Vellichor

Mungkin ada alasan yang tepat,

Atau mungkin tidak…

Untuk seorang Uzumaki Naruto berada di sini—menghampirinya, menatapnya lembut, menjatuhkan beberapa buku dari rak, menumpahkan secangkir coffe latte, menceritakan lelucon yang tidak lucu, menanyakan segala hal, melengkungkan senyuman hangat, bahkan menepuk puncak kepalanya pelan.

.

.

.

-Short NaruHina FF-

.:: Vellichor ::.

Naruto belongs to Masashi Kishimoto
-Fanfiction by maryn-
.

.

Tumpukan buku itu begitu usang. ‘Kuno’ mereka menyebutnya, ‘Klasik’ sebut sekumpulan lainnya. Warna kertasnya sudah berubah warna, tetapi tidak dengan goresan tinta yang tertera. Walau kedua pasang mata harus memekik pelan menelaahnya.

 

Serpihan debu terkadang muncul di sela buku yang berumur jauh di atas seorang Hinata Hyuuga. Ia terbatuk pelan. Jari jemari lentiknya bergeser pelan di antara ribuan judul asing yang tidak pernah di dengarnya. Ia senang. Ia gembira. Mata lavendernya berbinar-binar, bibir yang dipoles lipstick nude itu juga tak berhenti menyunggingkan senyumnya.

 

“Reaksimu sama persis saat kau pertama kali kemari, nona Hyuuga.” suara barithon familiar itu memecah keheningan.

 

Kaget, sang pemilik rambut lavender hanya bergumam pelan tanpa berbalik. Tangannya sedikit gemetar, tetapi tetap berusaha tegar untuk mencari judul buku yang menarik perhatiannya. Tapi pikirannya tidak terfokus, irama jantungnya terlalu kacau balau. Tekanan aura maskulin pria yang sejak tadi mengamatinya dari belakang itu begitu kuat. Dan…memikat.

 

Oke. Untuk kesekian kalinya, Uzumaki Naruto merasa bahwa ia diabaikan oleh putri Hyuuga ini. Pria itu melonggarkan dasinya sedikit sembari menghembuskan nafas. Kesabarannya sudah diubun-ubun.

 

“Hinata!”

 

“Y-Ya? Ya?”

 

Kedua pasang mata itu bertemu, di tengah ribuan buku yang tersusun rapi, di tengah bunyi detik jam, di tengah kebisingan deru pendingin ruangan. Cukup lama dan intens.

 

Hinata mengerjap. Naruto mengerjap. Kemudian keduanya saling membuang muka. Naruto berdeham. Hinata merapikan roknya, kemudian berjalan cepat. Lengan Naruto yang kekar menahannya, kemudian mendorong pelan Hinata hingga bersentuhan dengan tembok. Terpujilah kau Shikamaru Nara yang memperkenalkan teknik kabedon kepada pria lajang Uzumaki ini!

 

“Dengar…”

 

Jarak di antara kedua anak manusia tersebut semakin menipis. Bagai dua tokoh utama dalam film drama genre romantis. Lalu apa kabar wahai degupan jantung gadis 20 tahun tersebut? Juga kabar keringat dingin dari telapak pria 25 tahun tersebut?

Setelah beberapa hari terakhir selalu mengunjunginya di toko buku tua ini, menarik perhatiannya, mengobrol tentang apapun. Lalu kini, seorang Hinata Hyuuga tidak tahu cara merapikan degupan jantungnya di depan pria yang memiliki nama Uzumaki Naruto.

Naruto menarik nafasnya. Ia sudah melatih ini bersama Shikamaru tadi malam. Jangan tertawa. Itulah bukti bahwa ia benar-benar serius dengan putri sulung Hyuuga ini.

Kemudian dilihatnya lagi wajah cantik Hinata, dengan mata abu khas keluarga Hyuga, hidung mancung, bibir mungil. Naruto memalingkan wajah, mukanya memerah. Ia berdeham sekali sebelum membuka mulut. “…aku tahu ini berlebihan, aku tahu seharusnya aku tidak mengucapkan ini. Yeah..kau tahu?”

“I-iya aku mendengarkanmu, Naruto. Ta-Tapi ha-haruskah begini? Ma-maksudku ini..terlalu dekat.” gadis yang terpojok ke dinding dengan degupan jantung tidak normal saat ini itu meremas ujung roknya. Takut jika pria di depannya mendengar debaran jantungnya.

Pria menawan dengan style kantoran di depannya menaikkan sudut bibirnya. Ya Tuhan! Senyum itu begitu menawan di mata Hinata.

“…ma-maksudku bisa kan kita sa-sambil duduk seperti biasa…” lanjut Hinata terbata, “…sambil aku membaca, lalu kau bercerita. Lalu—”

“Aku mencintaimu.”

Hinata membeku. Seluruh yang ada di toko buku ini membeku. Seluruh dunia rasanya membeku.

“Ke-kenapa?”

“Kau tahu Hinata, jika seorang pria mengatakan cintanya padamu jangan bertanya kenapa. Tidak ada kata lain lagi selain ‘aku mencintaimu.'”

Naruto kembali menggulung lengan kemejanya asal, sembari pura-pura bergaya cool ala Uchiha Sasuke. Padahal degupan jantungnya menari-nari secara liarl Dilihatnya Hinata dengan mata biru lautnya, gadis itu tampak terkejut. Astaga! Bukankah semua tingkah laku Naruto akhir-akhir ini sangat obvious?

Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Putri sulung Hyuga tanpa reaksi.

Oke. Pria berambut matahari di depannya tidak sabaran. Ia mendekat dan mendekat. Hingga kedua bibir insan tersebut bertemu dan saling berpagutan. Tampaknya Naruto tidak perlu lagi menanyakan jawaban Hinata.

.

FIN

.

A/N : Pertama-tama, salam kenal semuanyaaa~~ 

panggil saya maryn, author baru di furahasekai,, yeyy~~~ ^^

ini ff pertama saya di sini..hohoho..sangat singkat dan gaje. Maafkan. *bow*

Saya akan menulis fanfic yang lebih panjang ke depannya *bow*

Mohon kritik dan sarannya ya~

Sampai jumpa~

4 Comments

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *