P R E C I O U S: Chapter 7

Cerita Sebelumnya…. Baca [Chap 1][Chap 2][Chap 3][Chap 4][Chap 5][Chap 6]

Apakah kebahagiaan itu nyata? Mungkin dari awal sebaiknya perasaan itu tak ada. Agar kau tak terluka begitu mengetahui kebenaran dari setiap waktu yang telah kita habiskan bersama. Bahkan saat melihat bagaimana semua ini berakhir, perasaan kita masih akan terus mencintai.

=0=0=0=0=0=

P R E C I O U S: Chapter 7

Chapter: UNPREDICTABLE

sasusaku_night

Pair: SasuSaku, slight ItaKo
Rate: T+ / M for save
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Disclaimer: NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
Length:  8.075 words
WARNING: AU, OOC, miss-typo, no Lemon just blushing scene bertebaran, alur GaJe cerita se-mau-gue.

Story by

FuRaHeart

~Itadakimasu~


 .

.

.

“Aku mencintaimu, Haruno Sakura.”

Lantang, tegas, tampak tak terdengar keraguan saat kalimat singkat itu tiba-tiba terucap. Tak disangka. Tak hanya bagi Sakura yang sesaat membeku usai mendapat pengakuan, tapi juga Sasuke sendiri tak mengira tanpa dia sadari ucapan itu terlontar begitu saja dari mulutnya.

“K-kau mencintaiku…?” tanya Sakura mengulangi, jujur buatnya ini tak bisa dipercaya. Walau dalam hati entah kenapa dia jadi berdebar-debar tak karuan begini.

Sasuke masih terdiam, hanya balas menatap intens emerald selama beberapa saat sebelum dia berpaling dan dengan lunglai malah menurunkan cengkeraman erat tangannya semula pada bahu Sakura. Lelaki itu bersandar ke tembok balkon dan menunduk. Sejenak berpikir, ‘Apa yang barusan kukatakan, apa aku mencintainya?’ batin Sasuke bingung. Bahkan dia pun tak mengerti. Entah emosi apa yang sebenarnya tadi mempengaruhinya hingga nyatakan suatu hal diluar kendali akal sehat. Mungkinkah hatinya yang bicara?

Lama tak mendapat penjelasan, Sakura tersenyum miris. “Heh, kau bercanda ya…” tebaknya, “Mustahil kalau kau benar-benar mencintaiku.”

“Ya.” balas Sasuke, akhirnya bicara juga. “Mustahil aku mencintaimu. Tapi kalau ini benar, lalu apa maumu?” tantangnya kembali menatap Sakura, menelisik jauh kedalam emerald gadis itu.

Deg

“Kau serius mencintaiku?” tanya Sakura sekali lagi.

“Tch,” Sasuke mengerling, melempar senyuman sinis. “Inilah hal yang paling aku tak suka dari wanita. Diberi kata-kata manis masih tak puas kalau hanya sekali. Iya, aku mencintaimu. Kau minta bukti?” sentaknya kemudian, terdengar kesal.

“Eeh?! bukan itu maksudku.” bantah Sakura, “Kau pikir aku bisa percaya begitu saja, bagaimana kalau kau mempermainkanku?”

Sejenak Sasuke berpikir. Tak lama dia kembali ambil sebelah tangan Sakura, tepatnya satu jari telunjuk gadis itu yang lantas dia letakkan di atas dada kirinya. “Kau mau coba belah dadaku dan ambil jantungku?” ucapnya kemudian. “Atau kau coba saja dorong aku dari sini, bunuh aku untuk buktikan cintaku?”

“Pppffff…” Mendengar hal itu sontak bikin Sakura melohok sembari menahan tawa, “wakakakak…” sampai akhirnya tak sanggup dia tahan dan tumpahkan semua. Selama beberapa saat terbahak-bahak saking konyolnya ucapan Sasuke barusan. “Iiiihhhh… Apa-apaan sih? Gombal. Kau benar-benar norak, Sasuke. Hahahaha…”

“Hn,”

“Hahahahahhh-ha-ha…Ups?!” Tawa Sakura perlahan pudar tatkala dilihatnya Sasuke terdiam sambil masang tampang datar. “Ehem… Maaf aku tak bermaksud menyinggung keseriusanmu.” lanjut Sakura jadi tak enak hati.

Sasuke menggeleng, “Tidak. Justru ini yang ingin aku lihat…” ucapnya, lantas tersenyum lembut. Sebentar mengacak-acak surai merah muda gadis di hadapannya. “Aku senang kau sudah bisa tertawa lagi sekarang.”

“Eh?!” Sakura terperangah mendengarnya, “Jadi kau lakukan semua ini untuk menghiburku?” Entah kenapa rasanya seperti ada sesuatu yang merasuk ke dalam hati. “Ugh…” Setetes air mata tak sengaja menelesak turun saat dirasa ini terdengar jadi sedikit mengharukan. Tak menyangka ternyata Sasuke mengkhawatirkan kesedihannya.

“Stt, sudahlah… tak perlu ditahan. Tumpahkan saja semuanya padaku.”

Maka saat lelaki itu perlahan menariknya kedalam sebuah pelukan, Sakura balas memeluk erat tubuh Sasuke. Menangis selama beberapa saat. Menumpahkan segala beban yang selama ini dipendamnya sendiri karena Itachi. Sungguh dia merasa seakan dirinya kembali perlahan utuh setelah sempat hancur. Padahal tak ada yang dilakukan Sasuke selain diam dan sesekali mengusap-usapnya mencoba menenangkan. Cukup menjadi sandaran. Tapi hal itulah yang memang dibutuhkan Sakura. Dia sadari betapa pentingnya ternyata kehadiran Sasuke dalam hidupnya.

Sasusaku_hug

“Sudah merasa lebih baik?” tanya Sasuke sembari menyeka air mata di emerald yang sembab.

Sakura hanya mengangguk.

“Kau tahu kan, aku masih tak mengerti tentangmu. Aku juga tak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu kemarin. Ada banyak hal yang membuatku penasaran dan aku benar-benar ingin tahu, Sakura. Sampai aku merasa cukup, aku tak akan berhenti.” ucap Sasuke. “Jangan merasa jahat padaku karena kau memanfaatkanku soal Itachi. Kubilang dari awal juga tak masalah. Lakukan sesukamu. Jadi tolong jangan minta putus seenaknya, ya?”

“Ta-tapi…” Sakura yang ragu hanya menatap Sasuke.

“Katakan padaku, apa di hatimu sedikitnya ada perasaan terhadapku?” tanya Sasuke kemudian. Dibandingkan dengan ungkapan cinta sebelumnya, ucapan Sasuke kali ini jauh terkesan lebih serius.

“A-aku tak tahu…” Sakura menggeleng bingung, tak tahu harus menjawab apa. “Aku menyayangimu, tapi mungkin ini masih tak bisa disebut cinta. Hanya saja aku akui, kalau aku sangat membutuhkanmu, Sasuke.”

Sasusaku_happy

Yokatta, buatku sekarang itu cukup.” ucap Sasuke, kemudian mengecup kening Sakura. “Karena kau membutuhkanku, makanya kita harus terus bersama. Sampai kita tak sanggup lagi, berusahalah untuk lebih mencintaiku Sakura. Semakin kau cinta, aku akan semakin senang. Kalau aku senang, aku pun akan membuatmu senang.”

“Hmmppp, kata-katamu manis sekali.” sindir Sakura walau dalam hati sebenarnya suka. Sasuke tahu betul apa yang paling Sakura butuhkan saat ini. Dia tak bisa sendirian. Dia butuh sandaran. Dan itu adalah Sasuke. “Jadi kau masih mau pacaran dengan saling memanfaatkan?”

“Hn, yang namanya pacaran bukannya begitu? Cuma saling memanfaatkan.” Sebentar Sasuke kecup mesra bibir Sakura sebelum kembali dia dekap gadis itu.

Sasusaku_kiss

“Err, iya sih…” ucap Sakura usai berpangutan, menghela nafas sesaat kemudian balas mendekap Sasuke. Setuju akan hal itu. Tak bisa dipungkiri keraguan dalam dirinya selalu sirna oleh kehadiran lelaki itu. Entah karena memang ada rasa atau hanya karena mereka saling membutuhkan. “Kalau begitu, mau tak mau kau harus tetap bersamaku.” bisik Sakura.

“Iya, aku akan bersamamu.” balas Sasuke, ‘Sebentar lagi kok, sebentar lagi saja… Sampai kau benar-benar menjadi milikku. Sampai aku bisa menghancurkanmu. Tetaplah bersamaku.’

Bila dengan kebohongan bisa membuatnya bahagia, bila dengan kepalsuan dia bisa tertawa, apakah kau rela melihat tangisnya kelak usai kau ungkapkan kebenaran padanya?

.

.

.

.

.

.

kakashi-whitefang

Usianya sepuluh tahun saat pertama kali dia diperkenalkan dengan keluarga Uchiha. Lebih dari sekedar hubungan formalitas terkait kerjasama bisnis, Hatake merupakan kerabat terdekat keluarga itu. Demikian pula Kakashi sebagai anak tunggal keluarga Hatake sudah menganggap Itachi dan Sasuke seperti saudara kandungnya sendiri. Dulu mereka sering bermain bersama. Kedekatan itulah yang membuat Kakashi tahu betul seperti apa ikatan kuat antara Itachi dan Sasuke. Sang kakak yang penyayang dan senantiasa melindungi sang adik yang begitu mengaguminya. Mereka unik. Sampai terkadang merasa iri. Kakashi ingin mempunyai kakak seperti Itachi, pun ia ingin menjadi sosok kakak seperti Itachi.

“Selama aku tak ada, tolong jaga Sasuke baik-baik ya?”

Kakashi ingat permintaan Itachi sebelum dia pergi untuk melanjutkan kuliahnya ke Konoha bertahun-tahun lalu.

“Yup, serahkan padaku.” jawabnya kala itu. Dan bukan sekedar jawaban di mulut saja, dalam hati timbul keyakinan. Terlebih sejak kematian Itachi, itu seperti sudah menjadi amanah yang harus dia jalankan.

“Dari luar kadang Sasuke tampak kuat dan merasa bisa sendiri, namun aslinya dia butuh perhatian. Bagaimanapun juga dia masih bocah labil yang harus dibimbing. Meskipun ingin, tapi aku tak bisa selamanya ada. Karena itu aku mohon, Kakashi, hanya kau yang bisa kuandalkan.”

Itachi_Kakashi_Face-off

“Jadi Gaara menyelidiki aku dan kakakku?” tanya Sasuke, “Tapi kau tak membiarkannya tahu sesuatu, kan? Jangan sampai dia tahu apapun, terlebih soal aku.”

“Iya, aku sudah mengurus semuanya. Tapi… sebenarnya ada apa? Apa yang sedang kau rencanakan?” tanya Kakashi penasaran. Jujur saja dia masih tak mengerti, “Kau tak melakukan sesuatu yang bodoh, kan?”

“Hah? Hahahaha…” Sasuke malah tertawa. “Tidak. Tenang saja.” elaknya, “Jangan khawatir, aku tahu apa yang sedang kulakukan.”

“Ada hubungannya dengan gadis yang kau bawa pergi di pesta Sabaku malam itu? Boleh kuanggap ini hanya masalah cinta saja, eh?”

“Hn. Cinta ya…” Sejenak Sasuke terdiam, menorehkan sedikit senyum samar. “Anggap saja begitu.”

“Tapi Sasuke, kalau aku tak salah ingat dia itu mantan pacar mendiang kakakmu, kan? Jangan bilang kalau alasanmu mendekatinya hanya untuk…”

“Stt…” desis Sasuke menyela ucapan Kakashi, onyx-nya menatap tajam. “Kau ini banyak bicara ya, senpai? Aku tak suka kalau kau terlalu mencurigaiku.”

Kakashi melohok dikatai seperti itu oleh Sasuke. “Maaf, aku tak bermaksud begitu. Aku bukan curiga, aku hanya takut kau salah…”

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu terdengar menyela. Sasuke tampaknya sudah tahu siapa tamu yang tiba-tiba datang di pagi hari itu. Karenanya dia lekas mengakhiri pembicaraan dengan Kakashi.

“Dengar, ini tak akan lama. Kalau kau mau membantuku, lakukan saja apa yang kuminta. Kalau kau tak suka, jangan ikut campur. Aku bisa sendiri. Dan satu hal lagi, jangan bertingkah seolah-olah kau ini kakakku. Ingat, kau itu bukan Itachi.” ucap Sasuke seraya melengos, buru-buru ke ruang tamu untuk membukakan pintu.

Dari ruang makan Kakashi ikut melongok dan melihat siapa yang datang. Untuk pertama kalinya dia bertemu muka secara langsung dengan Sakura. Gadis musim semi itupun melihat Kakashi dan tersenyum lantas membungkuk sopan, sekedar memberi salam sebelum Sasuke menariknya dan pamit pergi.

Blam

Kakashi menghela nafas panjang. Mengingat pembicaraannnya dengan si bungsu Uchiha barusan, ada beberapa kalimat yang mungkin menohok hatinya. Begitukah Sasuke anggap kehadirannya seolah mencoba menggantikan posisi Itachi? Tapi Kakashi tak tersinggung. Dia tak ambil hati ucapan itu. Dia maklumi karena dia tahu bukan dirinya yang bertingkah menyerupai Itachi, melainkan Sasuke sendiri.

“Kau benar Itachi, adikmu itu memang sesuatu…” gumam Kakashi. Dan dalam pikirannya entah kenapa daripada harus mewaspadai Gaara, dia pun sekarang justru harus ikut mewaspadai Sasuke. Khawatir apa yang sedang dilakukan Sasuke itu salah. Meskipun tak tahu pasti, tapi Kakashi duga tujuannya pada ‘Sakura Haruno’ ada hubungannya dengan ‘Itachi Uchiha’.

“Jadi itu kakakmu?” tanya Sakura. “Aku baru pertama kali melihatnya. Aku pikir kalian tak mirip satu sama lain ya? Hehe…”

“Hn.” Sasuke hanya mengangkat sudut bibirnya. ‘Tentu saja’, jawabnya dalam hati. ‘Kakashi memang bukan kakak kandungku.’

“Dalam bayanganku, kukira kakakmu pun punya rambut raven persis sepertimu.”

“Iya.” celetuk Sasuke, keceplosan karena teringat Itachi. Spontan jawaban itu bikin Sakura mengernyit heran. Menyadari barusan terdengar janggal, lekas saja Sasuke ralat. “Err, dia warnai rambut aslinya. Silver tampak jauh lebih cocok untuknya, hee~…”

“Owh…” Sakura mengangguk-angguk paham. “Lalu apa dia sedang sakit?” tanyanya sambil sekilas menutup mulut. Mengingat Kakashi tadi memakai masker. “Entah mungkin kalau kulihat wajahnya secara keseluruhan pasti kalian mirip, hehe. Tapi aku tebak sifat kalian itu saling bertolak belakang.”

“Hn, begitulah…” jawab Sasuke malas.

kakashi+angel

“Kenapa?” Sakura merasa tampang bête Sasuke terlihat seperti tengah menyembunyikan sesuatu. “Apa sebenarnya tadi kalian sedang bertengkar?”

“Biasa saja. Hanya sedikit beda pendapat.”

“Kau melakukan sesuatu dan dia mencemaskanmu?” tebak Sakura, “Biasanya saudara seperti itu.”

“Tch, memangnya kau tahu apa, dasar anak tunggal.” sindir Sasuke.

“Seseorang yang bilang padaku.” jawab Sakura.

“Siapa? Itachi?”

“He’em,” Sakura mengangguk. Sebenarnya sejak kejadian tempo hari saat Sakura putuskan untuk melepaskan Itachi, dia coba untuk tak sering menggali kenangannya kembali. Tapi seolah sudah menjadi bagian dari hidup dan kebiasaan sehari-hari, tak mudah untuk menutup segalanya. Sedikit saja, terlebih saat bersama Sasuke hal tentang Itachi selalu dengan mudah muncul ke permukaan.

“Dia pernah bilang, justru karena dia sayang makanya dia marah.” lanjut Sakura, “Itu bentuk kepedulian. Melindungi agar tak ada yang terluka. Saling mengingatkan. Tegur bila salah. Aku memang tak tahu rasanya punya kakak, tapi sesekali pernah dengar Itachi bicarakan soal adiknya itu membuatku mengerti sedikit hubungan persaudaraan. Pertengkaran justru malah makin mengakrabkan.”

“Adik…?” gumam Sasuke yang sesaat terdiam mendengar Sakura bicara. “Apa Itachi pernah bilang sesuatu soal adiknya?” tanyanya dengan perasaan berdebar.

“Tak banyak.” Sakura gendikkan bahu, “Hanya bocah manja keras kepala yang tak bisa dia abaikan.”

Jawaban yang sontak bikin Sasuke terperangah.

“Tapi meskipun begitu aku rasa dia sangat menyayangi adiknya.” Sakura menambahkan. “Kalau sekarang kau sedang beda pendapat dengan kakakmu, coba sedikit ubah cara pandangmu dan pahami apa yang dia pikirkan. Tak baik kan kalau kalian terus bertengkar, hmm?”

“Hn, begitu ya…” Sasuke tersenyum samar. Dalam hati timbul perasaan rindu. Mungkin kalau Itachi masih ada, dia pun akan katakan hal yang sama. Dan setelah mendengar pembicaraan Sakura barusan ego Sasuke tampak redam. Dia merasa jauh lebih baik. “Akan aku pikirkan.” lanjut Sasuke kemudian.

“Oh iya, siang ini kau ada acara?” tanya Sakura, membuka pembicaraan baru.

“Tidak. Kenapa?”

“Kita kencan yuk.” ajak gadis itu. “Sebenarnya aku ingin memperkenalkanmu pada teman-temanku. Mereka penasaran siapa pacarku. Meski sudah pernah lihat fotomu tapi lebih baik kalau kalian bisa bertemu secara langsung, kan? Makanya…”

“Aku tak mau.” sela Sasuke to the point cepat menolak.

“Iih, kenapa?” heran Sakura, langsung pasang tampang cemberut.

“Malas.” jawab Sasuke singkat.

“HAH?!” Sakura melohok tak percaya, “Alasan macam apa itu? Masa cuma karena malas. Sebentar saja kok. Kita sudah hampir sembilan bulan pacaran memangnya kau tak mau lebih mengenalku? Tahu pergaulanku, tahu tentang teman-temanku, bagaimana aku di luar saat tidak bersamamu, kau tak penasaran soal itu?”

“Tidak.”

Aaaarrgghhh, rasanya Sakura kesal sekali sekarang menghadapi sikap cuek Sasuke. “Kau sama sekali tak peduli padaku.” gerutu gadis itu.

“Memangnya ‘peduli’ itu harus selalu menuruti ucapanmu?” balas Sasuke.

“Kalau gitu biar aku yang ingin tahu tentangmu. Kenalkan aku dengan teman-temanmu, keluargamu atau setidaknya kakakmu. Jujur saja buatku itu penasaran. Aku merasa kita semakin dekat namun aku seperti tidak tahu apa-apa. Atau memang ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?”

Tap─langkah kaki Sasuke terhenti seiring onyx yang bergulir menatap tajam sang emerald di sampingnya. “Memang kau pikir apa yang kusembunyikan?” tanya Sasuke.

“Entahlah.” Sakura merengut, “Kalau kau tak bilang mana aku tahu.”

“Haha, baka.” ejek Sasuke, “Kalau aku bilang-bilang namanya tak kusembunyikan.”

“Jadi benar ada yang kau rahasiakan?” tanya Sakura.

“Menurutmu?” Sasuke balik tanya.

Sakura menelisik jauh ke dalam onyx, mencoba mencari tahu, namun akhirnya gadis itu menyerah. “Aku tak tahu.” dengus Sakura sambil menggeleng.

“Kalau begitu coba cari tahu.” ucap Sasuke sambil tersenyum tipis. Senyum penuh makna tersembunyi. “Seperti aku padamu.”

“Seperti kau padaku apa?” heran Sakura, mendadak jadi makin penasaran.

Sasuke hanya angkat sebelah alisnya seraya kembali berjalan pergi.

“Hei, tunggu dulu!” panggil Sakura lekas menyusul Sasuke, “Aku mohon. Jadi ketemu dengan mereka ya?” masih saja dia memaksa. Sakura merengek sambil menggandeng lengan Sasuke dengan manja. “Ya? Ya? Ya? Ya? Yaaaaa?”

“Ish, memangnya kenapa sih, penting untuk mereka tahu tentangku?” tanya Sasuke.

“Penting untukku.” cicit Sakura sambil menunduk. “Aku tak mau lagi dianggap sebagai pengkhayal. Hanya karena sering bicarakan tentangmu tapi tak pernah tunjukan siapa kau sebenarnya. Selama ini selalu begitu, waktu dulu dengan Itachi juga…” Dia cengkeram erat lengan baju Sasuke. “Aku mohon setidaknya sekali ini saja, buat mereka─tidak, buat aku percaya kalau kau benar-benar ada.”

Ekspresi Sakura berubah muram saat teringat masa lalu. Sekalipun dia ceritakan pada yang lain soal Itachi tapi karena tak pernah dipertemukan, terkadang Hinata dan Ino tampak sangsi akan hal itu. Sakura tak ingin kejadian yang sama terulang pada hubungannya dan Sasuke kini.

Sejenak Sasuke menghela nafas, ditatapnya gadis itu sambil berpikir. “Baiklah…” ucap Sasuke, lama-lama tak tega. Perlahan dia angkat kembali wajah Sakura. “Kalau hanya sebentar aku mau. Ingat, sebentar saja ya?”

“Aah, benarkah?” riang Sakura kembali antusias. “Arigatou.”

“Hn.”

sasusaku11

Ini melenceng jauh di luar rencana awal Sasuke. Padahal dia berusaha muncul di depan Sakura dan menghindar terlibat lebih jauh dengan orang-orang di sekitar gadis itu. Dengan tak banyak meninggalkan jejak akan dirinya agar bisa dengan mudah menghilang pada saatnya tiba. Tapi memang tanpa Sasuke sadari sudah banyak hal terjadi di luar rencana. Tanpa bisa dia cegah saat ada ‘perasaan’ yang turut mencampuri tindakannya.

Dan benar saja, kali ini dia salah. Menempatkan dirinya terlalu dekat ke sisi jurang.

“Temeeeee?!”

Onyx membulat sempurna. Sasuke bergeming sesaat memasuki Ramen Bar Ichiraku─tempat dia dan Sakura janjian bertemu dengan teman-temannya. Lelaki pirang berkulit tan itu melambai-lambaikan tangan tampak sok akrab menyapanya. Bukan sekedar pengunjung biasa ataupun teman selintas yang tak sengaja kebetulan bertemu, melainkan memang termasuk dengan orang itulah dia akan diperkenalkan oleh Sakura sekarang.

“Lho, jadi benar nih Sasuke yang dimaksud temannya Naruto itu kau?” kaget Sakura yang menggandeng Sasuke menghampiri tiga orang temannya yang sudah menunggu. Ada Ino, Hinata dan Naruto─pacar Hinata dan tampaknya kenal Sasuke─itu di sana.

“Ya ampun, gimana gak kenal. Orang kita sahabat baik banget.” jawab Naruto seraya merangkul pundak Sasuke yang kini duduk di sebelahnya, “Iya kan, Teme?”

“Siapa yang sabahat baik, Dobe?” sinis Sasuke, menggendikkan bahunya menyingkirkan tangan Naruto. “Jangan seenaknya bicara.”

“Idih, sok pura-pura. Kejam sekali kau tak akui hubungan kita.” kesal Naruto.

“Teme dan Dobe?” Ino tampak antusias menanggapi, “Kalau kalian sudah saling panggil nama akrab begitu berarti memang dekat dong?”

“Hn.” Sasuke putar matanya bosan. Malas berkomentar, lebih tepatnya berhati-hati.

“Yup, tentu saja. Kami sudah dekat sejak kami masih mahasiswa baru.” jawab Naruto, “Jadi kalau ada yang mau ditanyakan soal dia, tanyakan saja padaku.”

“Cie, cie… memangnya sudah sedalam apa hubungan kalian?” goda Ino sambil bercanda. “Jangan-jangan lebih dalam dari kau dan Hinata atau Sasuke dan Sakura, haha.”

“I-ino, jangan bilang gitu ah.” ucap Hinata.

“Ish, kau pikir kami pasangan yaoi?!” protes Naruto, disambut gelak tawa yang lain─minus Sasuke.

“Hei, kenapa jadi begini? Padahal aku yang mau kenalkan kalian tapi tak kusangka malah sudah saling kenal.” kata Sakura, kembungkan sebelah pipinya.

“Haha, bagus kan. Biar makin akrab.” lanjut Naruto. “Justru malah aku yang tak menyangka kalau Teme punya pacar. Terlebih lagi itu kau.”

“Masa? Memangnya Sasuke tak suka cerita?”

Naruto menggeleng sambil kerucutkan bibirnya, “Dia sih mana suka cerita.”

“Jiaahhh, kalau gitu percuma. Ngapain tadi bilang tanyakan apapun soal Sasuke padamu. Sepertinya malah kau tak tahu apapun, dasar!”

“Hehe…” Naruto nyengir sambil garuk-garuk belakang kepala.

Obrolan terus berlanjut selama acara makan-makan mereka berlangsung. Semua bergembira, larut dalam canda dan tawa. Hanya Sasuke seorang saja yang lebih banyak diam. Walau sifat aslinya sendiri tak suka bicara dan berbaur tapi sebenarnya dia merasa tak nyaman daritadi berada di tengah orang-orang ini. Terutama pada Naruto. Karena itu cepat dia habiskan makanannya dan sebisa mungkin cari cara segera keluar dari situasi ini. Sebelum sesuatu terjadi.

“Sakura, aku pulang sekarang ya.” bisik Sasuke.

“Eh, kenapa? Belum juga kita…”

“Kubilang kan cuma bisa bentar.” sela Sasuke. “Bersenang-senanglah. Aku duluan.” Tak banyak basa-basi langsung bersiap pergi.

“Lho, mau kemana Hatake-san?” tanya Hinata tiba-tiba.

Deg─Inilah hal yang ingin Sasuke hindari.

“Ha-ta-ke?” heran Naruto, mengernyit tak mengerti. Bolak-balik menatap pacar dan sahabat baiknya sambil menyeruput kuah ramen terakhir. “Siapa Hatake-san?”

“Uhm, siapa lagi… tentu saja dia.” jawab Hinata menunjuk Sasuke dengan dagunya. “Aku masih tak enak kalau langsung menyebut nama kecilnya.”

“Heh, tapi nama keluarga Sasuke kan…”

“DOBE!” panggil Sasuke cepat, “Bukankah kau juga harus pergi sekarang?” Sebentar dia berbalik, “Atau mau bolos mata kuliah sore ini seperti biasa?” tanyanya.

“HEE?!” Naruto yang terkejut mendengarnya sontak berdiri. “Kau benar. Aku lupa.” Dia jambak rambut kuning jingkraknya panik. “Kusoooo~… untung kau ingatkan. Sekali lagi aku bolos, pasti bakal masuk blacklist nilai E.”

“Mau berangkat sama-sama?” tawar Sasuke, tumben baik.

“Ah, iya iya mau. Tunggu bentar.” Naruto pun buru-buru bersiap pergi. Lekas pakaikan kembali jaket black-orange kesayangannya. “Sampai nanti ya, hime~…” pamitnya seraya mengecup sebelah pipi Hinata, bikin gadis itu sekaligus Sakura dan Ino blushing seketika. Mereka terlalu terang-terangan tunjukan kemesraan.

Jaa~…”

“Hhhh~… kok jadi gini sih acaranya.” dengus Ino. Dia tumpangkan wajah bêtenya pada sebelah tangan di atas meja melihat kepergian dua orang itu. “Belum juga kita ngobrol banyak. Jangankan ngobrol, perasaan kenalan aja tadi kita gak sempat deh.”

“He’em.” Hinata mengangguk setuju sembari menyeruput minumannya.

“Ha ha, maaf ya…” Sakura tersenyum kaku. Jujur dia sendiri tak menduga Sasuke akan pulang secepat ini. “Lain kali kita luangkan waktu lain yang pas buat kumpul.”

“Setuju.” jawab Ino spontan sambil acungkan tangannya ke atas. “Dan aku akan seret Sai supaya mau ikut juga. Tak peduli dia sedang sibuk exhibition atau apa.”

sasusaku-naruhina-saino

“Ta-tapi tadi aku tak salah kan?” tanya Hinata, kembali teringat dan bikin dia kepikiran. “Kaget waktu aku panggil Hatake-san, Naruto tampak tak kenal. Nama pacarmu itu memang Sasuke Hatake kan, Sakura?”

“Eh, i-iya…” Sakura mengangguk ragu. Sebenarnya tadi dia pun merasa janggal.

“Aduh, udah deh gak perlu dipikirin. Cuma nama doang. Gak sengaja kali. Mereka saja saling panggil Teme-Dobe.” ucap Ino santai menanggapi. “Setidaknya kita sudah bertemu dengan pacar Sakura. Terlebih dia juga teman pacar Hinata. Jadi kalau ada apa-apa denganmu, kami bisa langsung menghadapinya.”

“Haha, kalian ini… memangnya kalian pikir Sasuke akan lakukan apa padaku?” tanya Sakura.

“Ya bisa apa saja. Walau dia tampan tapi entah kenapa auranya agak menakutkan.” jawab Ino sambil bergidik, berlagak ngeri.

“Hei, jangan berlebihan. Sasuke tak seperti itu kok.” bela Sakura.

“Dia baik padamu?” tanya Hinata.

Sakura mengangguk, “Baik.”

“Kau bahagia bersamanya?”

“Iya.”

“Syukurlah, buat kami itu cukup. Asal Sakura-chan bahagia, bersama dengan siapapun akan kami dukung.” ucap Hinata.

“Ya, dengan ini kami nyatakan merestui hubungan kalian dan tak akan lagi bahas soal mempertimbangkan Gaara menjadi pacarmu.” lanjut Ino.

“Hee?! Jadi itu tujuan kalian sebenarnya?!” cengang Sakura.

“Hahahaha, iya…”

Drrrttt… Drrrrttt…

Perhatian mereka tiba-tiba teralihkan oleh bunyi getar ponsel di atas meja. Menyadari smartphone hitam yang tertinggal itu milik siapa, tak menunggu lama bagi Sakura untuk secepatnya bergegas keluar restoran. Berharap Sasuke masih ada di parkiran. Dan benar saja, pink lihat kuning dan raven tampak tengah berbicara. Dari yang asalnya sekedar akan memanggil, dipikir sebaiknya langsung saja Sakura hampiri.

“…”

“Teme, itu sama saja kau bohong, kan? Kenapa mereka tak boleh tahu?”

“Diamlah. Kubilang aku punya alasan sendiri.”

“Tapi aku gak ngerti. Memang bakal fatal gitu akibatnya kalau sampai Sakura tahu siapa kau sebenarnya?”

“Iya.”

“Hah? Yang benar saja… sekedar nama?”

“Hn. Makanya kusembunyikan.”

“Apa yang kau sembunyikan?” tanya seseorang datang menyela.

Sasuke dan Naruto terkejut mendapati kehadiran Sakura di dekat mereka. Suasana mendadak canggung. Entah apa yang tadi sedang dibicarakan, Sakura tak begitu jelas mendengarnya, tapi sepertinya itu serius.

“Bukan apa-apa.” jawab Sasuke. “Iya kan, Naruto?” Onyx bergulir menatap nilam biru jernih itu tajam, bikin yang ditatap langsung salah tingkah.

“Eh… eu… ehm, i-iya kok. Bukan apa-apa, hehe…” cengir Naruto.

“Sungguh?” tanya Sakura tampak tak puas. Terlebih melihat gelagat Naruto bikin dia makin penasaran. Pasti ada sesuatu.

“Heh, itu kan ponselku.” sela Sasuke, untungnya lekas menyadari apa yang dibawa Sakura sehingga bisa mengalihkan perhatian gadis itu.

“Iya. Kenapa ceroboh kau tinggalkan?” gerutu Sakura seraya menyerahkan ponsel itu pada Sasuke. “Untung ketemu. Kalau tidak, pasti kau panik mencarinya.”

“Hn, sankyu.” ucap Sasuke sambil tersenyum tipis. Dalam hati merutuki dirinya sendiri. Kenapa bisa sesial ini, berada dalam situasi beruntun yang membuatnya terpojok. Sebentar dia cek ponselnya dan menemukan beberapa miss call dari nomor Kakashi pada call log sebelum dia sisipkan ponsel itu ke saku celana jeans-nya. “Ya sudah, kami akan pergi sekarang, sana kau masuk lagi ke dalam. Teman-temanmu sudah menunggu, kan?” Sasuke coba terus menghindar, khawatir Sakura masih akan bahas soal pembicaraannya dengan Naruto tadi.

“He’em.” Sakura mengangguk, “Hati-hati di jalan ya.” ucapnya sambil melambaikan tangan.

Tap

Sasuke sebentar menahan bahu Sakura seraya mengecup sekilas bibir gadis itu sebelum pergi. “Kau juga.” bisiknya.

BlushWajah Sakura seketika merona merah. Dia jadi salah tingkah. Melihat tadi Naruto melakukannya pada pipi Hinata saja sudah buat dia tersipu malu apalagi sekarang mengalaminya sendiri. Buat mereka itu pertama kali. Ciuman di depan orang lain, mana di tempat umum begini lagi. Naruto juga sampai melohok dan mangap-mangap. Sementara Sasuke tampak biasa saja. Memang sengaja dia lakukan. Berpikir pasti setelah ini Sakura akan lupa dengan apa yang terjadi sebelumnya. Seperti itulah wanita, setelah diberi sesuatu yang manis biasanya cepat larut di dalamnya sampai lupakan bagian yang pahit.

“Huh, bisa-bisanya kau bungkam dia begitu saja.” sindir Naruto menyadari trik pengalih perhatiannya Sasuke. Meskipun Sakura sudah pergi tak berarti urusan mereka sebelumnya selesai begitu saja. Kali ini Naruto singkirkan tampang ceria dan sok polos andalannya. Kata siapa orang yang selalu cengengesan seperti dia tak bisa bersikap serius? Dia juga tak kalah dari Sasuke. Terlebih Naruto mulai curiga dan benar-benar ingin tahu. “Jadi sekarang kau bisa ceritakan padaku semuanya kan, Teme?” tanyanya seraya menatap intens dan mencengkeram bahu Sasuke erat. “Kenapa Sakura tak boleh tahu kalau kau itu seorang Uchiha?”

“Tch,” Sasuke mendengus kesal menghadapinya. Dia tahu Naruto tak akan mudah melepaskannya. “Baiklah, akan aku jawab. Tapi katakan dulu padaku sebelumnya, sejauh mana kau mengenal Sakura?” Sasuke balik bertanya, “Karena aku tak mau ceritaku nantinya malah jadi perbincangan antara kau dan pacarmu, lalu sampai pada Sakura sebelum aku bereskan urusanku.”

“Haha, lagakmu serius sekali.”

“Kau pikir aku bercanda?”

Blue sapphire menyelami onyx, “So, kita kembali masuk ke dalam dan menikmati semangkuk ramen Ichiraku sambil ngobrol atau langsung capcus berangkat ke kampus aja nih?”

“Hah?” Sasuke sweatdrop sesaat mendengarnya, lantas mengerling malas. Tanpa basa-basi lekas kenakan helm full face miliknya dan bersiap melaju pergi. Gagal paham dengan tingkah Naruto barusan.

Si Dobe emang Dobe.’ gerutunya dalam hati.

.

.

.

Sasuke Uchiha

Tiba-tiba terbangun di tengah padang rumput hijau asing. Sasuke edarkan pandangannya melihat ke sekeliling tempat dia berada. Birunya langit cerah, hangatnya cahaya mentari, dan saat dia picingkan mata terlihat di kejauhan berdiri sosok orang itu tegap memunggungi. Dirinya lekas bangkit, tak berpikir lama untuk segera menghampiri. Kakinya menghentak, terus berlari. Mengejar dan mengejar sampai akhirnya mereka berhadapan. Tak salah lagi, Itachi-lah yang berada di sana. Wajah orang yang dirindukan itu masih tetap sama, menunggu di bawah pohon bunga sakura yang kelopaknya tengah berguguran.

Nii-san!” teriak Sasuke antusias. Dia merasa senang bisa melihat kakaknya ada di sini. Tapi tak seperti yang diharapkan, tak ada senyum yang terlihat di wajah Itachi. Tatapan mata itu tampak kecewa.

Kenapa?” Sasuke bertanya-tanya.

Bibir Itachi berucap, namun tak jelas apa yang dikatakannya. Angin kencang bertiup kian menghembuskan banyak kelopak bunga jatuh berguguran. Menghalangi Sasuke untuk lebih mendekat. Sementara perlahan sosok itu tersaput…

Tidak, jangan pergi! Tunggu, kakak! Tunggu! Tunggu!”

―dan kemudian menghilang.

TIDAAKKK!” teriak Sasuke.

Grep

“Ugh…” ringis seseorang.

Sasuke terbangun dan mendapati tangannya mencengkeram erat tangan Sakura. Ditatap oleh emerald yang tampak heran itu menyadarkannya kalau barusan dia hanya bermimpi. Lekas saja Sasuke lepaskan cengkeramannya, sejenak menghela nafas panjang sementara perlahan dia bawa seluruh pikirannya kembali ke alam sadar.

“Maaf aku membangunkanmu.” kata Sakura, “Makan malam sudah siap.”

Malam minggu ini SasuSaku tak ada kencan di luar. Mereka putuskan―sebenarnya Sakura yang minta―untuk makan malam di rumah saja, berhubung sepertinya Sasuke banyak tugas kuliah yang harus dia selesaikan. Sore tadi sepulang kuliah Sakura bahkan sengaja belanja bahan makanan. Sementara dia memasak, Sasuke yang tengah menunggu sambil menyelesaikan tugasnya malah ketiduran.

Lelaki itu masih terdiam. Dia merasa pening sekarang.

“Kenapa?” tanya Sakura, lantas duduk di sisi sofa tempat Sasuke berbaring. “Kau bermimpi buruk?” ditangkupnya wajah lelaki yang kini terlihat pucat dan sedikit berkeringat dingin itu.

“Hn.” Sasuke sebentar pejamkan mata, mencoba mengingat-ingat mimpi aneh tentang Itachi barusan. Mungkinkah hanya bunga tidur biasa? Kenapa rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal? Dan melihat Sakura sekarang, dia merasa kalau mimpinya itu seakan ada hubungannya dengan gadis itu. Lalu Itachi, apa yang sebenarnya ingin dia sampaikan? Kata-kata terakhirnya sebelum menghilang…

Aku mohon…” pinta Itachi.

Tiba-tiba saja Sasuke menarik Sakura mendekat. Gadis musim semi itu tersentak kaget, tak hanya karena dia menindih Sasuke dengan posisi mereka sekarang jadi sama-sama berbaring, namun dia merasa pelukan erat Sasuke berbeda. Dia coba bangkit tapi Sasuke mencegahnya.

“Aku takut.” bisik Sasuke pelan, tubuhnya sesaat gemetar.

sasuke

Di akhir mimpi tadi, sebelum Itachi lenyap bersama kelopak bunga yang berterbangan, Sasuke cepat ulurkan tangan mencegahnya hilang. Namun hanya bisa menyambar beberapa helai kelopak bunga sakura yang terkoyak di tangannya yang berlumuran darah. Seakan menggambarkan sesuatu yang selama ini merisaukan hatinya.

Sakura jadi ikut terdiam. Meskipun tak tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi sepertinya Sasuke serius. “Takut apa?” tanya Sakura. Sasuke tak menjawab, hanya kian mengeratkan dekapannya. “Sudah, tidak apa-apa. Itu kan cuma mimpi.” hibur Sakura, dielusnya helaian rambut raven lelaki itu.

Terpantul dalam gelapnya onyx adalah tatapan lembut sang emerald. Disertai senyuman tulus dan ekspresi polosnya. Tentang Sakura, semua yang ada dalam gadis itu terkadang mengusik dirinya. Mengganggu keteguhan hati. Menjadikan godaan termanis dalam pahitnya rasa sakit dan dendam yang mengotori perasaan. Sama seperti sekarang, saat dia butuhkan dekapan itu, sentuhan lembut di jarak mereka yang terlampau dekat, sebuah kecupan yang Sakura berikan untuk menenangkannya, tak ingin cepat dia lepaskan. Justru semakin dalam.

Bercampur desah dan debaran, Sasuke lakukan itu bukan sekedar pelampiasan, melainkan mencari kenyamanan. Sesuatu yang sebenarnya dia butuhkan. Jujur Sasuke akui ini sebagai kelemahan. Terjerat dalam perangkap jaring yang dia tebarkan. Alih-alih membuat Sakura jatuh cinta padanya, justru mungkin dirinyalah yang tanpa sadar sudah jatuh cinta pada gadis itu.

sasuke-sakura-234

“Kau tak takut padaku?” tanya Sasuke usai berpangutan.

Sakura menggeleng, “Yang kulihat justru kau yang takut padaku.”

“Ah, ha ha ha ha ha…” Sasuke tertawa hambar seraya menarik diri dari Sakura. “Kau benar.” jawabnya kemudian. “Aku takut padamu.”

Sakura ikut bangkit, menatap lelaki berwajah kusut di hadapannya. “Kenapa kau takut padaku? Apa yang kau takutkan?”

“Aku takut kau membenciku.” jawab Sasuke lirih.

“Tapi aku tak membencimu.”

“Belum…”

Sakura mengernyit. Emerald menatap heran onyx yang tak seperti biasa tampak sekilas ada kesedihan tercampur dalam kelembutan tatapan kelam itu.

“Makanya, mungkin kau jangan terlalu baik padaku, Sakura.” lanjut Sasuke kemudian disertai senyuman samar tertoreh di wajah tampannya.

“Eh?”

Jam dinding menunjukkan hampir pukul sembilan malam saat Sakura bersiap untuk pulang. Kembali diliriknya sosok lelaki itu termenung sementara dia menunggu memakai sepatu. Dalam hati Sakura bertanya-tanya ada apa sebenarnya, sejak tadi bangun tidur dan selama mereka makan malam pun rasanya Sasuke bertingkah aneh. Dia memang pendiam dan suka bersikap dingin tapi tak sampai separah ini. Mungkin sedang ada masalah atau ada sesuatu yang tengah dipikirkannya.

“Aku pulang ya.” pamit Sakura.

“Hn, hati-hati.”

“Haha, cuma turun satu lantai juga.” canda gadis itu.

“Ya siapa tahu kau terpeleset jatuh di tangga.”

“Huh, dasar…” gerutu Sakura sambil manyun. Sebelum pergi dia berjinjit, mengecup bibir Sasuke tanpa ada balasan. Lelaki itu hanya sedikit tersenyum mengangkat sudut bibirnya. “Kau sungguh ingin aku pulang sekarang?” tanya Sakura.

“Iya, kan sudah malam.”

“Tapi di luar hujan lho.”

“Kan kita masih di gedung yang sama. Cuma turun satu lantai, hmm?”

“Tapi aku takut terpeleset jatuh di tangga.”

Sasuke tertawa samar. “Kalau gitu aku antar.” Dilepaskannya perlahan tangan Sakura yang semula melingkar di lehernya. Berganti menggenggam erat tangan gadis itu dan menggandengnya selama mereka berjalan keluar.

Langkah demi langkah ditelusuri dalam keheningan rasanya makin menyesakan. Sambil melirik sosok berwajah datar di sampingnya, Sakura menunggu Sasuke bicara, tapi dia diam saja. Sampai tiba di ujung anak tangga terakhir…

“Selamat. Tak terpeleset, kan?” ucap Sasuke. “Sudah ya.”

Seperti ada sesuatu yang ikut terlepas seraya genggaman tangan mereka terpisah. Dan kata “Oyasumi.” yang terucap sebelum Sasuke pergi tampak terdengar menyedihkan. Entah kenapa itu membuat perasaan Sakura makin tak nyaman. Tapi Sakura pikir dia bisa berbuat apa untuk Sasuke sekarang, rasanya tak ada.

Blam

Sasuke menutup pintu dan bersandar di baliknya setelah sampai di rumah usai mengantarkan Sakura pulang. Sebenarnya apa yang mengganggu pikiran dan perasaan Sasuke sekarang karena ini sudah hampir tiba di akhir. Dia harus secepatnya menentukan pilihan. Namun saat dia akan akhiri segalanya sesuai rencana, keraguan di hati malah membuatnya bimbang. Setengah ingin lampiaskan, setengah lagi merasa tak tega. Kesan kejam bercampur dengan kasihan. Rasanya sayang. Ingin membuatnya hancur tapi ingin tetap utuh. Ingin singkirkan tapi ingin memiliki. Sama seperti ingin membenci tapi itu malah membuatnya ingin mencintai.

“Aaaarrrghhh…” teriak Sasuke kesal pada dirinya sendiri. ‘Apa yang harus aku lakukan?! Kakak, kau ingin aku bagaimana…’

sasuke galau

Tok tok…

Bunyi ketukan pintu itu membuyarkan lamunan. Walau malas menerima tamu tapi tubuhnya bergerak sendiri kembali memutar kenop pintu itu dan membukanya. Bagai menerima jawaban, sosok itu muncul dihadapan.

“Kenapa…” gumam Sasuke saat gadis berambut merah muda itu tiba-tiba langsung memeluknya. “Kenapa kau datang lagi?”

“Aku pikir kau membutuhkanku sekarang.” jawab Sakura. “Aku tahu rasanya sendirian saat kau butuh sandaran. Kau mungkin tak merasa sedih tapi kesepian di hatimulah yang sebenarnya mengganggu. Seperti kau yang selalu ada untukku, aku pun ingin ada untukmu. Jadi biarkan aku bersamamu, Sasuke.”

Deg―Tiba-tiba seperti ada perasaan aneh yang merasuk. Menyentuh ke bagian terdalam hatinya saat Sasuke sadari maksud ucapan Sakura. Kesepian di hati yang mengganggu. 

sasuke-sakura-hug-sad

Baka…” bisik Sasuke, perlahan dia balas mendekap gadis itu. Sandarkan kepalanya di bahu kecil Sakura. “Kau tahu, kalau kau seperti ini aku tak akan melepaskanmu sekarang.”

Senyuman kecil mengembang di wajah Sakura, “Aku tahu, karenanya aku datang. Aku pun tak ingin lepas darimu, Sasuke.”

Sementara itu di tempat lain. Di bawah jutaan tirai air hujan menerjang, sebuah mobil tampak berhenti di tujuan. Sang pengemudi berambut perak sejenak menatap mansion kecil sederhana yang berdiri kokoh di tengah suasana tentram malam. Kakashi melirik jam tangannya. Mungkin sekarang bukan waktu yang pas untuk bertamu. Tapi berpikir kembali dan menunggu kesempatan lain datang rasanya akan terlambat. Berbekal penyelidikan dan tekad ingin tuntaskan masalah-lah yang membawanya ke tempat ini. Karena itu dia putuskan untuk turun.

Kakashi-Hatake-13-TJ4JHYOG0O-1280x1024

CTARR!

Berlatar petir dan kilat menyambar, dengan payung di tangan, pakaian serba hitam, wajah setengah bertopeng, Kakashi melangkah maju. Menghadapi segala kemungkinan. Berharap bisa selesaikan kesalahpahaman, mengemban janji serta melindungi orang-orang yang dia sayangi.

Ting tong… Sepi

Ting tong… Masih tak ada jawaban.

Ting tong… Sekali lagi tak ada.

Kakashi mendengus kecewa. Dia sudah menunggu beberapa menit tapi sepertinya penghuni sedang tak di tempat. Mungkin lain kali dia datang lagi. Tapi baru juga hendak putuskan untuk pergi, samar terdengar kerit engsel pintu berbunyi.

Clek―Tampak seorang wanita memperlihatkan wajahnya dari sela pintu yang sedikit terbuka.

“Ya?” tanya orang itu. “Ada perlu apa?”

konan

Kakashi sesaat terperanjat melihatya. Tak salah lagi memang benar dia orangnya. Sekitar setahun sejak kematian Itachi, mereka pernah tak sengaja bertemu. Berpapasan di komplek pemakaman saat Kakashi akan berziarah. Wanita muda cantik berambut indigo dengan manik nilam biru kelam itu meninggalkan sebuket bunga di atas makan Itachi.

“Nona Konan, bisa kita bicara sebentar? Ada hal yang ingin aku tanyakan soal Itachi Uchiha.”

Konan tampak terkejut saat mendengar nama ‘Itachi’ disebut. “Ma-maaf, sepertinya kau salah orang. Aku tak kenal siapa dia.” ucapnya lekas menghindar dan buru-buru menutup pintu.

Brakk―sebelum Kakashi cepat menahannya.

“Aku mohon bekerjasamalah denganku. Aku kemari bukan berarti tak tahu apa yang terjadi. Aku hanya ingin pastikan beberapa hal.”

“Pergilah. Itu bukan urusanku. Aku tak tahu apa-apa. Cepat pergi!”

“Tapi ini penting. Kau tahu, ada mereka yang butuh kebenaran tentang kecelakaan Itachi waktu itu.” bujuk Kakashi.

“Tapi itu bukan salahku!” teriak Konan.

“Aku tahu, aku kemari juga bukan untuk menyalahkanmu. Aku hanya…”

“Pergi! Cepat pergi!” Konan mendorong-dorong Kakashi yang mencoba masuk. “Sana pergi, atau aku teriak panggil keamanan!”

“Huaaaa…. Mamaaaaa…. Hikhikhik…” Tak terduga Hitachi muncul di hadapan mereka sambil merengek nangis. Sepertinya teriakan Konan barusan membangunkannya dari tidur. “Mamaaaa hikhikhik―”

Eh?!” Kakashi terbelalak tak percaya melihat kehadiran bocah itu. “Anak itu…”

“Tch,” Memanfaatkan jeda, sekuat tenaga Konan cepat bertindak menyingkirkan Kakashi.

Brakk―Tanpa basa-basi langsung menutup pintu tepat di depan wajah lelaki itu.

“Pergilah. Aku sudah tak ada lagi hubungannya dengan Itachi.” kata Konan dari balik pintu.

“Hah? Hahaha… tak ada hubungannya katamu? Mana bisa kau bilang begitu sedangkan aku sudah lihat buktinya sendiri. Tak salah lagi, anak itu adalah anak Itachi, kan?” Sejenak Kakashi terkekeh, mendadak geli saat dipikirnya ini lucu sekaligus miris. “Kasihan Itachi, kalau tahu orang-orang yang dicintainya malah jadi seperti ini karena kematiannya.”

“…”

Meski tak menjawab, tapi Kakashi tahu Konan masih ada dan mendengarkannya bicara. “Konan, kau tahu… Meskipun kau bilang kau tak peduli, tapi ada orang di luar sana yang sangat peduli pada Itachi. Mereka terlalu menyayanginya. Karena tak bisa menerima kematiannya, karena tak tahu apa yang terjadi di hari itu, karena kesalahpahaman mereka, karena ada hal yang disembunyikan, mungkin mereka akan terluka dan saling melukai. Itachi pasti selama ini tak bisa beristirahat dengan tenang. Dia akan sedih kalau sampai itu terjadi.”

konan akatsuki

Di balik pintu Konan sendiri mulai galau. Kakashi berhasil menarik kembali perasaan yang sudah dia kubur dalam-dalam. Membuat pikiran wanita itu campur aduk. Meski coba hindari tapi dia tahu dia tak bisa selamanya lari. Ada satu rasa bersalah terhadap Itachi yang selalu menghantui.

“Dengar, coba sekarang kau tatap wajah anakmu. Bila kau temukan penyesalan, maka bicaralah sekarang. Buat hidupmu tenang. Bantulah mereka mengetahui kebenarannya. Aku mohon.” pinta Kakashi. “Sebelum seseorang lampiaskan dendam pada orang yang salah.”

Benarkah apa yang mereka lakukan? Bolehkah seperti ini? Tak masalah saling berbagi? Tak apa-apa saling melengkapi? Mengisi kekosongan hati karena ditinggal pergi. Mengobati luka dengan menorehkan luka. Meresapi rasa sakitnya bersama-sama. Perpisahan dengan ‘orang itu’ mengantarkan mereka bertemu karena ‘orang itu’. Cinta yang dikira sama, sayang yang dikira sama, ternyata berbeda saat mereka menyadari perasaan masing-masing. Siapa sesungguhnya yang mereka pikirkan saat ini?

Berbaring di satu ranjang. Seperti yang diminta Sasuke, Sakura pejamkan matanya sementara dirasa perlahan ada yang menggelitik jenjang lehernya. Entah itu jemari atau deru nafas hangat lelaki itu, bercampur dengan sekilas kecupan-kecupan yang kian meletupkan degup jantungnya. Ada sesuatu yang dingin menyentuh kulit. Masih terpejam, dibimbingnya jari Sakura menelusuri rantai kecil sampai pada sesuatu yang kini tergantung di lehernya.

“Buka matamu.” bisik Sasuke.

Emerald lantas bergulir dari onyx milik Sasuke beralih pada sebuah liontin kalung yang dihiasi batu-batu kecil merah muda yang disusun membentuk bunga sakura. “Kirei na~…” Sakura berdecak kagum menatapnya. Diraba kalung itu dan ternyata dibaliknya ada sesuatu yang terukir. Huruf ‘S’ yang sesaat mengingatkan dirinya pada kalung Uchiha miliknya dulu. “Ini untukku?” tanya Sakura.

“Iya. Kau suka? Bunga sakura untuk Sakura. S untuk Sakura. Kalung itu memang pantas untukmu. Dibuat khusus untukmu seorang.” kata Sasuke. ‘Sama seperti kipas untuk Uchiha dan S untuk namaku.’ pikirnya dalam hati.

“Oh ya? Manis sekali.” Sakura tampak senang menerimanya. Terbesit dalam pikiran mungkin Sasuke berikan ini sebagai pengganti kalungnya yang hilang. “Aku suka. Arigatou.”

“Hn.” Sasuke tersenyum samar. ‘Kakak, aku tak tahu kenapa kau sengaja membuat kalung itu untuk kami berdua. Tapi aku sadari kini mungkin kau anggap aku dan dia sama pentingnya bagimu. Sekarang sudah aku sampaikan apa yang hendak kau berikan padanya. Meskipun…’

“Sakura…” panggil Sasuke seraya membelai lembut paras cantik gadis musim semi yang kini sudah bersemu merah di hadapannya. “Soal yang tadi, kau yakin?” tanyanya. Hadiah kecil Sasuke barusan cuma selingan dari hal penting yang tengah mereka lakukan.

sasusaku-blushing

“Uhmmm…” Sakura terdiam sesaat. Dia gugup harus menjawab apa. Bukan karena ragu, melainkan malu. Tak bisa dengan baik mengungkapkan perasaannya.

“Kalau takut, tak apa-apa. Kita sudahi saja. Tak perlu lakukan ini sekarang.” lanjut Sasuke.

“Aah, tidak kok.” bantah Sakura seraya menarik kembali tubuh Sasuke yang hendak menjauh. “Aku mau. Aku mau melakukannya denganmu.”

“Yakin?” Sasuke tanya sekali lagi. “Kau tahu, kalau sudah mulai aku tak bisa berhenti.” bisiknya makin menggoda. “Jadi jangan sampai nanti kau menyesal.”

Sakura menggeleng, menatap onyx lekat-lekat. “Aku tak akan menyesal.” jawabnya. “Karena aku senang dengan begini aku bisa membalas perasaanmu, Sasuke.”

“Iya, kau membalas perasaanku Sakura.” Sasuke sekilas tersenyum sebelum makin merapatkan diri dengan Sakura. ‘Perasaan cinta dan benciku.’ bisiknya dalam hati seraya berikan kecupan mesra pertama mereka memulai pengalaman tak terlupakan malam itu.

Kakak, maaf… mungkin kau tak suka caraku ini. Terlebih aku pun sudah lancang, seenaknya mencintai dia.’

sasusaku-hot

.

.

.

Bermula dari rasa sayang tak ingin kehilangan. Selalu teringat sosok yang tersenyum menyapa. Rindu akan perhatian yang dia berikan. Berpikir seandainya masih ada, pasti akan lebih banyak kenangan tercipta mengisi hari-hari mereka.

Nah, aku pergi dulu ya, sampai nanti Sasuke…”

Lambaian tangan dan ekspresi cerianya di hari itu adalah yang terakhir dia lihat. Tak menyangka bahwa bisa jadi ini perpisahan. Karena tak lama, kematian turut menghempaskan kebahagiaan jauh darinya.

TIDAAAKKKK!”

Kesedihan tak terelakan itu meledak. Berulang kali berpikir semua hanyalah mimpi dan kebohongan, tapi kepergian Itachi nyata. Rasanya tak ingin mengakui apa yang tengah terjadi, orang itu tak akan kembali.

Tak terima, Sasuke tak terima kenapa semua ini terjadi? Kenapa harus kakaknya yang mengalami? Kenapa bisa? Apa salahnya? Siapa yang salah? Siapa?!

Tok

Hakim memutuskan pengemudi truk bersalah. Divonis 5 tahun penjara dan denda satu juta ryo sesuai tuntutan jaksa. Selesai sudah permasalahan. Puaskah dia?

Aku tak bersalah. Sungguh… Orang itu yang tiba-tiba saja berlari ke jalan. Mungkin sebenarnya dia bermaksud bunuh diri.” bela si pelaku waktu itu saat diinterogasi.

Bunuh diri? Sasuke tak percaya. Bagaimana mungkin Itachi melakukan hal bodoh semacam itu. Kalaupun dia ingin mati, tak mungkin dia memilih menabrakan diri. Sudah jelas si supir berkendara dalam keadaan mabuk. Karenanya proses hukum peradilan dilaksanakan. Meski Itachi cepat dilarikan ke Rumah Sakit, bahkan sempat bertahan beberapa hari, tapi itu siksaan untuknya sebelum mati.

Masih tak bisa terima, Sasuke penasaran apa yang sebenarnya terjadi di hari itu. Dan dari selembar foto yang dia temukan, beberapa catatan kecil, barang-barang yang Itachi tinggalkan, juga satu nama asing yang sempat dia dengar terucap, membawanya pada satu nama.

Sakura…”

Siapa dia?

Itachi punya kekasih. Hubungan mereka tak sehat dan selalu bermasalah. Dia diselingkuhi. Terkadang Itachi sampai memergokinya bersama pria lain. Saat bertemu, mereka pasti bertengkar. Dan setiap kali minta putus, hari berikutnya malah balikan lagi. Mesra sesaat, kadang tampak bahagia, tapi lain hari berubah jadi neraka. Coba kau pikir bila kau jadi Itachi, apa kau tak akan frustasi dengan wanita seperti itu? Hanya mempermainkan perasaan dan cintanya. Memanfaatkannya. Membuangnya saat tak butuh dan kembali mendatanginya saat butuh. Wanita tak tahu malu. Tapi meskipun begitu, Itachi tetap saja menerimanya. Kasihan dia, terjebak dalam kesengsaraan cinta seperti itu. Aku kadang berpikir, kalau jadi dia lebih baik mati saja.”

Cerita seorang teman kakaknya seakan meneteskan minyak pada api kecil yang tersunut. Mulai membakar perasaan Sasuke perlahan-lahan terbawa amarah. Setelah itu sambil terus diam-diam mencari tahu, menyusun rencana, sampai menemukan orangnya. Tak peduli bila dia harus bersandiwara, menutupi perasaan, membohongi dirinya sendiri. Demi tujuan mengisi kekosongan hati dengan dendam dan pelampiasan. Kepuasan yang didapat setelah balas memberi pelajaran. Berharap kelak bisa melihat wajah penyesalan yang pantas didapatkan orang itu.

Tapi kenyataannnya… Haruno Sakura, dia tampak tak bersalah.

Penyebab kematian kakakmu kau bilang? Kau yakin Sakura orangnya? Dari cerita yang kudengar tak seperti itu, Teme.” Naruto, sahabat baiknya sendiri tak percaya. “Hinata pernah bilang, Sakura dulu memang punya pacar, walau sepertinya mereka tak begitu kenal tapi tampaknya justru Sakura-lah yang dicampakkan. Ini rasanya jauh berbeda dengan ceritamu. Kau tak salah orang, kan? Bisa saja kakakmu punya pacar lain selain Sakura. Kau pernah pikirkan itu tidak?

Tidak. Sasuke tak pernah pikirkan kemungkinan itu. Tak pernah berpikir dirinya salah dan Sakura tak bersalah. Selama ini dia pikir apa yang dilakukannya benar. Sampai menghiraukan pendapat orang lain, menutup mata atas fakta yang sebenarnya terjadi, bahkan meredam perasaannya sendiri. Meskipun keraguan itu terkadang ada, tapi malah dia singkirkan. Tak percaya sampai dia temukan kenyataan tak terbantahkan itu sendiri.

sasuke-sharingan

“Kenapa berhenti?” Sakura heran melihat Sasuke mendadak terdiam. Onyx tiba-tiba menatapnya aneh tampak seperti ada keraguan.

Sasuke memang baru saja menyadari sesuatu. Ketika dirasa ada yang mengganjal. “I-ini pertama buatmu?” gumamnya. Dengan wajah bersemu Sakura hanya mengangguk pelan. “Masa?” tanya Sasuke tak percaya. “Jadi kau masih perawan?” Itu pikir Sasuke tak mungkin karena selama ini dia sangka…

Oh iya, aku sempat dengar kabar tak enak lain. Katanya kekasih kakakmu itu hamil sama pria lain. Sudah dicampakkan dan mencoba bunuh diri tapi… seperti biasa, kakakmu masih menerimanya. Ada gosip dia juga sempat aborsi.”

Teringat cerita Kisame, bagaimana bisa Sakura hamil dan sempat aborsi kalau ternyata dia sekarang masih ‘gadis’.

“Memangnya kenapa kalau iya, kau tak suka? Jadi kalau buatmu aku bukan yang pertama?” kata Sakura, dalam hati terasa miris.

“Bukan itu masalahnya.” Sasuke bingung, pikiran dan perasaannya bercampur aduk. Jujur sebagai lelaki sebenarnya dia senang sekali, itu artinya dia yang pertama kali menyentuh Sakura kalau begitu. Tapi, tetap saja ada yang salah. Ini tak seperti perkiraannya selama ini. Wanita yang disangka bejat olehnya ternyata benar-benar masih polos. Dia salah. Sasuke telah salah memandang Sakura. Bukan gadis itu yang harusnya menjadi korban pelampiasan dendam Sasuke. “Kenapa bisa…?” Sasuke terhenyak menyadari kesalahannya. “Kau belum pernah melakukannya dengan orang itu?” tanya Sasuke kemudian.

“Dengan siapa maksudmu?” Sakura menggeleng, “Aku tak pernah melakukan hal sejauh ini dengan siapapun. Kecuali denganmu sekarang, hampir…”

Situasi berubah. Terlalu banyak kebingungan dan fakta baru terungkap membuat mood bercinta mereka hilang. Terutama Sasuke, dia langsung menjauh dan bersikap panik sendiri. Turun dari ranjang, pergi sebentar menenangkan diri dengan minum segelas air di dapur. Meninggalkan Sakura begitu saja yang terhenyak melihatnya.

Air mata tak sengaja menelesak turun dari emerald tanpa dia sadari. Buru-buru Sakura seka dan gigiti bibirnya yang gemetar agar tak jadi menangis. Diperlakukan seperti ini barusan rasanya seperti menerima sebuah penolakan. Tapi kemudian dia cepat berpikir rasional. Pasti ada sesuatu yang menggangu pikiran Sasuke sekarang. Dan lagi Sakura bersyukur setidaknya dia berhasil menjaga kehormatannya. Tak begitu saja terbawa nafsu, sehingga melakukan hal ‘itu’ sebelum menikah. Mungkin itu pula alasan Sasuke tak jadi menyentuhnya.

“Hei, apa kau baik-baik saja?” tanya Sakura yang datang menghampiri Sasuke. “Ada apa sebenarnya?”

Sasuke menoleh melihat ke arah gadis yang hanya kenakan pakaian dalam berbalut t-shirt miliknya yang dipakai sekenanya. Beberapa saat terdiam menatap dengan tatapan sulit diartikan sebelum akhirnya bicara, “Kau benar pacaran dengan Itachi?”

Sakura mengernyit mendengar pertanyaan yang dipikirnya konyol itu. Untuk apa bahas soal orang lain sekarang. Sakura pikir malam ini pantasnya hanya pikirkan masalah hubungan mereka ‘berdua’ saja. “I-iya,…” jawab Sakura.

“Berapa lama, kapan kalian putus dan kenapa?”

“Hanya beberapa bulan saja. Hmm, aku sudah pernah bilang kan, kami tak benar-benar putus, dia yang meninggalkanku. Dan aku…” Sakura tertunduk sebentar, agak benci sebenarnya mengingat hal itu. “Aku tak ingin putus darinya. Tapi dia mencampakkanku.”

“Hah? Haha… kau dicampakkan?” Sasuke tampak tak percaya. “Bukannya kau yang pergi dengan pria lain?”

“Pria lain apa?” bantah Sakura, “Yang ada dia yang memilih wanita lain!”

Onyx membulat, bereaksi terhadap jawaban itu. “Wanita lain? Apa maksudmu?”

“Ugh, untuk apa kau membahasnya, aku tak mau mengingatnya.” kesal Sakura, sedih dalam hati.

“Jawab!” bentak Sasuke tiba-tiba.

“Aku memang pacarnya tapi aku bukan kekasihnya!” Sakura balas berteriak. Meluapkan emosi yang tak bisa lagi ditahan.

“Pacar? Kekasih? Apa bedanya?” tanya Sasuke lagi.

“Beda. Seperti kau punya mainan hiburan dan mainan kesayangan.” Sakura palingkan wajah berniat tak ingin perlihatkan ekspresinya, tapi Sasuke jelas sadari ada air mata tergenang di atas iris emerald. “Aku cuma hiburan, sedangkan yang dia sayangi tetap orang itu. Selain karena status, baginya aku mungkin hanya dianggap adik. Itulah yang sebenarnya, Itachi tak pernah menganggapku ada. Dia tak pernah mencintaiku.”

“Bohong.” Sasuke menggeleng tak percaya. “Jangan bohong padaku, Sakura!”

“Untuk apa aku bohong padamu.”

“Lalu kalau bukan kau, siapa?!” Sasuke mendekat seraya mencengkeram kedua bahu Sakura kuat-kuat. Menatap penuh amarah, “Kalau bukan kau, lalu siapa penyebab kematian kakakku Itachi?!”

“HAH?!” Sakura terkejut mendengarnya, “Ke-kematian… kematian kakakmu siapa? I-itachi kau bilang?” Sakura sama sekali tak mengerti. “A-apa maksudmu Sasuke?” Dia harap dia hanya salah dengar. Sasuke pasti salah ucap. Tapi melihat ekspresi lelaki itu sekarang, mendadak dirinya merasa takut. Sekelebat pikiran jelek berdatangan. Sesuatu yang tak ingin dia percaya.

“Siapa lagi tentu Itachi Uchiha, dia itu kakakku.”

JDERRR!

Bagai tersambar petir saat Sasuke mengaku. Serasa ada yang menghujam tajam. Menembus jauh kedalam diri. Menghempaskan seluruh jiwanya pergi. Dengan lunglai seketika Sakura tergolek jatuh. Tubuhnya gemetar. Wajahnya berubah pucat. Walau tak terisak, tapi air mata dengan bebas terus menelesak turun. Dan saat dia gulirkan irisnya kembali menatap Sasuke yang masih berdiri, dirasakannya aura lelaki itu berbeda. Sasuke tak bercanda.

“Ya, aku Sasuke Uchiha. Dan aku datang padamu untuk balaskan kematian kakakku.” ucapnya dingin.

Sasuke-uchiha-horor

.

.

.

=0=0=0=0=0=0=

TBC… Next to Last Chapter

=0=0=0=0=0=0=

.

.

.

sasusaku-night

Author Note:

Kyaaaaaaaaa~…. Senangnya bisa publish ini chapter (^/^) antara terharu dan bahagia campur aduk. Belum lagi deg-deg-an pas bagian akhir berasa gimana gitu, wkwkwk~… kasian deh lu adegannya dipotong #plak *bukan itu intinya woi

Yang pertama yang harus dibahas adalah ‘MAAF’ m(_ _)m yang sebesar-besarnya kepada kalian para pembaca atas keterlambatan tak terkira dari ngaretnya ini chapter mpe setengah tahun lebih ya (?) klo ga salah sejak terakhir kali saya update.

Ugh, bukannya saya tak menghiraukan review, komen, PM, dan tagihan teman-teman sekalian *yang tidak bisa saya balas satu-satu* serta sering pula saya mengumbar janji-janji manis namun PHP, saya tahu saya bersalah, pemirsa (T-T) hikhikhik… maaf ya maaf…

Tapi saya harap dengan publishnya chapter ini cukup memuaskan sedikit rasa penasaran kalian terhadap cerita yang saya sajikan, hehe… terlebih lagi PRECIOUS mulai mendekati akhir. Gimana lanjutannya ya?

Anda penasaran?

Sama. Saya juga (^w^)v

Jadi tunggu aja lagi deh ya, fufufu….

Semoga kali ini gak akan lama (^-^)a *walo ga bisa cepet juga sih* setidaknya karena kerjaan udah agak santai dan bisa bagi waktu lagi buat ngetik, sedikit-sedikit mungkin saya akan bangkit dari ke-hiatus-an dan sembuhkan WB yang menjangkit, uhuk… uhuk… lalu kembali ke dunia perfanfiksionan Indonesia (9^-^)9 yeaaahhh…

Terakhir, makasih banget ya semuanya udah baca PRECIOUS mpe sekarang (^-^)/

Special Thanks to:

Sslove’yumiki, Sarah Zakila, Judy Maxwell, Raditiya, chii, Jile Sing, Marshanti Lisbania Gratia, qori, zoggakyu, Nadya Harvard, Cindy Oktaviani, miyunyun, Itha, nurjanah, Sandra Pangestu, Eguchi Kimizaky, Rei-reixki-ki, Nakaumi–chan, Uchira Shawol Tripel S, Iyyak (๑’⌣’๑)づ♥, ♚♬Ghina Tamami♬♚ (@ghina_pink), YaYaK, syalsyabila.a.p. , amliya, fathir, Rirrin Dhika, Sanny S’llalu, Syariffaturahma, Rikaa Angel Uchihaa, Nazuka Rhenny Uchiha AkasunaGaara, Hoshii Hideyashu AkasuNamikaze, Azu-chan No Hanako, pratiwii, CassiVie, RefinaM, miiong, rengganis sarjito, Glh sasusaku, Himama1408, ierha12, picilya, Miau Chan, Kintan1430, Kotomi-Chan,  Minerva, dini, Ananda Fitri Karimah, ekhye_yuki, ceboiing, newbie, Blog Berita, sakuragami, vitri criez, AkaOni, Tika, Febry’ana hanara, Haruno Ikha Uchiha, Uchiharuno, sung gaeul, nikyota ragumi, jenny fer, muhamad hafsy/konuzuke haky, Aizah, RosyChan, Louis, jinsei no hikari, Ira, Dyah Puspa, Sasuke-kun~, lutfie, rachma_minwooJH, yaumil kawaii,  


 

Next to PRECIOUS Last Chapter : SATISFY

Menyusuri jalan panjang berliku, yang kutemui di ujung sana adalah dirimu. Tak nyata tapi yakin itu ada. Seperti kedekatan kita yang tampak hanyalah kebohongan. Tapi perasaan manusia siapa tahu. Apakah kau mencintaiku? Apakah aku mencintaimu? Tak pernah ada akhir. Karena akhir akan membawa kita selalu pada awal yang lain.

(^-^) Berkenan komen? (^-^)/

147 Comments

Leave a Reply

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *