkam teriakanmu agar tak terlalu terdengar seperti orang gila. Ya, kau merasa nyaris gila. Selama beberapa menit kau larut dalam perasaan tak menentu.

Kau tahu kalau kau tengah jatuh cinta kau seperti sedang ikut sebuah taruhan. Setengah dari dirimu berharap, setengah lainnya merasa takut. Kau bisa mengendalikan perasaanmu atau perasaanmu yang akan mengendalikan dirimu. Saat jatuh cinta, kau diberi sayap untuk terbang. Orang yang kau cintai bertindak sebagai angin. Segalanya tergantung pada angin. Walau tak terlihat, tapi kau tahu dia ada. Tak bisa kau tangkap, hanya bisa kau rasakan. Saat berhembus, dia menerbangkan sayap cintamu hingga melambung tinggi ke angkasa. Tapi saat dia menghilang, itu mampu menghempaskanmu jatuh hingga terluka. Seperti hari itu, kau tak tahu apa dia telah membawamu terus terbang atau menjatuhkanmu dan menghilang.

Meski kalian tak sering bertemu (bahkan baru tiga kali bertemu), meski kalian tak sering mengobrol (hanya lewat pesan elektronik), meski ketika kau pejamkan matamu wajahnya sama sekali tak terbayang, dan meski sampai sekarang tak ada kepastian, tapi kau tahu dalam dirimu ada debaran itu. Dia yang membuatmu merasakan beragam perasaan. Ada rindu, tawa, air mata, marah, senang, sedih dan bahagia. Perasaan cinta yang tak bisa kau sangkal.

Malam itu juga, setelah kau berpikir baik-baik akhirnya kau berikan keputusan. Kau ambil ponselmu. Segera mengirim pesan padanya. Kau bilang, kau tegaskan kalau kau akan terus berjuang. Kau akan terus membawa perasaanmu padanya. Kau akan terima apapun resikonya.

Kalian tak pernah tahu apa yang menjadi rencana Tuhan. Membiarkanmu terus memiliki perasaan seperti ini. Cinta tak terbalaskan itu tentu hanya akan membuat sakit. Tapi kau tak ingin menyerah. Supaya kelak tak ada penyesalan. Kesempatan apapun akan kau ambil. Entah apakah takdir akan mengikat kalian selamanya?

“Yakin gak bakal nyesel?”

“Gak. Justru kalau aku gak ambil kesempatan ini aku bakal nyesel. Aku mau coba sebisanya. Sampai batasanku. Sambil cari tahu sebenarnya apa yang aku mau dari kamu.”

“Hmm, bagus. Kamu orangnya ga gampang nyerah ternyata. Kalau gitu berusahalah. Buat aku jatuh cinta sama kamu.”

“Haha, iya. Aku akan berusaha. Aku pasti akan membuatmu mencintaiku.”

“Coba saja.”

“Jadi, sampai aku gak sanggup lagi, boleh aku terus berada di sampingmu?”

“Iya.”

“Makasih.”

Kau pikir kau bahagia. Ya, bertemu dengan dia. Jatuh cinta padanya. Berada di sampingnya. Kau bahagia. Begini pun tak apa-apa.
.
.
.
Bersambung…
.
.
.

A/N:

Ihihihi~… bikin cerita gaje lagi. Kali ini bukan fanfic, tapi orific dengan penulisan yang beda banget dari tulisan yang sering aku buat. Keliatan kaya curhatan pribadi gak sih ini? 😛

Orific ini sebenarnya draft lama yang waktu itu sengaja aku buat dalam rangka mau ikut lomba nulis. Tapi karena mood, deathline mepet, wabah Writer Block dan sebagainya… jadi aja terlantar. Dipikir daripada mendekam dalam dokumen, aku share aja di blog, ehehe~… Mungkin nanti bakal dibikin versi fanficnya klo dah nemu tokoh dan fandom yang cocok.

Makasih banget klo ada yang udah baca, bahkan mpe kebacotan terakhir ini. Sekiranya ada yang ingin disampaikan silakan komen seperti biasa. Dan karena kisah “kau dan dia” masih berlanjut, jadi pasti bakal ada chapter 2-nya. Tapi itu mungkin dilanjut klo aku juga udah mood, wkwkwk~…

Oia, ga usah tanya kapan bakal updet fanfic lagi. Aku bener-bener minta maaf sebesar-besarnya karena udah bikin kecewa dan buat kalian menunggu kelanjutannya. Tapi saat ini aku juga sedang berusaha *walo dengan sangat tersendat* untuk menyelesaikan apa yang telah aku mulai.

“Karena karya yang bagus itu adalah karya yang selesai, bukan karya yang dipuji atau dianggap sempurna. Yarubeki koto ga yaru. Cukup lakukan apa yang menurut kamu harus kamu lakukan.” ucap dia, yang selalu menyemangatiku 😉

27 Comments

Leave a Reply

Leave a Reply to miiong Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *